Follow Us @literasi_smkn23jkt

Rabu, 22 November 2017

Andrea Hirata : Novelis Sastra Berbakat Gantong

Disusun oleh : Riskha Pramoda Y


1.    Andrea Hirata terlahir dengan nama Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun. Lahir di Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung, pada tanggal 24 Oktober 1982. Saat ia masih kecil, orang tuanya mengubah namanya tujuh kali. Mereka akhirnya memberi nama Andrea dan nama Hirata diberikan oleh ibunya.
2.   Andrea Hirata tumbuh dalam keluarga miskin yang tidak jauh dari tambang timah milik pemerintah, yakni PN Timah (sekarang PT Timah Tbk).
3.  Andrea memulai pendidikan tinggi dengan gelar di bidang ekonomi dari Universitas Indonesia. Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia amat menggemari fisika, kimia, biologi, astronomi dan sastra. Ia lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Saat itu ia sedang mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal di Kye Gompa, desa di Himalaya.
4.    Setelah menerima beasiswa dari Uni Eropa, Andrea mengambil program master di Eropa. Pertama di Universitas Paris, lalu lanjut ke Universitas Sheffield Hallam di Inggris. Tesisnya di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari Universitas Sheffield Hallam dan ia lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah.
5.    Pada tahun 1997, Andrea Hirata resmi menjadi pegawai PT Telkom. Niatnya untuk menuliskan pengabdian sang inspiratornya kembali membuncah manakala ia menjadi relawan untuk korban tsunami di Aceh. Ketika ia melihat rumah, sekolah, dan berbagai bangunan yang ambruk, memorinya akan masa kecilnyatelurang kembali. Dan tentu saja, Bu Mus memantapkan hatinya untuk menuliskan perjuangan guru tercintanya itu ke dalam sebuah karya sastra.
6.   Andrea merilis novel Laskar Pelangi pada tahun 2005. Novel ini ditulis dalam waktu enam bulan berdasarkan pengalaman masa kecilnya di Belitung. Ia kemudian menggambarkannya sebagai "Sebuah ironi tentang kurangnya akses pendidikan bagi anak-anak di salah satu pulau terkaya di dunia". Novel ini terjual lima juta eksemplar, dengan edisi bajakan terjual 15 juta lebih. Novel ini menghasilkan tetralogi novel, yakni Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.
7.   Sukses dengan novel tetralogi, Andrea merambah dunia film. Novelnya yang pertama, telah diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama yaitu Laskar Pelangi pada tahun 2008. Dengan menggandeng Riri Riza sebagai sutradara dan Mira Lesmana sebagai produser, film ini menjadi film yang paling fenomenal di tahun 2008. Dan jelang akhir tahun 2009, Andrea bersama Miles Films dan Mizan Production kembali merilis sekuelnya yaitu Sang Pemimpi.
8.    Setelah berhasil dengan tetralogi Laskar Pelangi tersebut, Andrea kembali membuat karya Dwilogi ‘Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas pada tahun 2010. Lalu dilanjutkan dengan karya ‘Sebelas Patriot pada tahun 2011, Laskar Pelangi Song Book pada tahun 2012 dan Ayah pada tahun 2015.
9.    Begitu banyak penghargaan yang Andrea Hirata terima dari hasil karya sastranya tersebut. Beberapa di antaranya adalah penghargaan dari Khatulistiwa Literaly Award (KLA), Aisyiyah Award, Paramadina Award, Netpac Critics Award, Buch Awards Jerman, Festival Buku New York (general fiction category), Honorary Doctor of Letters (Hon DLitt) dari Universitas Warwick.
10. Andrea Hirata sangat pantas menyandang julukan “Novelis Sastra Berbakat” karena ia mampu menghasilkan karya-karya yang sangat menakjubkan. Dan berkat kerja kerasnya itu, ia berhak mendapatkan penghargaan yang lebih banyak lagi.

Daftar Pustaka :
http://id.m.wikipedia.org diakses pada bulan November 2017
http://m.merdeka.com diakses pada bulan November 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar