Disusun Oleh : Putri Salwa Alivah
Judul Film :
Sang Kiai
Tahun :
2013
Sutradara :
Rako Prijanto
Pemain : Ikranagara sebagai KH Hasyim Asyari
Christine Hakim sebagai Istri KH Hasyim
Asyari
Agus Kuncoro sebagai Gus Wahid Hasyim
Adipati
Dolken sebagai Harun
Orientasi 1
"Sang Kiai" merupakan
sebuah film bergenre drama dan religi yang berdurasi 136 menit ini, adalah
salah satu karya anak bangsa yang terinspirasi dari seorang ulama besar saat
masa penjajahan Jepang yaitu KH Hasyim Asyari yang merupakan pejuang
kemerdekaan sekaligus pendiri "Nahdatul Ulama" dari Jombang, Jawa
Timur.
Orientasi 2
Film yang diproduksi oleh Rapi
Films ini banyak mengambil latar disuatu Pondok Pasanteren Tebuireng Jombang,
Jawa Timur syang dimiliki oleh KH Hasyim Asyari yang sekaligus tokoh agamis
besar saat itu. Gus Wahid Hasyim yang merupakan salah satu putra dari KH Hasyim
Asyari adalah seseorang yang mencari jalan diplomasi untuk membebaskan KH Hasyim
Asyari saat dijadikan tawanan oleh Bangsa Jepang. Berbeda dengan salah seorang
santri di pondok Tebuireng yang berpendapat bahwa kekerasan lah cara yang dapat
menyelesaikan masalah tersebut yang bernama Harun.
Tafsiran 1
Film yang dimulai dengan KH Hasyim
Asyari ditangkap karena menolak melakukan kegiatan Sikerai. Sikerai merupakan
upacara yang biasa dilakukan bangsa Jepang untuk menyembah Dewa Matahari yang disimbolkan
dengan menundukkan badan layaknya ruku. Pemberontakan dilakukan oleh para
santri kepada Jepang untuk segera membebaskan KH Hasyim Asyari dengan para
ulama lainnya. KH Hasyim Asyari akhirnya dibebaskan karena jalur diplomasi yang
dilakukan oleh Gus Wahid Hasyim dan KH Wahid Hasbullah. Kesepakatan terus terjadi
antara KH Hasyim Asyari dengan Jepang dengan membentuk "MASYUMI" (Majelis
Syuro Muslimin Indonesia) yang dipimpin langsung oleh KH Hasyim Asyari yang mempunyai
kesepakatan untuk melipat gandakan hasil bumi sampai KH Hasyim Asyari ditunjuk menjadi
ketua SHUMBU oleh Jepang.
Tafsiran 2
Namun semua kebijakan ini lama-lama
menuai protes dari masyarakat Indonesia dan pemberontakan mulai terjadi. Sampai
akhirnya Jepang mulai mengalami kekalahan perang dan akhirnya Indonesia meredeka
pada tahun 1945. Namun genjatan senjata belum usai sampai disitu, penjajah datang
kembali untuk merebut Indonesia kembali. Resolusi jihad yang kemudian membuat santri
dan masa penduduk Surabaya berduyun duyun tanpa rasa takut melawan penjajah di
Surabaya. Gema resolusi jihad yang didukung oleh semangat spiritual keagamaan
membuat Indonesia berani mati. Barisan laskar santri pulang menaiki Truk ke Tebuireng
dan KH Hasyim Asyari menyambut para
santri dengan air matanya yang mengembang dengan tatapan nanar. Namun salah
satu santri yang tidak selamat dalam jihad melawan penjajah ada Harun.Film ini
ditutup dengan wafatnya KH Hasyim Asyari, padahal pada saat itu para pejuang
Islam masih membutuhkan banyak nasehat beliau untuk mempertahankan Indonesia
dalam bingkai Islami.
Tafsiran 3
Film ini mengajarkan kita untuk lebih
mencintai tanah air dalam lingkup agamisnya, mampu mengenang dan menghargai
jasa para pahlawan kita dan membangun bangsa kita kembali karena kemerdekaan bangsa
ini bukanlah hadiah dari bangsa lain, melainkan hasil pengorbanan dan perjuangan
jiwa dan raga warga Indonesia. Film ini pula memiliki amanat penting yang
mendalam bahwa "Semua orang yang melawan penjajah itu adalah pahlawan.
Tidak ada yang lebih berjasa daripada yang lain kalaupun ada yang melupakan jasa
mereka juga tidak mengapa karena Allah menjanjikan tempst yang sebaik-baiknya
bagi para Syuhadak".
Tafsiran 4
Mungkin untuk penggemar film sudah
tidak asing lagi dengan judul film "Sang Kiai" dan "Sang
Pencerah", kedua film ini masing-masing menggambarkan narasi besar dari
ormas terbesar di Indonesia. "Sang Kiai" lebih menceritakan tentang
peran tokoh pendiri Nahdhatul Ulama yaitu KH Hasyim Asyari terkait
pikiran-pikiran kontributifnya dalam perjuangan kemerdekaan. Dengan kata lain
film "Sang Kiai" menegaskan bahwa Nahdhatul Ulama sejak awal
merupakan bagian dari Indonesia. Sedangkan film "Sang Pencerah"
memilih memfokuskab dirinya dengan dimulainya kelahiran Ahmad Dahlan sang tokoh
pendiri Muhammadiyah, lalu menceritakan masa kecilnya, hingga masa dewasanya.
Dimana film "Sang Pencerah" bermaksud menawarkan modernisme islam ala
Muhammadiyah.
Tafsiran 5
Target utama penonton dari film ini
adalah para ulama agar dapat mengetahui bagaimana resolusi jihad para ulama
terdahulu mereka agar bisa dijadikan panutan dalam membangun bangsa ini melalui
sisi agamisnya.
Evaluasi 1
Banyak sekali pelajaran yang bisa
kita ambil seusai menonton film ini, salah satunya film "Sang Kiai"
mengajarkan kita untuk lebih menghargai jerih payah pahlawan kita dalam berjihad
melawan penjajah untuk memerdekakan bangsa ini dan lebih mencitai bangsa
sendiri. Selain itu pula setingan tempat yang diambil dari film ini sangat
keren, sesuai dengan tahun terjadinya peristiwa yang asli. Film ini pun dapat
meraih kemenangan di Festival Film Indonesia sebagai film terbaik 2013, Rako
Prijanto pun menang sebagai sutradara yang terbaik, Tata Suara di film ini pun
memenangkan sebagai Tata Suara terbaik dan Adipati Dolken yang berperan sebagai
Harun pun memenangkan sebagai pemeran pendamping pria terbaik di Festival Film
Indonesia.
Evaluasi 2
Film yang menghabiskan biaya 10
miliar untuk memproduksinya ini sangat disyangkan karena dari film ini kurang
mengangkat sisi humanisnya dari tokoh KH Hasyim Asyari seperti berdialog dengan
istrinya, mengajarkan nilai-nilai agama terhadap santrinya. Padahal itu pula merupakan
nilai-nilai dari perjuangan, film ini terlalu menonjolkan sisi perlawanan
penjajah.
Rangkuman
Intinya dari film ini mengajarkan dan
mengingatkan kita untuk cinta tanah air. Dan membangun semangat untuk kita
membela Negara Indonesia dan film ini pun sarat akan makna bagaimana hukum Islam
digali oleh para kiai fatwanya, salah satu fatwanya adalah berjihad. Dengan
demikian, kita harus mampu mengenang dan menghargai perjuangan, pengorbanan
para pahlawan dan pemimpin bangsa yang menjadi simbol Indonesia. Sebab itu film
ini sangat layak ditonton oleh seluruh kalangan karena mampu menginspirasi kita
semua dan membuat para pemuda sadar bahwa kemerdekaan Indonesia didapatkan
dengan gratis melainkan dengan cucuran darah, peluh keringat, adu strategi, dan
ijtihad para kyai.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar