Follow Us @literasi_smkn23jkt

Jumat, 20 November 2015

Al Khawarizmi : Bapak Aljabar, Aritmatika, dan Astronomi

Disusun oleh : Afifah Nuraini

1.    Muhammad bin Musa al-Khawarizmi lahir pada 780 M di bagian Barat kota Bagdad. Selain itu beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff. Al-Khawarizmi dikenal di Barat sebagai al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara ejaan lagi. Pada saat Al Khawarizmi masih kecil, kedua orang tuanya berimigran, pindah dari Uzbekistan menuju Baghdad, Irak. Ayahnya, Musa bin Syakir adalah seorang pegawai Khalifah al-Ma’mun. Al-Khawarizmi diperkirakan hidup di pinggiran Baghdad pada masa Khalifah al-Ma’mun (813-833 M) zaman dinasti Abbasiyyah. Beliaulah yang menemukan Al Jabru wal Mukobala (penjabaran dan penyelesaian), dinama latinkan menjadi Aljabar.
2.    Al-Khawarizmi memasuki Kitab (sekolah rendah)  6 tahun, belajar membaca, menulis, menghafal al-Quran dan mempelajari asas 'Ulum as-Syariah di peringkat madrasah (sekolah menengah), beliau berminat terhadap 'Ulum al-Adbiah (ilmu -ilmu dalam bidang sastera) dan 'Ulum ar-Riyadhiah (ilmu-ilmu dalam bidang matematik, al-Gebra, dan geometri). Minatnya dalam bidang tersebut membawa ia menjadi terkenal. Dengan itu, Khalifah al-Makmun telah meminta beliau  menulis buku, yang berkaitan dengan ilmu tersebut untuk dijadikan rujukan umat Islam.
3.    Dalam usia muda beliau bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt al-Hikmah di Baghdad. Dia bekerja dalam sebuah observatory yaitu tempat belajar matematika dan astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercaya untuk memimpin perpustakaan khalifah. Beliau pernah memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada dunia Islam. Ia juga merupakan seorang penulis Ensiklopedia dalam berbagai disiplin.
4.    Khalifah Al-Ma’mun sangat tertarik oleh salah seorang pegawainya yang kelihatan cerdas dan cekatan. Orang itu tidak lain adalah Al-Khawarizmi. Khalifah Al-Ma’mun menawarkan Al-Khawarizmi untuk belajar bahasa Sansekerta karena  pada masa itu, bahasa Sansekerta merupakan bahasa yang banyak diminati orang untuk dipelajari. Penyebabnya bahasa Sansekerta merupakan bahasa pengantar dari buku-buku ilmu pengetahuan India. Atas biaya dari Al-Ma’mun, Al-Khawarizmi kemudian belajar bahasa Sansekerta hingga mahir. Setelah itu, ia diberi tugas untuk menerjemahkan sebuah buku berbahasa Sansekerta yang berjudul Siddhanta. Buku yang membahas ilmu astronomi ini, diterjemahkan Al-Khawarizmi ke dalam bahasa Arab dengan sangat baik. Pada 830 M, Al-Khawarizmi mendapat tugas lagi untuk menerjemahkan buku geografi karya Ptolomeus, seorang ilmuwan Yunani. Setelah sukses menjadi penerjemah Al-Khawarizmi mulai menulis buku. Buku pertama yang ditulisnya berjudul Suratul Ardhi (peta dunia). Dalam bukunya ini, Al-Khawarizmi membagi bumi menjadi tujuh daerah yang disesuaikan dengan perubahan iklim. Peta dunia karya Al-khawarizmi ini dijadikan model oleh ahli-ahli geografi Barat untuk menggambar peta dunia.
5.    Al-Khawarizmi pun mulai dikenal sebagai orang jenius yang mahir dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang matematika. Ia menulis buku matematika yang berjudul Hisab Aljabar wal Muqabala. Dalam bukunya ini ia menjelaskan cara menyederhanakan suatu persamaan kuadrat, merumuskan dan menjelaskan secara detail tabel trigonometri yang biasa kita pelajari saat ini. Tak hanya itu, jika kita pelajari secara detail, buku ini ternyata mengenalkan teori-teori kalkulus dasar dengan mudah. Buku Hisab Aljabar wal Muqabala ini kemudian diterjemahkan pada abad ke 12 ke dalam bahasa Latin. Sampai abad ke 16 buku ini digunakan sebagai buku pegangan para mahasiswa yang mempelajari matematika di universitas-universitas di Eropa.
6.    Buku kedua beliau adalah tentang aritmatika, yang bertahan dalam Bahasa Latin, tapi hilang dari Bahasa Arab yang aslinya. Hasil karya Al-Khawarizmi ini menjadi penting karena merupakan notasi pertama menggunakan basis angka Arab dari 1 sampai 9, 0 dan pola nilai penempatan. Ini dilengkapi pula dengan aturan-aturan yang diperlukan dalam bekerja dengan menggunakan bilangan notasi Arab dan penjelasan tentang empat basis operasi perhitungan, yaitu penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Ini juga mengakomodir bentuk-bentuk penulisan angka yang lazim digunakan, yaitu penulisan dengan enam digit desimal dan penggunaan tanda akar.
7.    Al Khawarizmi adalah orang pertama memperkenalkan angka 0 (nol) dalam dunia ilmu pengetahuan (bilangan/hitungan). Meski ia bukan penemu angka 0 (nol), namun Al-Khawarizmi orang pertama di dunia yang memperkenalkan angka nol sebagai suatu bilangan dalam bidang ilmu pengetahuan. ‘Kosong’ atau 0, bukan sebarang angka, penemuannya merevolusikan pemikiran matematik dan sains modern. Angka nol ini sudah digunakan di dunia Arab-Islam pada kurun kesembilan. Diantara serangkaian notasi bilangan Arab yang diperkenalkan Al-Khawarizmi, tidak terlalu signifikan dibanding notasi nol digit. Tanpa keberadaan bilangan nol tabel-tabel yang memiliki kolom dalam satuan puluhan, ratusan dan selanjutnya diperlukan untuk menempatkan satu satuan bilangan sesuai fungsinya. Notasi nol disimbolkan dengan sebuah ruang kosong dalam satu rangkaian angka, bentuk lingkaran kecil ini sebenarnya merupakan salah satu temuan matematika yang terbesar. Notasi nol juga membuka jalan bagi konsep penulisan bentuk positif dan negatif dalam aljabar.
8.    Selain karya-karyanya di bidang matematika, Al Khawarizmi juga melahirkan karya dalam bidang astronomi. Ia membuat tabel yang mengelompokkan ilmu perbintangan. Bersama para ilmuwan lainnya, Al-Khawarizmi kemudian membuat tabel perhitungan astronomi yang dapat digunakan untuk mengukur jarak dan kedalaman bumi. Ia telah melakukan hitungan-hitungannya dan mendapat kesimpulan bahwa garis tengah maksimal bumi mencapai 40.248 km atau lebih banyak 178 km dari ukuran yang kita kenal sekarang yang hanya mencapai 40.070 km dengan dibandingkan hasil perkiraan Bethumulus yang mencapai 38.340 km atau kurang 1.730 km dari ukuran sekarang. Karyanya ini diterima oleh para ilmuwan di Yunani, India dan Cina. Pada 1226, tabel ini mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan menjadi dasar penelitian astronomi.
9.    Penulis sejarah matematika, George Sarton mengungkap bahwa Al-Khawarizmi adalah seorang ilmuan muslim terbesar dan terbaik, hingga menggolongkan periode antara abad IV – V sebagai Zaman Al-Khawarizmi. Sementara E.Wiedermann mengatakan tugasnya adalah mengungkapkan bahwa pribadi Al-Khawarizmi sebagai seorang ilmuan jenius. Smith dan Karpinski menggambarkan pribadi Al Khawarizmi sebagai tokoh terbesar pada masa keemasan Baghdad, salah seorang penulis muslim yang menggabungkan ilmu matematika klasik barat dan timur, mengklasifikasikan dan akhirnya membangkitkan kesadaran dataran Eropa. Pria ini adalah… peneliti besar dan sumbangsihnya terhadap ilmu aljabar dan aritmatika sangat besar. (David Eugene Smith dan Karpinski, 1911, The Hindu-Arabic Numerals, Boston and London: Ginn and Co.Publishers, 4-5).
10. Al-Khawarizmi wafat tahun 850 Masehi (226 Hijriah) di Baghdad, Irak. Ia telah memperkenalkan konsep sifat dan penting dalam sistem penomoran pada zaman sekarang. Ia telah menjadi populer serta karya-karyanya dipelajari oleh para ilmuwan saat ini, khususnya yang berkaitan dengan matematika. Begitulah, setiap tokoh mempunyai sifat ketokohannya yang tersendiri. Begitupun Al-Khawarizmi dapat dilihat dari dua sudut yaitu dari bidang matematik dan astronomi. Beliau banyak menghasilkan karya-karya yang masyhur ketika zaman keemasan Islam hingga kini.
11. Al Khawarizmi adalah seorang tokoh matematika besar yang pernah dilahirkan Islam dan disumbangkan pada peradaban dunia. Dan mungkin tak seratus tahun sekali akan lahir ke dunia orang-orang seperti dia. Meski namanya dikenal sebagai seorang ahli dalam bidang matematika, sebenarnya ia juga ahli dalam bidang yang lain. Al Khawarizmi juga seorang astronomi, ia juga seorang yang ahli dalam ilmu geografi dan segala seluk belum tentang tanah dan bumi. Al Khawarizmi meninggalkan dunia dengan warisan khazanahnya dalam ilmu pengetahuan dunia. Kita yang masih hidup saat ini, tak bisa berbicara matematika tanpa menyebut nama Al Khawarizmi. Sudah sepantasnya kita menghargai dan mengucapkan terima kasih kepada sosok yang bersahaja ini. Tapi yang lebih penting dari itu adalah, bagaimana caranya kita semua, mampu menjadi seperti dia. Menerangi dunia dan memberi pencerahan dengan Ilmu-ilmu Islam. Kita pasti bisa!

                                                                                                   





Daftar Pustaka




Tidak ada komentar:

Posting Komentar