Follow Us @literasi_smkn23jkt

Selasa, 24 Mei 2016

Perjuangan Kemerdekaan oleh “Sang Kiai”


Disusun oleh : M. Ihza Farhan


Judul                           : Sang Kiai
Produser                    : Gope T Samtani
Sutradara                   : Rako Prijanto
Penulis                        : Anggoro Saronto
Pemain                       : Ikranagara sebagai KH Hasyim Asy’ari
                                      Christine Hakim sebagai Masrurah
                                      Adipati dolken sebagai Harun      
                                      Miriza Febriyani sebagai Sari
                                     Agus Kuncoro Adi sebagai K.H Wahid Hasyim
                                     Dimas Aditya sebagai Hamzah
                                     Royham Hidayat sebagai Khamid
                                     Ernetsan Samudera sebagai Abdi
Tanggal edar            :  30 Mei 2013
Tayang Kembali       :  9 Januari 2014
Waktu                         : 2 jam 16 menit 27 detik


Orientasi
            Sang Kiai merupakan sebuah film produksi “Rapi film” yang berceritaka tentang seorang pejuang kemerdekaan sekaligus salah satu Nahdatul Ulama dari Jombang, Jawa TImur yakni KH. Hasyim Asyari. Film ini dibintangi oleh Ikranagara, Christine Hakim, Adipati Dolken, Miriza Febriyani, Agus Kuncoro Adi, Dimas Aditya, Royham Hidayat, Ernestsan Samudera diproduseri oleh Gope T Samtani dan disutradarai oleh Rako Prijanto serta ditulis oleh Anggoro Saronto

Tafsiran 1
            Sang Kiai bercerita tentang pejuang kemerdekaan menghadapi pendudukan Jepang di Indonesia sekaligus pendiri Nadhatul Ulama(NU). Pendudukan Jepand di Indonesia tidak lebih baik dari Belanda. Jepang mulai menunjukkan kejahatannya dengan melarang pengibaran bendera merah putih, melarang menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia, dan memaksa masyarakat Indonesia untuk menghormati matahari. Sebagai tokoh besar agamis, KH. Hasyim Asyari menolak menghormati matahari karena menyimpang dari aqidah Islam. Penolakan tersebut menyebabkan KH. Hasyim Asyari ditangkap oleh Jepang.

Tafsiran 2
            Adalah KH. Wahid Hasyim, putra KH. Hastyim Asyari yang berusaha berdiplomasi agar KH. Hasyim Asyari dapat bebas. Sangat berbeda dengan Harun, santri KH; Hasyim Asyari, ia percaya bahwa dengan kekerasan yang mampu membebaskan  KH. Hasyim Asyari. Harun Menghimpun kekuatan santri untuk berdemo. Teteapi harus salah, justru caranya malah menambah korban. Akhirnya dengan cara damai, KH. Hasyim Asyari berhasil dibebaskan oleh Jepang. Namun perjuangan melawan Jepang belum berakhir sampai disini. Jepang memaksa masyarakat Indonesia untuk memberikan hasil bumi. Jepang sendiri menggunakan organisasi Islam, Masyumi yag diketuai oleh KH. Hastim Asyari untuk menggalakkan kegiatan bercocok tanam, bahkan seruan tersebut terselip dalam ceramah shalat Jumat. Dan ternyata hasil tanam tersebut malah disetor ke Jepang. Padahal rakyat sedang krisis. Melihat masalah ini, Harun merasa bahwa KH. Hasyim Asyari adalah pendukung Jepang sehingga ia pun memutuskan keluar dari pesantren.

Tafsiran 3
            Jepang mulai kalah dalam perang saat sekutu kembali datang. Sebagai presiden, Soekarno mengirimkan utusannya untuk meminta KH. Hastim Asyari agar membatnu mempertahankan kemerdekaan Indonesia. KH. Hastim Asyari menerima permintaan tersebut dengan membentuk barisan santri untuk melawan sekutu di Surabaya yang dikenal dengan sebutan resolusi jihad. Gema resolusi jihad ini didukung semangat spiritual yang membuat Indonesia berani mati demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Resolusi jihad yang terjadi di Surabaya membuat mata Harun terbuka. Disinilah awal [erang dahsyat dimulai dengan melibatkan rakyat, barisan pemuda dan laskar Hizbullah yang dibentuk KH. Hasyim Asyari

Tafsiran 4
            Film bergenre drama religi ini mengajarkan kita tentang perjuangan dalam merebutkan kemerdekaan Indonesia yang dilakukan KH. Hasyim Asyari. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang dilaluinya, di tetap berusaha dalam memperjuangkan kemerdekaan. Meski film ini sangat bagus, akan tetapi ada juga tokoh yang bernama Harun yang egois dan angkuh disaat ia tidak mengerti keputusan sang Kiai. Namum adanya action dalam film ini menambah kesan menarik pada film ini

Evaluasi
            Film yang dirilis pada tanggal 30 Mei 2013 ini terjenal dengan audio dan visualnya yang menggambarkan zama dahulu yang membawa kita serasa pada waktu kemerdekaan Indonesia yang mana pada saat penjajahan Jepang dan dilanjutkan lagi Belanda yang pada akhirnya Indonesia merdeka . Sebagai Sutradara, Rako Prijanto cukup  berani dalam menampulkan film yang ada sangkut pautnya dengan sejarah kemerdekaan Indonesia. Dengan nuansa zaman dahulu yang diberikan film ini, menambah kesan yang menarin dan semakin mengajak kita sebagai penonton untuk merasakan apa yang terjadi dalam film ini.

Rangkuman
            Film ini menjelaskan kepada kita tentang betapa pentingnya kemerdekaan bagi rakyat Indonesia dan memberitahukan kita bahwa hukum Islam membela bangsa dan negaranya yaitu hukumnya fardhu kifayah yang maana wajib bagi umat Islam dalam membela bangsa negaranya. Kata-kata yang tak terlupakan dari seorang Kiai yaitu “Semua orang yang melawan penjajah itu adalah pahlawan. Tidak ada yang lebih berjasa dari pada yang lain, kalaupun ada yang melupakan jasa mereka juga tidak mengapa karena Allah menjanjikan tempat yang sebaik-baiknya bagi para Syuhadak”. Jadi film ini sangat layak ditonton untuk semua orang karena banyak nilai-nilai yang terkandung dalam film ini.

Sumber




Tidak ada komentar:

Posting Komentar