Follow Us @literasi_smkn23jkt

Senin, 27 November 2017

Siti Khadijah: Wanita Setia dan Penuh Kasih Sayang Terhadap Rasulullah



Disusun oleh: Fatiha

Makam Khadija Sebelum Hancur


1.    Nama lengkapnya Khadijah binti Khuwailid bin As’ad bin Abd Al Uzza’. Ia dilahirkan di Makkah tahun 68 sebelum hijrah, 15 tahun sebelum tahun gajah atau 15 tahun sebelum kelahiran Muhammad SAW. Ia adalah wanita yang sukses dalam perniagaan, seorang saudagar wanita terhormat dan kaya raya. Pada masa jahiliyah ia dipanggil Ath Thaharoh (wanita suci) karena ia senantiasa menjaga kehormatan dan kesucian dirinya. Orang-orang Quraisy menyebutnya sebagai pemimpin wanita Quraisy.
2.    Ayahnya, Khuwailid bin Asad, adalah tokoh pembesar Quraisy yang terkenal hartawan dan dermawan. Khuwailid sangat mencintai anggota keluarga dan kaumnya, menghormati tamu, dan suka memberdayakan serta membantu kaum miskin dan kaum papa. Ia termasuk sahabat Abdul Mutahalib, datuk Nabi Muhammad SAW. Ibunya bernama Fatimah binti Zaidah. Silsilah nasabnya berujung pada Amir bin Lu’ai. Neneknya adalah Halah Binti Abdul Manaf yang tersambung sampai Lu’ai bin Ghalib. Masing-masing silsilah ayahanda dan ibundanya berasal dari keturunan Quraisy yang terhormat dan mulia. Nasab Khadijah dari pihak ibundanya berhimpun dengan nasab Rasulullah SAW pada kakeknya yang ke-tiga, Abdul Manaf. Dari pihak ayah maupun ibu, Khadijah dan Rasulullah SAW memiliki kekerabatan yang sangat dekat.
3.    Pada tahun 575 Masehi, Siti Khadijah ditinggalkan ibunya. Sepuluh tahun kemudian ayahnya, Khuwailid, menyusul. Sepeninggal kedua orang tuanya, Khadijah dan saudara-saudaranya mewarisi kekayaannya. Kekayaan warisan menyimpan bahaya. Ia bisa menjadikan seseorang lebih senang tinggal di rumah dan hidup berfoya-foya. Bahaya ini sangat disadari Khadijah. Ia pun memutuskan untuk tidak menjadikan dirinya pengangguran. Kecerdasan dan kekuatan sikap yang dimiliki Khadijah mampu mengatasi godaan harta. Karenanya, Khadijah mengambil alih bisnis keluarga. Pada mulanya, Siti Khadijah menikah dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi. Pernikahan itu membuahkan dua orang anak yang bernama Halah dan Hindun. Tak lama kemudian suaminya meninggal dunia, dengan meninggalkan kekayaan yang banyak, juga jaringan perniagaan yang luas dan berkembang. Lalu Siti Khadijah menikah lagi untuk yang kedua dengan Atiq bin ‘A’id bin Abdullah al-Makhzumi. Setelah pernikahan itu berjalan beberapa waktu, akhirnya suami keduanya pun meninggal dunia, yang juga meninggalkan harta dan perniagaan. Dengan demikian, saat itu Siti Khadijah menjadi wanita terkaya di kalangan bangsa Quraisy. Karenanya, banyak pemuka dan bangsawan bangsa Quraisy yang melamarnya, mereka ingin menjadikan dirinya sebagai istri. Namun, Siti Khadijah menolak lamaran mereka dengan alasan bahwa perhatian Khadijah saat itu sedang tertuju hanya untuk mendidik anak-anaknya. Juga dimungkinkan karena, Khadijah merupakan saudagar kaya raya dan disegani sehingga ia sangat sibuk mengurus perniagaan.
4.    Para sejawatnya mengakui keberhasilan Siti Khadijah, ketika itu mereka memanggilnya “Ratu Quraisy” dan “Ratu Mekkah”. Orang-orang memanggil Khadijah dengan Ratu Mekkah karena kekayaannya. Khadijah juga biasa dipanggil dengan nama Ummu Hindun dan mendapat gelaran ath-thahirah (wanita suci) atau ummul mukminin (ibu orang-orang mukmin). Gelaran ath-thahirah diperolehi sebelum kedatangan Islam kerana kesucian budi pekertinya, kedudukannya yang mulia ditengah-tengah kaumnya, dan kesucian dirinya Khadijah juga diberi gelar ummul mukminin (ibu orang-orang mukmin) karena ia adalah sebaik-baik istri yang mempunyai suri teladan yang baik bagi insan yang mau mengikutinya.
5.    Suatu ketika, Muhammad berkerja mengelola barang dagangan milik Siti Khadijah untuk dijual ke Syam bersama Maisyarah. Setibanya dari berdagang Maysarah menceritakan mengenai perjalanannya, mengenai keuntungan-keuntungannya, dan juga mengenai watak dan kepribadian Muhammad. Setelah mendengar dan melihat perangai manis, pekerti yang luhur, kejujuran, dan kemampuan yang dimiliki Muhammad, kian hari Khadijah semakin mengagumi sosok Muhammad. Selain kekaguman, muncul juga perasaan-perasaan cinta Khadijah kepada Muhammad. Tibalah hari suci itu. Maka dengan maskawin 20 ekor unta muda, Muhammad menikah dengan Siti Khadijah pada tahun 595 Masehi. Pernikahan itu berlangsung diwakili oleh paman Khadijah, ‘Amr bin Asad. Sedangkan dari pihak keluarga Muhammad diwakili oleh Abu Thalib dan Hamzah. Ketika Menikah, Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Siti Khadijah berusia 40 tahun. Bagi keduanya, perbedaan usia yang terpaut cukup jauh dan harta kekayaan yang tidak sepadan di antara mereka, tidaklah menjadi masalah, karena mereka menikah dilandasi oleh cinta yang tulus, serta pengabdian kepada Allah. Dan, melalui pernikahan itu pula Allah telah memberikan keberkahan dan kemuliaan kepada mereka. Setelah menikah dengan Rasulullah SAW, beliau dikurniakan 6 orang anak. Ke-6 orang anaknya hasil pernikahannya dengan Rasulullah lahir setelah ia berusia 40 tahun. Khadijah melahirkan 2 orang putra dan 4 orang putri. Anak pertama sekaligus putra pertama Rasulullah bernama Qasim. Putra kedua beliau bernama Abdullah, biasa dipanggil ath-thahir dan ath-thayyib karena dilahirkan setelah kedatangan Islam. Kedua putra ini meninggal dunia ketika masih bayi.  Anak ke-3 bernama Zainab, putri sulung yang lahir sebelum Nabi Muhammad SAW diutus Allah sebagai rasul. Anak ke-4 dan ke-5 adalah Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Kedua putri beliau ini dinikahi oleh kedua anak Abu Lahab, Atabah dan Utaibah. Anak yang ke-6 adalah Fatimah Az-Zahra. Menikah dengan seorang sahabat yang terkenal dan disegani yaitu Ali bin Abi Thalib. Ia adalah ibunda Hassan dan Husein.
6.    Siti Khadijah sakit keras akibat beberapa tahun menderita kelaparan dan kehausan. Semakin hari kondisi kesehatan badannya semakin memburuk. Dalam sakit yang tidak terlalu lama, dalam usia 60 tahun, wafatlah seorang mujahidah suci yang sabar dan teguh imannya, Sayyidah Siti Khadijah al-Kubra binti Khuwailid. Siti Khadijah wafat dalam usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-10 kenabian, atau tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah atau 619 Masehi. Ketika itu, usia Rasulullah sekitar 50 tahun. Beliau dimakamkan di dataran tinggi Mekkah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun. Karena dua orang yang dicintainya (Khadijah dan Abu Thalib) telah wafat, maka tahun itu disebut sebagai ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah.
7.    Dalam perjalanan islam, Khadijah merupakan orang dan perempuan pertama yang memeluk agama islam. Dalam hadits nabi sahih muslim diyakini Nabi Muhammad SAW mengatakan mengenai Khadijah (diterjemahkan sebagai berikut) “Tuhan Yang Maha Esa dikehidupan ini tidak pernah memberikan orang yang lebih baik  dari dia (Khadijah), dia menerima saya ketika orang-orang menolak saya, dia mempercayai saya ketika orang-orang meragukan saya, dia berbagi harta dengan saya ketika orang-orang melarangnya, dan Allah memberikan anak hanya melalui dirinya”. Dan benar saja, melalui Khadijah Nabi Muhammad mempunyai seorang putri bernama Fatima al-Zahra dan melalui Fatima Nabi Muhammad SAW mendapatkan dua cucu bernama al-Hasan dan al-Husain. Dan hanya dari sinilah garis keturunan Nabi Muhammad SAW berlanjut.


Sumber:

Diakses pada: 19 November 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar