Follow Us @literasi_smkn23jkt

Senin, 23 November 2015

Susi Susanti: “Sang Tunggal Putri Harumkan Negeri”

Disusun oleh: Kharisma Alya Putri


  1. Lucia Fransisca Susi Susanti lahir pada 11 Februari 1971 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Semenjak SD, Susi sudah suka bermain bulutangkis, Kebetulan orang tuanya juga sangat mendukung dan memberinya kebebasan untuk menjadi atlet bulutangkis. Setelah menang kejuaraan junior, ia pindah dari Tasikmalaya ke Jakarta. Meski saat itu ia masih duduk di bangku 2 SMP, ia sudah mulai berpikir untuk serius di dunia bulutangkis. Susi menikah pada 9 Februari 1997 dengan Alan Budikusuma, yang meraih medali emas bersamanya di Olimpiade Barcelona 1992. Pasangan Alan dan Susi memiliki 3 orang anak yang bernama Laurencia Averina (1999), Albertus Edward (2000), dan Sebastianus Frederick (2003). 
  2.  Saat pindah dari Tasikmalaya ke Jakarta, Susi tinggal di asrama dan bersekolah di sekolah khusus untuk atlet. Pergaulannya terbatas dengan sesama atlet, bahkan pacaran pun dengan atlet pula. Jadwal latihannya pun sangat padat. Enam hari dalam sepekan, Senin sampai dengan Sabtu mulai dari pukul 07:00 hingga pukul 11.00. Kemudian disambung lagi dari pukul 15:00 sampai pukul 19:00. Ada aturan tersendiri untuk makan, jam tidur, sampai tentang pakaian. Ia tidak diperbolehkan menggunakan sepatu dengan hak tinggi untuk menghindari kemungkinan keseleo. Untuk berjalan-jalan ke mall pun hanya bisa pada hari Minggu. Itu pun jarang dilakukan karena lelah berlatih. 
  3.  Susi susanti memulai karier bulutangkis di klub milik pamannya, PB Tunas Tasikmalaya. Pada awal kariernya di tahun 1989, Susi sudah berhasil menjadi juara di Indonesian Open. Selain itu, berkat kegigihan dan ketekunannya, Susi berhasil turut serta menyumbangkan gelar Piala Sudirman pada tim Indonesia untuk pertama kalinya dan belum pernah terulang sampai saat ini. Setelah itu ia pun mulai merajai kompetisi bulutangkis wanita dunia dengan menjuarai All England sebanyak empat kali (1990, 1991, 1993, 1994) dan menjadi Juara Dunia pada tahun 1993.
  4. Puncak karier Susi bisa dibilang terjadi pada tahun 1992 pada saat ia menjadi juara tunggal putri cabang bulutangkis di Olimpiade Barcelona, 1992. Susi menjadi peraih emas pertama bagi Indonesia di ajang Olimpiade. Susi kembali berhasil meraih medali, kali ini medali perunggu pada Olimpiade 1996 di Atlanta, Amerika Serikat. Selain itu, Susi turut serta menorehkan prestasi dengan merebut Piala Uber tahun 1994 dan 1996 bersama tim Uber Indonesia, gelar yang telah lama lepas dari genggaman srikandi-srikandi kita. Puluhan gelar seri grand prix juga berhasil ia raih sepanjang karirnya.
  5.  9 Februari 1997 menjadi titik balik kehidupan Susi Susanti. Pada saat itu dia memutuskan untuk mengakhiri masa lajang. Pilihannya jatuh kepada rekannya di pelatnas Alan Budikusuma yang telah sepuluh tahun menjadi kekasihnya. Dari semua gelar yang pernah direbut Susi, emas Olimpiade Barcelona 1992 adalah yang paling berkesan. Itu adalah emas pertama bagi Indonesia dalam sejarah Olimpiade. Gelar itu makin berkesan karena Alan juga sukses merebut emas. Sebutan “Pengantin Olimpiade” pun melekat pada mereka. ''Mungkin ada pasangan yang merebut dua emas Olimpiade. Tetapi, kadang beda tahun atau pun cabang olahraga. Seperti kami ini sangat sulit dilakukan,'' papar Susi penuh kebanggaan.
  6. Susi mengaku mempunyai pengalaman yang mengecewakan terutama dalam organisasi. Ketika ia dan Alan berprestasi, ada pihak-pihak tertentu yang tidak senang. Mereka berusaha membagi bonus kepada Susi dan Alan dengan asumsi mereka berdua dianggap satu orang. Hal ini menunjukkan sikap tidak profesional pemerintah maupun PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia)  yang mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu. 
  7. Susi berharap agar orang-orang yang terlibat di PBSI adalah orang yang benar-benar ingin memajukan perbulutangkisan, bukan untuk kepentingan pribadi. Selain itu, Susi merasa sedih karena olahraga bulutangkis tidak lagi dipandang antusias oleh masyarakat. Ia mengingat betapa antusiasnya masyarakat menyambut kejuaraan bulutangkis seperti All England. Ia melihat hal ini disebabkan karena perhatian anak-anak muda masa kini lebih ke hiburan.
  8. Saat masih aktif menjadi pemain, Susi selalu berusaha menjadikan dirinya sebagai contoh yang baik bagi pemain lainnya. Ia sangat disiplin terhadap waktu latihan atau pun di luar latihan. Kiprah Susi Susanti di dunia bulutangkis memang luar biasa. Dalam setiap pertandingan, ia selalu menunjukkan sikap yang tenang dan tanpa emosi bahkan pada saat tertinggal jauh perolehan angkanya. Semangatnya yang pantang menyerah selalu berhasil membuat para pendukungnya yakin Susi akan memberikan usaha yang terbaik.
  9. Walaupun telah meraih puluhan gelar tingkat internasional, ada satu sikap yang tidak pernah hilang dari diri Susi Susanti, Ia selalu bersikap rendah hati dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Baginya, kekalahan bukanlah akhir dari segalanya, namun justru kesempatan untuk memperbaiki kemampuan dan menghindarkan dari sikap sombong. Sungguh satu sikap yang patut dicontoh oleh para generasi muda bangsa Indonesia.
  10. Setelah menggantungkan raketnya, Susi memulai kehidupannya dari nol lagi. Suaminya, Alan Budikusuma mencoba berbagai macam jenis usaha, sampai menjadi pelatih di Pelatnas, membuka sebuah toko di ITC Mega Grosir Cempaka Mas yang menjual berbagai macam pakaian asal Cina, Hongkong dan Korea, serta sebagian produk lokal. Selain itu, Susi bersama Alan mendirikan Olympic Badminton Hall di Kelapa Gading sebagai gedung pusat pelatihan bulutangkis. Mereka berdua juga membuat raket dengan merek Astec (Alan-Susi Technology) pada pertengahan tahun 2002. Kini mereka menjalani hari-harinya bersama ketiga putra mereka di rumah nan asri di Komplek Gading Kirana, Jakarta Utara. Mereka masih rutin bermain bulutangkis sampai saat ini, minimal dua kali seminggu untuk menjaga kondisi.  
  11. Dengan segala prestasinya, pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Utama pada 1992. Ratu Sirikit dari Thailand juga turut memberikan apresiasi berupa Penghargaan Ratu Sirikit di tahun yang sama. Susi juga pernah masuk Guiness Book of Record alias daftar rekor dunia seperti halnya Rudy Hartono. ''Pada awalnya Saya tidak tahu kalau nama saya masuk daftar Guiness Book of Record. Saya baru tahu setelah diberi tahu Helmy Yahya (presenter, Red) ketika menjadi bintang tamu dalam dalam satu acara di televisi,'' tuturnya.
  12. Susi juga mendapatkan penghargaan Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama dari pemerintah Republik Indonesia atas prestasinya mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Pada bulan Mei 2004, International Badminton Federation (sekarang Badminton World Federation) memberikan penghargaan Hall Of Fame kepada Susi Susanti. Selain Susi, pemain Indonesia lainnya yang memperoleh penghargaan Hall Of Fame antara lain Rudy Hartono Kurniawan, Dick Sudirman, Christian Hadinata, dan Liem Swie King.
  13. Susi Susanti memiliki semangat juang yang tinggi, sehingga ia bisa meraih berbagai macam gelar juara pada ajang bulutangkis di masanya. Sudah sepantasnya ia mendapatkan penghargaan dari pemerintah maupun pihak-pihak lain atas prestasinya yang telah mengharumkan Indonesia. Selain pemerintah, masyarakat Indonesia juga harus lebih mendukung dan menghargai atlet yang sudah berjuang demi nama baik Indonesia. Pengalaman yang di alami oleh Susi juga dapat dijadikan sebagai pelajaran bahwa segala sesuatu butuh perjuangan dan pengorbanan.

Daftar Pustaka :
https://id.wikipedia.org/wiki/Susi_Susanti di akses pada 5 November 2015
di akses pada 5 November 2015
di akses pada 15 November 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar