Follow Us @literasi_smkn23jkt

Senin, 27 November 2017

Sapardi Djoko Damono : Sang Pujangga yang legendaris

Disusun Oleh : Sri Lestari


1. Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir di Surakarta, 20 Maret 1940; umur 77 tahun) adalah seorang pujangga berkebangsaan Indonesia terkemuka. Ia dikenal melalui berbagai puisi-puisinya yang menggunakan kata-kata sederhana. Anak pertama dari pasangan Sadyoko dan Sapariah ini lahir di rumah kakeknya, di kampung Baturono, tidak jauh dari Alun-alun Selatan kota Solo. Kakeknya seorang abdi dalem Kraton Kasunanan yang pandai membuat wayang. Ia pernah mendapatkan seperangkat wayang kulit buatan kakeknya itu. Jangan heran kalau sedikit-sedikit, sapardi bisa memainkan wayang kulit. Saat usianya 3 tahun, ayah dan ibunya menyewa rumah di kampung Dhawung, Sapardi pindah ke sana. Pada masa kecilnya, Sapardi sering melihat pesawat-pesawat terbang menjatuhkan bom sehingga rumah-rumah terbakar. Di satu sisi ia senang menyaksikan pesawat-pesawat itu, di sisi lain tentu saja ia ketakutan.
2.   Sapardi masuk Sekolah Dasar Kasatrian, yakni sekolah dasar yang khususdiperuntukan bagi kaum laki-laki para kerabat Kraton. Meski berdarah ningrat, jejak-jejak keningratan tidak tampak pada perilaku dan karya-karyanya. Ini menunjukkan sekolah itu hanya memberikan pendidikan formal saja. Bedanya, di sekolah itu Sapardi mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan menabuh gamelan dan menari tari Jawa. Meski demikian, yang tampak sejak SMA, Sapardi lebih suka main gitar daripada alat musik tradisional Jawa. Setamat SD, ia melanjutkan ke SMP II di wilayah Mangkunagaran, Surakarta. Kemudian melanjutkan ke SMA II di Margoyudan, Surakarta.
3.  Dari berbagai kemampuannya di bidang seni, mulai dari menari, bermain gitar, bermain drama, dan sastrawan, tampaknya bidang sastralah yang paling menonjol dimilikinya. Pria yang dijuluki SDD ini tidak hanya menulis puisi, namun juga cerita pendek. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah "Horison", "Basis", dan "Kalam". Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar. Ia menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.






4.   Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya. Yang terkenal terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet "Dua Ibu"). Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD. Musikalisasi puisi karya SDD dimulai pada tahun 1987 ketika beberapa mahasiswanya membantu program Pusat Bahasa, membuat musikalisasi puisi karya beberapa penyair Indonesia, dalam upaya mengapresiasikan sastra kepada siswa SLTA. Saat itulah tercipta musikalisasi Aku Ingin oleh Ags. Arya Dipayana dan Hujan Bulan Junioleh M. Umar Muslim. Kelak, Aku Ingin diaransemen ulang oleh Dwiki Dharmawan dan menjadi bagian dari "Soundtrack Cinta dalam Sepotong Roti" (1991), dibawakan oleh Ratna Octaviani. Beberapa tahun kemudian lahirlah album "Hujan Bulan Juni" (1990) yang seluruhnya merupakan musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono. Duet Reda Gaudiamo dan Ari Malibu merupakan salah satu dari sejumlah penyanyi lain, yang adalah mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Album "Hujan Dalam Komposisi" menyusul dirilis pada tahun 1996 dari komunitas yang sama.
5.  Beliau juga mendapat penghargaan atas karya-karyanya dalam bidang sastra diantaranya Cultural Award dari Australia (1978), Anugerah Puisi Putra dari Malaysia (1983), SEA Write Award dari Thailand (1986), Anugerah Seni dari Pemerintah Indonesia (1990), Mataram Award (1985), Kalyana Kretya (1996) dari Menristek RI, Penghargaan Achmad Bakrie (2003). Sapardi menyadari bahwa sajak dan ceritanya tidak bisa menopang hidupnya secara ekonomi. Namun, dengan karya kreatifnya, Sapardi bisa melanglang buana. Di samping itu, beberapa puisinya sering dinyanyikan pada pesta pernikahan, muncul di kartupos, kalender, poster, T-shirt, bloknot, topi pet dan kue. Ini yang membuatnya bahagia. Karya-karyanya dikenal tidak hanya di dalam negeri, tapi sudah mendunia. Salah satu buktinya, Perdana Lihat Daftar Menteri Menteri India, Narashima Rao pernah mengutip sajaknya yang berjudul “Pilgrimage” (terjemahan puisi “Ziarah”) dalam suatu pidato pada KTT Non-Blok. Hal itu jelas menjadi hal yang membahagiakan bagi Sapardi. Selain melahirkan puisi-puisi, Sapardi juga aktif menulis esai, kritik sastra, artikel serta menerjemahkan berbagai karya asing. Dengan karya-karyanya itulah ia menjadi sosok legenda yang mempunyai kontribus penting terhadap pengembangan sastra di Tanah Air.



https://lordbroken.wordpress.com/2013/06/17/biografi-dan-kumpulan-puisi-sapardi-djokodamono/









                                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar