Disusun
oleh : Dwi Komalasari
Judul Film :
Filosofi Kopi
Tahun Rilis :
9 April 2015
Sutradara :
Angga Dwimas Sasongko
Pemain :
1. Chicco Jerikho sebagai Ben
2.
Rio Dewanto sebagai Jody
3.
Julie Estelle sebagai El
4.
Slamet Rahardjo sebagai Pak Seno
5.
Jajang C. Noer sebagai Bu Seno
Orientasi
1
Film “Filosofi Kopi” merupakan sebuah
film drama Indonesia yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko berdasarkan
naskah skenario yang ditulis oleh Jenny Jusuf. Film yang diproduksi oleh
Visinema Pictures dengan durasi 117 menit ini rilis perdana pada tanggal 9
April 2015. Film ini diadaptasi dari kumpulan cerita pendek “Filosofi Kopi”
karya Dewi Lestari atau yang lebih dikenal dengan Dee Lestari.
Orientasi
2
Chicco Jerikho yang berperan sebagai Ben
merupakan anak petani kopi dimana sejak kecil ia dibesarkan di sebuah
perkebunan kopi. Menginjak usia 12 tahun, Ben pergi ke Jakarta meninggalkan
ayahnya dan bertemu dengan Jody yang diperankan oleh Rio Dewanto. Mereka
langsung akrab dan bersahabat dengan baik, Ben pun diasuh oleh orang tua Jody. Setelah
Ben dan Jody dewasa, mereka membangun sebuah kedai yang dinamai “Filosofi Kopi”.
Ben yang sudah mengenal kopi sejak kecil menganggap dirinya adalah seorang
peracik kopi atau barista yang handal ditambah dengan tekatnya yang kuat dalam mendalami
ilmu kopi hingga berkeliling dunia. Sedangkan Jody merupakan seorang yang perhitungan
dan takut dalam mengambil resiko. Menurut Ben, kopi terbaik akan selalu
menemukan penikmatnya sedangkan menurut Jody hal yang paling penting adalah
kedai yang ia dirikan ramai bagaimanapun caranya sehingga dapat memberikan
keuntungan yang besar.
Tafsiran
Isi 1
Sesempurna apapun kopi, kopi tetap kopi,
punya sisi pahit yang tak dapat disembunyikan. Namun pahitnya kopi dapat kita
nikmati tergantung bagaimana kita menyikapinya. Seperti yang terjadi pada kedai
Filosofi Kopi. Kedai ini pada awalnya berjalan mulus namun ditengah perjalanan
usaha kedai, Jody dihadapkan pada kenyataan pahit untuk membayar hutang yang
ditinggalkan papanya yang sudah meninggal. Hutang yang berjumlah 800 juta
tersebut semakin membuat keberadaan kedai Filosofi Kopi terancam ditutup. Jody
pun membicarakan hal tersebut pada Ben dan menyarankan agar mengurangi penggunaan
bahan baku. Ben sebagai penggila kopi lantas menolak saran Jody karena
menurutnya racikan kopi terbaik terbuat dari bahan baku yang bermutu dan
berkualitas baik.
Tafsiran
Isi 2
Dalam film “Filosofi Kopi” sikap moral
yang dapat kita ambil adalah jangan membenci pahitnya masa lalu karena sepahit
apapun masa lalu merupakan pengalaman yang dapat dijadikan suatu pelajaran
untuk menghadapi masa depan yang akan datang. Ben yang mempunyai trauma akan
masa lalunya dengan kebun kopi namun hal tersebut tidak dijadikannya alasan
untuk terpuruk dalam bayang masa lalu, Ben justru bangkit melawan pahitnya
trauma tersebut.
Tafsiran
Isi 3
Ketika hutang yang membelit Jody tak
kunjung terlunasi, Jody sempat putus asa lalu ia ingin menjual kedai tersebut.
Namun seorang pengusaha kaya mendatangi kedai Filosofi Kopi untuk memberikan
tantangan kepada sang brista handal, Ben. Ia menantang Ben untuk membuat racikan
kopi terbaik yang akan ditawarkan pada investor untuk memenangkan tendernya.
Pada awalnya Ben menolak tantangan tersebut, namun pada akhirnya Ben percaya
bahwa ia adalah seorang barista terbaik yang dapat menciptakan racikan kopi
terbaik pula. Imbalan yang diberikan oleh pengusaha tersebut pun tak tanggung-tanggung,
nominalnya mencapai 1 miliyar namun dengan perjanjian jika Ben gagal maka Ben
dan Jody yang akan membayar pengusaha tersebut. Berbagai upayapun dilakukan Ben
dan Jody agar dapat menciptakan racikan kopi terbaik, mulai dari membeli biji
kopi kualitas terbaik sampai mempelajari kembali proses meracik kopi yang
benar. Usaha yang telah Ben lakukanpun membuahkan hasil, ia dapat menciptakan
suatu racikan kopi terbaik yang ia beri nama “Ben’s Perfecto”.
Tafsiran
Isi 4
Ben’s Perfecto cukup mendapat sambutan
baik dari para penikmatnya serta menjadi kopi terlaris di kedai tersebut dan
membuat kedai menjadi semakin ramai. Namun kedatangan seorang foodblogger bernam El (Julie Estelle)
yang telah berkelana ke beberapa negara menyatakan bahwa kopi tersebut not bad
dan bisa dibilang bukan kopi yang sempurna sesuai namanya, pernyataan El
membuat Ben marah dan sempat tidak bisa menerima kenyataan pahit tersebut.
Karena menurut El kopi ternikmat yang pernah ia rasakan ada kopi Tiwus yang ada
di pegunungan Ijen dan diracik langsung oleh petaninya yaitu Pak Seno (Slamet
Rahardjo) serta Bu Seno (Jajang C. Noer). Tanpa berpikir panjang, Jody ingin
memburu kopi Tiwus tersebut untuk memenangkan tantangan pengusaha. Pada awalnya
Ben menolak ajakan Jody namun pada akhirnya Ben menyerah dan ingin membuktikan
sendiri ucapan El. Akhirnya Ben, Jody, serta ditemani oleh El pergi mengunjungi
warung kopi Pak Seno untuk menuntaskan rasa penasaran terhadap kopi Tiwus. Jody
mengakui bahwa kopi Tiwus memang benar nikmat, namun Jody masih belum
mengakuinya dan meminta Pak Seno untuk memberitahu rahasia di balik kopi Tiwus
tersebut.
Tafsiran
Isi 5
Ben masih menyimpan tanda tanya besar
kepada El mengapa ia bisa jatuh hati dengan kopi Tiwus dan mengapa kopi Tiwus
bisa menjadi kopi ternikmat, akhirnya terjadilah perdebatan kecil antara Ben
dan El hingga akhirnya El meluncurkan sebuah pernyataan bahwa selama ini Ben
membuat kopi karena obsesinya sedangkan Pak Seno membuat kopi dengan Cinta.
Pernyataan El membuat Ben sadar bahwa selama ini ia meracik kopi hanya dengan kepalanya
sendiri tidak memakai hati. Lalu Ben kembali meracik kopi untuk ia sajikan ke
pengusaha, dan Ben berhasil memenangkan tantangan dari pengusaha serta
mendapatkan imbalan sebesar 1 miliyar sehingga hutang-hutang yang membelit Ben
dan Jody dapat terlunasi.
Tafsiran Isi 6
Bagi para pecinta serta penggila kopi,
kopi bukan sebatas minuman pelengkap saat santai tetapi setiap kopi mempunyai
makna tersendiri. Dalam film “Filosofi Kopi” Ben berpendapat bahwa kopi dapat
menemukan gambaran diri seseorang. Ben sebagai barista tak hanya menyuguhkan
secangkir kopi saja untuk penikmatnya namun ia juga menyajikan sebuah analogi
hingga tercipta satu filosofi untuk setiap jenis racikan kopi. Cappuccino
melambangkan kelembutan dan keindahan. Caffee latte melambangkan kesederhanaan
dan kelembutan. Kopi Tubruk melambangkan lugu, sederhana, tidak peduli penampilan
namun sangat memikat. Perfecto melambangkan kesuksesan sebagai wujud kesempurnaan
hidup. Kopi Tiwus melambangkan walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah
begini adanya.
Evaluasi
Film “Filosofi Kopi” diperankan oleh
aktor yang memerankan dengan penuh penjiwaan sehingga dapat menggugah emosi
penonton serta mampu menguras air mata penonton. Chicco Jerikho berperan sebagai
Ben seorang barista, menjadi seorang barista tidaklah mudah namun Chicco Jerikho
dapat memerankan dengan baik. Beberapa scene syuting langsung di kebun kopi sehingga
latar tempat sangat mendukung. Film ini berhasil membawa piala di Festival Film
Bandung, Indonesia dalam kategori “Penulis Skenario Terpuji” serta 2 piala sekaligus
di Festival Film Indonesia, Indonesia dalam kategori “Penulis Skenario Adaptasi
Terbaik” dan dalam kategori “Penyunting Gambar Terbaik.” Namun sayang, dalam
film ini terlihat pemain yang sedang merokok serta berkata kasar yang kurang
pantas didengar.
Rangkuman
Sepahit apapun masa lalu jangan pernah
memusuhinya apalagi membencinya karena sesempurna apapun kopi ia mempunyai sisi
pahit yang tak dapat disembunyikan namun sisi pahit tersebutlah letak sebuah
kenikmatannya. Film ini layak ditonton untuk kalangan remaja, karena film ini dapat
menyampaikan pesan moral untuk meredam obsesi yang berlebih.
Sumber :
Diakses
pada 17 Mei 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar