Follow Us @literasi_smkn23jkt

Rabu, 17 Mei 2017

“Filosofi Kopi” : Walau Tak Ada Yang Sempurna, Hidup Ini Indah Begini Adanya

Disusun oleh : Dwi Komalasari


Judul Film       : Filosofi Kopi
Tahun Rilis      : 9 April 2015
Sutradara         : Angga Dwimas Sasongko
Pemain            : 1. Chicco Jerikho sebagai Ben
  2. Rio Dewanto sebagai Jody
  3. Julie Estelle sebagai El
  4. Slamet Rahardjo sebagai Pak Seno
  5. Jajang C. Noer sebagai Bu Seno

Orientasi 1
       Film “Filosofi Kopi” merupakan sebuah film drama Indonesia yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko berdasarkan naskah skenario yang ditulis oleh Jenny Jusuf. Film yang diproduksi oleh Visinema Pictures dengan durasi 117 menit ini rilis perdana pada tanggal 9 April 2015. Film ini diadaptasi dari kumpulan cerita pendek “Filosofi Kopi” karya Dewi Lestari atau yang lebih dikenal dengan Dee Lestari.

Orientasi 2
        Chicco Jerikho yang berperan sebagai Ben merupakan anak petani kopi dimana sejak kecil ia dibesarkan di sebuah perkebunan kopi. Menginjak usia 12 tahun, Ben pergi ke Jakarta meninggalkan ayahnya dan bertemu dengan Jody yang diperankan oleh Rio Dewanto. Mereka langsung akrab dan bersahabat dengan baik, Ben pun diasuh oleh orang tua Jody. Setelah Ben dan Jody dewasa, mereka membangun sebuah kedai yang dinamai “Filosofi Kopi”. Ben yang sudah mengenal kopi sejak kecil menganggap dirinya adalah seorang peracik kopi atau barista yang handal ditambah dengan tekatnya yang kuat dalam mendalami ilmu kopi hingga berkeliling dunia. Sedangkan Jody merupakan seorang yang perhitungan dan takut dalam mengambil resiko. Menurut Ben, kopi terbaik akan selalu menemukan penikmatnya sedangkan menurut Jody hal yang paling penting adalah kedai yang ia dirikan ramai bagaimanapun caranya sehingga dapat memberikan keuntungan yang besar.

Tafsiran​ Isi 1
         Sesempurna apapun kopi, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak dapat disembunyikan. Namun pahitnya kopi dapat kita nikmati tergantung bagaimana kita menyikapinya. Seperti yang terjadi pada kedai Filosofi Kopi. Kedai ini pada awalnya berjalan mulus namun ditengah perjalanan usaha kedai, Jody dihadapkan pada kenyataan pahit untuk membayar hutang yang ditinggalkan papanya yang sudah meninggal. Hutang yang berjumlah 800 juta tersebut semakin membuat keberadaan kedai Filosofi Kopi terancam ditutup. Jody pun membicarakan hal tersebut pada Ben dan menyarankan agar mengurangi penggunaan bahan baku. Ben sebagai penggila kopi lantas menolak saran Jody karena menurutnya racikan kopi terbaik terbuat dari bahan baku yang bermutu dan berkualitas baik.

Tafsiran Isi 2
        Dalam film “Filosofi Kopi” sikap moral yang dapat kita ambil adalah jangan membenci pahitnya masa lalu karena sepahit apapun masa lalu merupakan pengalaman yang dapat dijadikan suatu pelajaran untuk menghadapi masa depan yang akan datang. Ben yang mempunyai trauma akan masa lalunya dengan kebun kopi namun hal tersebut tidak dijadikannya alasan untuk terpuruk dalam bayang masa lalu, Ben justru bangkit melawan pahitnya trauma tersebut.

Tafsiran Isi 3
      Ketika hutang yang membelit Jody tak kunjung terlunasi, Jody sempat putus asa lalu ia ingin menjual kedai tersebut. Namun seorang pengusaha kaya mendatangi kedai Filosofi Kopi untuk memberikan tantangan kepada sang brista handal, Ben. Ia menantang Ben untuk membuat racikan kopi terbaik yang akan ditawarkan pada investor untuk memenangkan tendernya. Pada awalnya Ben menolak tantangan tersebut, namun pada akhirnya Ben percaya bahwa ia adalah seorang barista terbaik yang dapat menciptakan racikan kopi terbaik pula. Imbalan yang diberikan oleh pengusaha tersebut pun tak tanggung-tanggung​, nominalnya mencapai 1 miliyar namun dengan perjanjian jika Ben gagal maka Ben dan Jody yang akan membayar pengusaha tersebut. Berbagai upayapun dilakukan Ben dan Jody agar dapat menciptakan racikan kopi terbaik, mulai dari membeli biji kopi kualitas terbaik sampai mempelajari kembali proses meracik kopi yang benar. Usaha yang telah Ben lakukanpun membuahkan hasil, ia dapat menciptakan suatu racikan kopi terbaik yang ia beri nama “Ben’s Perfecto”.

Tafsiran Isi 4
        Ben’s Perfecto cukup mendapat sambutan baik dari para penikmatnya serta menjadi kopi terlaris di kedai tersebut dan membuat kedai menjadi semakin ramai. Namun kedatangan seorang foodblogger bernam El (Julie Estelle) yang telah berkelana ke beberapa negara​ menyatakan bahwa kopi tersebut not bad dan bisa dibilang bukan kopi yang sempurna sesuai namanya, pernyataan El membuat Ben marah dan sempat tidak bisa menerima kenyataan pahit tersebut. Karena menurut El kopi ternikmat yang pernah ia rasakan ada kopi Tiwus yang ada di pegunungan Ijen dan diracik langsung oleh petaninya yaitu Pak Seno (Slamet Rahardjo) serta Bu Seno (Jajang C. Noer). Tanpa berpikir panjang, Jody ingin memburu kopi Tiwus tersebut untuk memenangkan tantangan pengusaha. Pada awalnya​ Ben menolak ajakan Jody namun pada akhirnya Ben menyerah dan ingin membuktikan sendiri ucapan El. Akhirnya Ben, Jody, serta ditemani oleh El pergi mengunjungi warung kopi Pak Seno untuk menuntaskan rasa penasaran terhadap kopi Tiwus. Jody mengakui bahwa kopi Tiwus memang benar nikmat, namun Jody masih belum mengakuinya dan meminta Pak Seno untuk memberitahu rahasia di balik kopi Tiwus tersebut.

Tafsiran Isi 5
         Ben masih menyimpan tanda tanya besar kepada El mengapa ia bisa jatuh hati dengan kopi Tiwus dan mengapa kopi Tiwus bisa menjadi kopi ternikmat, akhirnya terjadilah perdebatan kecil antara Ben dan El hingga akhirnya El meluncurkan sebuah pernyataan bahwa selama ini Ben membuat kopi karena obsesinya sedangkan Pak Seno membuat kopi dengan Cinta. Pernyataan El membuat Ben sadar bahwa selama ini ia meracik kopi hanya dengan kepalanya sendiri​ tidak memakai hati. Lalu Ben kembali meracik kopi untuk ia sajikan ke pengusaha, dan Ben berhasil memenangkan tantangan dari pengusaha serta mendapatkan imbalan sebesar 1 miliyar sehingga hutang-hutang yang membelit Ben dan Jody dapat terlunasi.

Tafsiran Isi 6
       Bagi para pecinta serta penggila kopi, kopi bukan sebatas minuman pelengkap saat santai tetapi setiap kopi mempunyai makna tersendiri. Dalam film “Filosofi Kopi” Ben berpendapat bahwa kopi dapat menemukan gambaran diri seseorang. Ben sebagai barista tak hanya menyuguhkan secangkir kopi saja untuk penikmatnya namun ia juga menyajikan sebuah analogi hingga tercipta satu filosofi untuk setiap jenis racikan kopi. Cappuccino melambangkan kelembutan dan keindahan. Caffee latte melambangkan kesederhanaan dan kelembutan. Kopi Tubruk melambangkan lugu, sederhana, tidak peduli penampilan namun sangat memikat. Perfecto melambangkan kesuksesan sebagai wujud kesempurnaan hidup. Kopi Tiwus melambangkan walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya.

Evaluasi
       Film “Filosofi Kopi” diperankan oleh aktor yang memerankan dengan penuh penjiwaan sehingga dapat menggugah emosi penonton serta mampu menguras air mata penonton. Chicco Jerikho berperan sebagai Ben seorang barista, menjadi seorang barista tidaklah mudah namun Chicco Jerikho dapat memerankan dengan baik. Beberapa scene syuting langsung di kebun kopi sehingga latar tempat sangat mendukung. Film ini berhasil membawa piala di Festival Film Bandung, Indonesia dalam kategori “Penulis Skenario Terpuji” serta 2 piala sekaligus di Festival Film Indonesia, Indonesia dalam kategori “Penulis Skenario Adaptasi Terbaik” dan dalam kategori “Penyunting Gambar Terbaik.” Namun sayang, dalam film ini terlihat pemain yang sedang merokok serta berkata kasar yang kurang pantas didengar.

Rangkuman
         Sepahit apapun masa lalu jangan pernah memusuhinya apalagi membencinya karena sesempurna apapun kopi ia mempunyai sisi pahit yang tak dapat disembunyikan namun sisi pahit tersebutlah letak sebuah kenikmatannya. Film ini layak ditonton untuk kalangan remaja, karena film ini dapat menyampaikan pesan moral untuk meredam obsesi yang berlebih.

Sumber :


Diakses pada 17 Mei 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar