Follow Us @literasi_smkn23jkt

Kamis, 01 Desember 2016

Dewi Sartika

Disusun oleh : Vicky Salim 

Dewi Sartika lahri di Bandung pada tanggal 4 Desember 1884. Sejak kecil, Dewi Sartika sudah menujukan bakat pendidik dan kegigihan untuk meraih kemajuan. Sambil bermain di belakang gedung kepatihan,beliau sering memperagakan praktik di sekolah, mengajari baca tulis, dan bahasa Belanda, kepada anak-anak pembantu di kepatihan. Papan bilik kandang kereta,arang, dan pecahan genting dijadikannya alat bantu belajar. Waktu itu Dewi Sartika baru berumur 10 tahun, ketika Cicalengka di gemparkan oleh kemapuan baca tulisa dan beberapa patah dalam kata dalam bahasa Belanda yang di tunjukan oleh anak-anak pembantu di kepatihan.
Ayahnya, Raden Somanagara adalah seorang pejuang kemerdekaan. Terakhir, sang ayah dihukum di buang di Pulau Ternate oleh Pemerintah Hindia Belanda hingga meninggal dunia di sana. Dewi Sartika dilahirkan dari keluarga priyayi Sunda, Nyi Raden Rajapermas dan Raden Somanrga. Meski melanggar adat saat itu orang tuanya bersikukuh menyekolahkan Dewi Sartika ke sekolah Belanda pula. Sepinggal ayahnya, Dewi Sartika dirawat oleh pamannya yang berkedudukan sebagai patih di Cicalengka. Dari pamannya, beliau mendapatkan didikan mengenai kesundaan , sedangkan wawasan kebudayaan Barat di perolehnya dari berkat didikan seorang nyonya Asisten Rasidenbangsa Belanda. Tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata, dari penikahannya itu ia memiliki putra bernama R.Atot yang merupakan Ketua Umum BIVB, sebuah klub sepak bola yang merupakan cikal bakal dari Persib Bandung Suami dari Dewi Sartika memiliki visi dan cita-cita yang sama dengan Dewi Sartika, guru di sekolah Karanbg Pamulang, yang saat itu merupakan sekolah Latihan Guru.
Raden Dewi Sarika yang mengikuti pendidikan Skolah Dasar di Cicalengka, sejak kecil memang sudahmenunjukan minatnya di bidang pendidikan. Dikatakan demikian karena sejak anak-anak ia sudah senang memerankan perilaku seorang guru.
Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan. Di sebuah ruangan kecil, dibelakang rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartiks mengajar di hadapan anggota keluarganya yang perempuan Merenda, memasak, jahit menjahit, membaca, menulis dan sebagainya menjadi materi pelajaran saat itu.
Berpikir agar anak-anak perempuan di sekitarnya bisa memperoleh kesempatan menuntut ilmu pengetahuan, maka ia berjuan mendirikan sekolah di Bandung, Jawa Barat. Keika itu, ia sudah tinggal di Bandung. Perjuangannya tidak sia-sia, dengan bantuan R.A.A.Martanegara, kakeknya, dan Den Hamer yang menjabat Inspektur Kantor Pengajaran ketika itu, maka pada tahun 1904 dia berhasil medirikan sebuah sekolah yang dinamainya “Sekolah Isteri”. Sekolah tersebut hanya dua kelas sehingga tidak cukup untuk menampung semua aktivitas sekolah. Maka untuk ruangan belajar, ia harus meminjam sebagian ruangan Kepatihan Bandung. Awalnya, muridnya hanya dua puluh orang. Murid-murid yang hanya wanita itu di ajar berhitung, membaca, menulis, menjahit, merenda, menyulam dan pelejaran agama.
Bulan September 1929, Dewi Sartika mengadakan peringatan pendirian sekolahnya yang telah berumur 25 tahun, yang kemudian berganti nama menjadi “Sekolah Raden Dewi”. Atas jasanya dalam bidang ini. Dewi Sartika dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia Belanda.

Sertelah remaja, Dewi Sartika kembali lagi kepada ibunya di Bandung. Jiwanya yang tekah dewasa semakin menggiringnya untuk mewujudkan cita-citanya. Hal ini didorong pula oleh pamannya, Bupati Martanagara, yang memang memiliki keinginan yang sa,a. Tetapi, meski keinginan yang sama dimilikioleh pamannya, tidak menajdikannya serta merta dapat mewujudkan cita-citanya. Adat yang mengekang kaum wanita pada waktu itu, membuat pamannya mengalami kesulitan dan khawatir. Namun karena kegigihan semangatnya yang tak pernah surut, akhirnya Dewi Sartika bisa meyakinkan pamannya dan diizinkan mendirikan sekolah untuk perempuan.
Dewi Sartika meninggal 11 September 1947 di Tasikmalaya, dan dimakamkan dengan sutau upacara pemakamannya sederhana di pemakaman Cigagadon- Desa Rahayu Kecamatan Cineam. Tiga tahun kemudian dimakamkan kembali di komplek Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Kabupaten Bandung.
Dewi Sartika dapat di jadikan tokoh yang layak di idolakan karena sifat Dewi Sartika yang pantang menyerah dan ingin membantu orang banyak. Sikap Dewi Sartika patut di contohkan.  


http://www.biografiku.com/2011/09/biografi-dewi-sartika.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar