Follow Us @literasi_smkn23jkt

Minggu, 26 November 2017

Soe Hok Gie : Sang Penulis Kritis Pada Masa Orde Lama dan Baru

Disusun oleh Maisaroh Amalia







1. Soe Hok Gie lahir pada 17 Desember 1942. ketika dunia berada di tengah puncak perang dunia kedua dan Indonesia masih dalam proses perjuangan menuju kemerdekaan di bawah kependudukan Jepang. Menurut seseorang peneliti, sejak masih Sekolah Dasar (SD), Soe Hok Gie bahkan sudah membaca karya-karya sastra yang serius, seperti karya Pramoedya Ananta Toer. Mungkin karena Ayahnya juga seorang penulis, sehingga tak heran jika dia begitu dekat dengan sastra. Di saat anak-remaja jaman sekarang tumbuh dengan sinetron, idol group, dan "reality" show selebrity. Gie menghabiskan masa kecil-remajanya dengan bolak-balik ke perpustakaan umum dan beberapa taman bacaan di pinggir-pinggir jalan Kota Jakarta. Di saat anak-anak lain seumurannya masih suka keluyuran main layangan, gundu, atau ngoboy keliling kota. Gie mengisi masa kecil-remajanya dengan membaca puluhan  (atau mungkin ratusan) "dongeng" sastra klasik, filsafat, sejarah, dan biografi tokoh-tokoh yang mengubah dunia.
2. Soe Hok Gie adalah Orang keturunan China. Seorang putra dari pasangan Soe Lie Pit seorang novelis dengan Nio Hoe An. Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan, Soe Hok Gie merupakan adik dari Soe Hok Djie yang juga dikenal dengan nama Arief Budiman. Sejak masih sekolah, Soe Hok Gie dan Soe Hok Djin sudah sering mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman bacaan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta.
3. Selepas dari SMP, ia berhasil masuk ke Sekolah Menengan Atas (SMA) Kanisius jurusan sastra. Selama di SMA inilah minat Soe Hok Gie pada sastra makin mendalam, dan sekaligus dia mulai tertarik pada ilmu sejarah. Selain itu, kesadaran berpolitiknya mulai bangkit. Dari sinilah, awal pencatatan perjalanannya yang menarik itu; tulisan yang tajam dan penuh kritik. Ada hal baik yang diukurnya selama menempuh pendidikan di SMA, Soe Hok Gie ia melanjutkan ke Universitas Indonesia. Soe Hok Gie memilih ke fakultas sastra jurusan sejarah .Di masa kuliah inilah Gie menjadi aktivis kemahasiswaan. Banyak yang meyakini gerakan Gie berpengaruh besar terhadap tumbangnya Soekarno dan termasuk orang pertama yang mengritik tajam rejim Orde Baru.
4. Gie juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Tulisan-tulisannya banyak dimuat di beberapa media massa, seperti Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Sebagai aktivis kemahasiswaan, Gie juga sempat terlibat sebagai staf redaksi Mahasiswa Indonesia, sebuah koran mingguan yang diterbitkan oleh mahasiswa angkatan 66 di Bandung untuk mengkritik pemerintahan Orde Lama. Pada tahun 1983, Gie menerbitkan buku berjudul "Catatan Seorang Demonstran" yang merupakan buku harian Gie sendiri. Beberapa buku Gie yang lain juga diterbitkan, di antaranya "Zaman Peralihan" (1995) yang merupakan kumpulan artikel Gie selama rentang tiga tahun masa Orde Baru, "Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan (1997) dan "Di Bawah Lentera Merah" (1999) keduanya merupakan skripsi Gie yang kemudian dibukukan.
5. Pada tahun 2005, sutradara muda Riri Riza menggarap film berjudul "Gie", yang diangkat dari buku "Catatan Seorang Demonstran" karya Gie sendiri. Dalam film ini, tokoh Gie diperankan oleh aktor Nicholas Saputra. Pada Festival Film Indonesia 2005, Gie memenangkan tiga penghargaan, masing-masing dalam kategori Film Terbaik, Aktor Terbaik (Nicholas Saputra), dan Penata Sinematografi Terbaik (Yudi Datau). Serta terpilih dalam nominasi beberapa kategori penghargaan FFI.
6. 24 Februari 1968 meliputi perjalanan ke Amerika, politik pesta dan cinta, serta akhirnya mencari makna merupakan catatan pengalaman sehari-hari yang melukiskan peristiwa, pendapat, gejolak perasaan dalam lika-liku hidupnya sebagai seorang pemuda yang tak lepas dari kegembiraan,kesedihan,benci, cinta dan kecewa.
7. Wafatnya Soe Hok Gie di Gunung Semeru
Tanggal 8 Desember.Hok Gie meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis. Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut. Pada tanggal 24 Desember 1969 Gie dimakamkan di pemakaman Menteng Pulo, namun dua hari kemudian dipindahkan ke Pekuburan Kober, Tanah Abang. Tahun 1975 Ali Sadikin membongkar Pekuburan Kober sehingga harus dipindahkan lagi, namun keluarganya menolak dan teman-temannya sempat ingat bahwa jika dia meninggal sebaiknya mayatnya dibakar dan abunya disebarkan di gunung. Dengan pertimbangan tersebut akhirnya tulang belulang Gie dikremasi dan abunya disebar di puncak Gunung Pangrango.
8. Soe Hok Gie memiliki sifat Idealisme, Moralis Absolut dan Humanisme Universal,ia adalah seorang inspirator yang dituangkan melalui bukunya yang berjudul Catatan Seorang Demonstran menjadi sumber inspirasi. Sudah sepantasnya tokoh ini layak untuk dikenang banyak orang dan terutama para mahasiswa sekarang.

Daftar pusaka :
 1. https://www.zenius.net/blog/6253/biografi-soe-hok-gie
2.http://www.biografiku.com/2009/02/biografi-soe-hok-gie-1942-1969.html
4. https://sihombingalvin.wordpress.com/2012/04/23/resensi-buku-soe-hok-gie-catatan-seorang-demonstran/
Diakses pada tanggal : Selasa,21 November 2017


Tidak ada komentar:

Posting Komentar