Follow Us @literasi_smkn23jkt

Kamis, 01 Desember 2016

Martin Luther : Sang Reformator Gereja dan 95 Dalilnya

Disusun Oleh : Sherli Anggraeni

1.    Martin Luther, lahir di Eisleben, Kekaisaran Romawi suci, 10 November 1483. “Rumah Luther”, asrama tempat tinggal Luther dari usia 14 sampai 17 tahun ketika belajar di sekolah swasta di Eisenach. 
 
2.    Martin luther adalah anak dari seorang penambang bernama Hans Luther dan ibunya bernama Margarrethe. Karena berhasil berkembang dari kalangan buruh tani, ayahnya bertekad bahwa anaknya harus menjadi pegawai negeri dan memberikan kehormatan kepada keluarganya. Dengan harapan itulah Hans mengirimkan Luther yang masih kecil untuk belajar di Mansfeld, Magdeburg dan Eisenach. 

3.    Pada usia 17 tahun 1501, Luther masuk ke Universitas Erfurt. Mahasiswa muda ini mendapat gelar sarjananya pada tahun 1502, dan gelar magisternya pada tahun 1505. Mengikuti harapan sang ayah, Luther mendaftarkan diri di sekolah hukum di universitas tersebut. 

4.    Semuanya itu berubah ketika suatu hari di musim panas tahun 1505, terjadi serangan badai petir menyambar di dekatnya ketika ia sedang berjalan pulang dari sekolah. Dalam ketakutannya, Luther berjanji jika ia selamat, ia akan menjadi biarawan. Karena nyawanya selamat, ia pun meninggalkan sekolah hukumnya dan masuk kee biarawan Augustinian di Erfurt. Biarawan Mrtin Luther sepenuhnya mengabdikan dirinya pada kehidupan biara, berusaha melakukan segala perbuatan baik untuk menyenangkan Allah dan melayani orang lain melalui doa-doa untuk jiwa-jiwa mereka. Ia mengabdikan diri dengan puasa, menyiksa diri, berdoa selama berjam-jam, melakukan ziarah, dan terus-menerus melakukan pengakuan dosa. Semakin ia berusaha untuk dekat Allah, tampaknya ia semakin sadar akan keberadaannya yang penuh dengan dosa.

5.    Ia memerintahkan biarawan itu untuk mengembangkan karirnya sebagai akademis. Pada 1507, Luther ditahbiskan menjadi Imam. Pada tahun 1508, Ia mulai mengajar teologi di Universitas Wittenberg. Selain tugas-tugasnya sebagai seorang Profesor, Martin Luther melayani sebagai pengkhotbah dan penerima pengakuan dosa.

6.     Luther mendapatkan gelar sarjananya dalam studi Alkitab pada 9 Maret 1508, dan gelar sarjananya dalam Sentences karya Petrus Lombardus( buku ajar teologi yang terutama pada zaman pertengahan), pada 1509. Pada 9 Oktober 1512, Martin Luther menerima gelar Doktor teologinya dan pada 21 Oktober 1521, Ia diterima menjadi anggota senat dosen teologi dan diangkat menjadi Doktor dalam Kitab Suci. Disiplin yang sangat ketat untuk mendapatkan gelar-gelar akademik ddan mempersiapkan kuliah, mendorong Martin Luther untuk mempelajari Kitab Suci secara mendalam. Ia menjadi yakin bahwa gereja telah keliru dalam beberapa kebenaran sentral dari kekristenan yang diajarkan dalam Kitab Suci, yang terpenting diantaranya adalah doktrin tentang pembenaran oleh iman semata. Luther mulai mengajarkan bahwa keselamatan sepenuhnya adalah pemberian dari anugerah Allah melalui Kristus yang diterima oleh iman.

7.    Belakangan, Luther mendefinisikan dan memperkenalkan kembali prinsip tentang pembedaan yang semestinya antara Hukum Taurat dan Injil yang mendasari teologinya tentang anugerah. Secara keseluruhan, Luther percaya bahwa prinsip penafsiran ini merupakan titik awal yang penting dalam mempelajari Kitab Suci. Luther melihat kebenaran yang berasal dari Alkitab mula-mula dan melihat kesalahan orde gereja katolik yang banyak menutup-nutupi doktrin Alkitab sebenarnya. Dalam melakukan tugas-tugas inilah pastor muda itu diperhadapkan dengan berbagai akibat yang timbul ketika orang biasa harus mendapatkan indulgensia. Indulgensia adalah penghapusan (sepenuhnya atau sebagian) dari penghukuman sementara yang masih ada bagi dosa-dosa setelah kesalahan seseorang dihapuskan melalui absolusi (pernyataan oleh imam bahwa dosa seorang telah dihapuskan). Saat itu terjadi penyalahgunaan indulgensia oleh oknum-oknum gereja, yaitu sebuah indulgensia dapat dibeli seorang umat untuk dirinya sendiri ataupun untuk salah seorang sanak keluarga yang sedang berada di api penyucian. Johann Tetzel, seorang imam Dominikan, ditugasi berkeliling di seluruh wilayah keuskupan Uskup Agung Albert dari Mainz untuk mempromosikan dan menjual indulgensia untuk merenovasi Basilika St.Petrus di Roma. Tetzel sangat berhasil dalam hal ini, Ia menganjurkan: “ Begitu mata uang bergemerincing di dalam kotak, jiwa yang sedang menanti di api penyucian pun akan terlepas”. Luther menganggap penjualan indulgensia ini sebagai penyelewengan yang dapat menyesatkan umat sehingga mereka hanya mengandalkan indulgensia itu saja dan mengabaikan pengakuan dosa dan pertobatan sejati. Luther menyampaikan tiga khotbah menentang indulgensia ini pada 1516 dan 1517. Pada 31 Oktober 1517, menurut laporan tradisional, 95 dalil Luther dipakukan pada pintu Gereja Kastil sebagai undangan terbuka untuk memperdebatkannya. Luther sebetulnya tidak menempatkan ke-95 dalil itu di pintu Gereja Wittenberg yang sebagaimana dikatakan legenda, tetapi menerbitkan salinannya. Dalil-dalinya itu mengutuk keserakahan dan keduniawian di dalam Gereja Katolik dan dianggap sebagai penyimpangan. Luther mengeluarkan bantahan teologis tentang apa yang dapat dihasilkan oleh indulgensia itu. Luther tidak menantang wewenang Paus untuk mengeluarkan Indulgensia dalam dalil-dalilnya itu. Ke-95 dalil Luther segera diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, disalin dan dicetak secara luas. Dalam waktu dua minggu, dalil-dalinya telah menyebar ke seluruh Jerman, dan dalam waktu dua bulan ke seluruh Eropa. Ini adalah salah satu peristiwa pertama dalam sejarah yang dipengaruhi secara mendalam oleh mesin cetak, yang membuat distribusi dokumen lebih mudah dan meluas. Setelah meremehkan Luther sebagai “seorang Jerman mabuk yang menulis dalil-dalil itu” yang “bila ia kembali sadar, ia akan berubah pikiran,” Paus Leo X memerintah Sylvester Mazzolini, seorang profesor teologi Dominikan, yang juga dinamai prierias(atau prieras), sesuai dengan nama tempat kelahirannyan priero, pada 1518, untuk menyelidiki masalahnya. Prierias mengenali perlawanan Luther yang tersirat terhadap kewibawaan paus karena berbeda pendapat dengan bula kepausan. Karena itu ia menyatakan Luther sebagai penyesat, dan menulis bantahan ilmiah terhadap dalil-dalilnya. Bantahan ini menegaskan kewibawaan paus terhadap Gereja dan menolak setiap penyimpangan daripadanya yang dianggap sebagai ajaran sesat. Luther menjawab dalam cara yang sama, sehingga berkembanglah suatu pertikaian. Sementara itu, Luther ikut serta dalam sebuah pertemuan biarawan Augustinian di Heidelberg. Di sana ia menyajikan tesisnya tentang perbudakan manusia di dalam dosa dan tentang anugerah ilahi. Dalam pertikaian mengenai indulgensia, muncullah pertanyaan tentang kekuasaan dan wewenang paus, karena doktrin tentang “Khazanah Gereja,” “Kazanah Jasa,” yang mendasari doktrin dan praktik indulgensia, didasarkan pada bulan Unigenitus(1343) dari paus Clemens VI. Karena perlawanannya terhadap doktri itu, Luther dicap sesat, dan paus, yang telah bertekad untuk menekan pandangan-pandangannya, memanggilnya ke Roma.namun karena mengalah kepada frederick sang pemilih, yang diharapkan oleh paus akan menjadi kaisar romawi suci berikutnya dan yang tidak rela berpisah dengan teolognya, paus tidak menekan masalahnya lebih jauh. Kardinal kayetanus diutus paus untuk menerima janji ketaatan Luther di Augsburg-jerman(oktober 1518).Luther, meskipun secara tersirat mengaku taat kepada Gereja, kini dengan berani menyangkal kewibawaan paus, dan naik banding pertama-tama “dari paus yang berkurang pengetahuan kepada paus yang mestinya lebih tahu” dan kemudian (28 November ) kepada konsili umum. Luther kini meyatakan bahwa lembaga kepausan bukanlah bagian dari hakikat Gereja yang asli dan yang tidak dapat berubah.
Karena ingin tetap memelihara hubungan baik dengan Luther, paus membuat upaya terakhir untuk meyalesaikan konfliknya denga Luther secara damai.sebuah konferensi dengan pejabat tinggi kepausan, Karl Von Miltitz di Altenburg pada januari 1519 membuat Luther sepakat untuk berdiam diri selama lawan-lawanya pun demikian, menulis sebuah surat yang rendah hati kepada paus, dan menyusu sebuah risalat yang membuktikan rasa hormatnya kepada Gereja Katolik. Surat tu ditulis, namun tidak pernah dikirim, karena tidak mengandung pernyataan bahwa Luther menarik ajaran-ajarannya. Dalam risalat bahasa jerman yang ditulisnya belakangan, Luther, meskipun mengakui api penyucian, indulgensia terhadap api penyucian.
Ketika Johann Eck menantang rekan Luther, Carlstadt, untuk berdebat di Leipzing, Lluther bergabung disitu (27 juni-18 juli 1519). Sementara debat berlangsung Luther menyangkal hak ilahi jabatan dan wewenang kepausan, dan berpendapat bahwa “kuasa atas kunci-kunci itu” telah diserahka kepada Gereja (yaitu, jemaat yang setia). Ia menyangkal bahwa keanggotaan dalam Gereja Katolik Barat dibawah paus merupaka prasyarat bagi keselamatan, dan berpegang pada keabsahan Gereja (Ortodoks) Yunani. Setelah perdebatan itu, Johann Eck mengklaim bahwa ia talah memaksa Luther untuk mengakui bahwa Doktrinnya sama dengan doktrin Jan Hus yang telah dihukum mati dengan dibakar. Eck menganggap bahwa hal ini menbuktikan klaimnya sendiri bahwa Luther adalah “si Hus dari saxon” dan gembong penyesat.
Luther memberi judul (dalam bahasa inggris) The Disputation of Doctor Martin Luther on the power and Efficacy of Indulgences, dan mengkritik dalamnya ajaran Gereja barat mengenai asas menghapuskan dosa, kuasa paus dan lain sebagainya.
Kajian mengenai Surat Paulus, terutamanya surat kepada jemaat diRoma memberika kesan kepada Luther akan asas sola fide (hanya karena iman). Hanya imanlah yang dapat meyelamatkan manudia yang diberikan tuhan berdasarkan anugrahnya (sola gratia) kepada manusia seperti yang dijelaskan menurut Alkitab (sola scriptura). Luther sangat menentang ajaran gereja pada saat ituyang dianggapnya menawarkan keselamatan denga murah dengan cara menjual surat -surat penghapusan dosa (indulgensia).
Pada mulanya Luther percaya bahwa dia akan dapat memperbarui Gereja Roma dari dalam dalil-dalilnya tetapi paus menganggappendapatnya sesat dan mengucilkannya (ekskomunikasi dari Gereja Katolik denurge gan akta Exsurge Domine pada tanggal 15 juni 1520. Pada bulan Oktober Luther membakar ijazahnya ditempat umum dan menunjukkan kesungguhannya bahwa dia tidak akan taat kepada Gereja kecuali mereka menurut kata-katanya.
Kaisar Charles V meresmikan persidangan imperial Diet of Worms pada 22 januari 1521. Ini merupaka peluang terakhir Luther untuk mengakui bahwa apa yang diajarkannya adalah salah. Namun Luther tetap mempertahankan ajarannya. Selepas persidangan Diet, Luther dinyatakan sebagai orang buangan oleh Diet.
Dengan bantuan rekannya, Luther bermukim di balaikota Wartburg, berdekatan dengan Erfurt. Dalam balaikota tersebut, dia menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru dari bahasa Yunani ke bahasa Jerman. Kemudian dia juga menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Jerman.

8. Luther mengasaskan ajarannya sendiri dengan rekannya Philip Melanchton dan meninggal di Eisleben, kekaisaran Romawi Suci, 18 Februari 1546 pada umur 62 tahun.
Daftar pustaka :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar