Disusun
oleh: Kevin
Produser : Chand Parwez Servia, Fiaz Servia
Sutradara : Ernest Prakasa
Penulis : Ernest Prakasa
Produksi : Starvision
Pemain : Ernest Prakasa (Ernest), Morgan Oey
(Patrick), Lala Karmela (Meira), Kevin Anggara (Ernest remaja), Brandon
Nicholas Salim (Patrick remaja)
Tanggal rilis : 30 Desember 2015
Negara : Indonesia
Orientasi 1 :
Film NGENEST adalah sebuah film komedi yang tayang di
Bioskop Indonesia pada 31 Desember 2015. Film NGENEST - "Kadang Hidup
perlu Ditertawakan" merupakan hasil adaptasi dari Trilogi Novel yang
berjudul sama NGENEST - Ngetawain Hidup Ala Ernest Prakasa 1, 2, dan 3 karya
Ernest Prakasa produksi Starvision Plus.
Orientasi 2 :
NGENEST menceritakan tentang Ernest Prakasa (Sky Tierra
Solana - Kevin Anggara - Ernest Prakasa), seorang pria keturunan Cina yang
merasakan beratnya terlahir sebagai minoritas yang selalu dibully oleh
teman-teman sekolahnya sejak dia masih SD. Menjadi korban bully membuatnya
bertekad bahwa keturunannya kelak tidak boleh mengalami nasib yang sama. Untuk
itu, ia berikrar untuk menikahi perempuan pribumi, dengan harapan agar anaknya
kelak tidak mengalami kemalangan yang ia alami.
Tafsiran isi 1 :
Ernest adalah anak dari pasangan suami istri (Ferry Salim
- Olga Lydia) keturunan Cina. Penampilan fisiknya cukup mencerminkan orang Cina
kebanyakan. Kulit putih, mata sipit. Dan ternyata, terlahir dengan mata sipit
dan kulit putih menjadi kerugian baginya.
Sejak hari pertama menginjakkan kaki di SD, ia langsung dibully. Hal ini
berlanjut terus hingga SMP. Di SMP, ia mencoba cara yang berbeda, yakni
berusaha berkawan dengan para pembully, dengan harapan bila ia berhasil
berbaur, maka ia tidak akan jadi korban bully. Sayangnya, cara ini pun gagal.
Tafsiran isi 2 :
Akhirnya Ernest berpikir bahwa ini adalah nasib yang
harus ia terima. Tapi ia sadar bahwa ini tidak harus dialami oleh keturunannya
kelak. Ia harus memutus mata rantai, dengan cara menikahi seorang perempuan
pribumi, dengan harapan kelak ia akan memiliki seorang anak pribumi. Rencana
ini ditentang oleh sahabatnya sejak SD, Patrick (Marvell Adyatma - Brandon
Nicholas Salim - Morgan Oey) , yang merasa cita-cita Ernest ini aneh.Di tahun
ketiga ia kuliah, barulah ia berkenalan dengan Meira (Lala Karmela), seorang
gadis Sunda/Jawa yang seiman dengannya. Perkenalan berlangsung cukup
mulus, tapi masalah timbul saat Ernest bertemu dengan ayah Meira yang sama
sekali tidak menyukai jika kelak anaknya berpacaran dengan seorang Cina. Beliau
punya pengalaman pahit karena pernah nyaris bangkrut akibat ditipu oleh rekan
bisnisnya yang juga keturunan Cina. Lama kelamaan, Ernest berhasil mengambil hati
ayah Meira dan beliau mengijinkan jika Meira menikah dengan Ernest.
Tafsiran isi 3 :
Setelah menikah, Ernest memiliki kekhawatiran jika kelak
anak mereka terlahir sipit seperti Ernest. Segala ketakutan ini membuat Ernest
menunda-nunda keinginan memiliki anak. Di sisi lain, Meira yang sudah didesak
orangtuanya yang ingin segera memiliki cucu. Hingga akhirnya Meira hamil dan
mendekati hari persalinan, Ernest pun mengalami stress hingga menarak orang,
dan melakukan banyak kesalahan di kantor hinga ia dimaki oleh atasannya.
Tafsiran isi 4 :
Tidak kuat menghadapi begitu banyak masalah, Ernest pun
melarikan diri ke basecamp tempat masa kecilnya dengan Patrick. Patrick pun
menemukan Ernest disana dan menyadarkan Ernest untuk segera ke rumah sakit
tempat Meira melahirkan. Meira pun melahirkan bayi perempuan bermata sipit
seperti ayahnya. Meski begitu, Ernest sangat bahagia karena kehadiran anaknya
menambah kehangatan keluarga kecilnya dengan Meira.
Tafsiran isi 5 :
Film garapan Ernest Prakasa ini cenderung memiliki makna
yang lebih dalam karena menyinggung masalah sosial.Ngenest bisa dibilang
merupakan curahan hati (curhat)Ernest yang semasa hidupnya merasa diperlakukan
“tidak adil” lantaran lahir dari keturunan Tionghoa. Curhatan ini sebelumnya
sudah ia tuangkan dalam bentuk buku berjudul sama yang berkonsep trilogi.Ngenest
banyak sekali menampilkan fakta-fakta yang sering terjadi di dalam kehidupan
bermasyarakat. Mulai dari kebiasaan mengejek seseorang karena tampilan fisik
mereka, hingga kebiasaan menilai sikap seseorang berdasarkan suku ataupun agama
mereka. Dengan kata lain, film ini sebenarnya ingin menyentil orang-orang yang
sering berlaku demikian, namun dengan cara yang halus sehingga tidak sampai
menyinggung perasaan.
Evaluasi :
Film ini telah ditonton sebanyak 300 ribu penonton.
Kelebihan
dari cerita ini adalah di adaptasi langsung dari novel. Film ini berani untuk
menampilkan perbedaan yang ada di masyarakat sekitar. Kekurangan dari film ini
adalah terlalu rasis. Memang bagus dalam segi cerita namun dialog-dialog yang
digunakan oleh pemainnya kurang enak di dengar.
Rangkuman :
Film berdurasi 95 menit ini dibalut dengan humor segar
dan ringan, sekaligus isu “laten” bangsa Indonesia sejak era orde baru,
reformasi, hingga kini; sinisme terhadap Cina. Ernest mampu mengangkat isu
sensitif tersebut menjadi sesuatu yang layak untuk “ditertawakan”, dan sesekali
justru membuat kita berpikir “iya sih ya, ternyata emang separah itu”. Secara
tidak langsung film ini menggambarkan “sulitnya” hidup menjadi seorang
minoritas, namun dengan situasi yang dapat diterima oleh penonton hingga
penonton pun tidak merasa “disindir” atau “digurui”.
Sumber :
Diakses pada tanggal 15-5-2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar