Follow Us @literasi_smkn23jkt

Jumat, 20 November 2015

Abu al-Qasim al-Zahrawi : Pencipta Ilmu Kedokteran



Disusun oleh : Hanny Nur Azizah


  1. Abul Qasim Khalaf Ibnu al-Abbas az-Zahrawi atau Al-Zahrawi lahir di Madinatuz Zahra pada tahun 936M-1013M, yang terletak di sekitar Kordoba, Spanyol. Dikenal di Barat sebagai Abulcasis, adalah salah satu pakar di bidang kedokteran pada masa islam abad pertengahan. Dia mengawali karirnya sebagai dokter bedah dan pengajar di beberapa sekolah kedokteran. Di kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal dengan nama “El Zahrawi”. Al-Qasim adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, yang berisi kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30 jilid.
  2. Al-Zahrawi menemukan titik terang pada abad ke-12 menulis dalam bukunya mengenai sebuah keluarga yang setiap anak laki-lakinya meninggal setelah terjadi pendarahan akibat luka kecil. Ia menduga hal tersebut tidak terjadi secara kebetulan. Kata hemophilia muncul di Al-Tasrif, yaitu buku ensiklopedi yang ditulis oleh Al-Zahrawi tentang ilmu kedokteran.
  3. Al-Tasrif berisi berbagai topic mengenai kedokteran, termasuk di antaranya tentang gigi dan kelahiran anak. Buku ini diterjemahkan kebahasa Latin oleh Geradodari Cremona pada abad ke-12, dan selama lima abad Eropa Pertengahan, buku ini menjadi sumber utama dalam pengetahuan bidang kedokteran di Eropa.
  4. Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi, opthalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetik. Sederet produk kosmetik seperti deodorant, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil karya Al-Zahrawi.
  5. Dalam buku Al-Tasrif, ia banyak menguraikan tentang hal-hal baru dalam operasi medis. Apa yang ditulisnya merupakan cetak biru dari apa yang dilakukannya selama 50 tahun malang melintang dalam dunia pengobatan. Bahkan, bukunya dianggap sebagai ikhtisar ensiklopedi kedokteran. Al-Zahrawi juga menciptakan sejumlah alat bantu operasi. Ada tiga kelompok alat yang diciptakannya, yaitu instrument untuk mengoperasi bagian dalam telinga, instrument untuk inspeksi internal saluran kencing, dan instrument untuk membuang sel asing dalam kerongkongan.
  6. Al-Zahrawi terkenal sebagai pakar operasi yang piawai mengaplikasikan aneka teknik paling tidak untuk 50 jenis operasi yang berbeda. Dia jugalah yang pertama menguraikan secara detail operasi klasik terhadap kanker payudara, lithotrities untuk ‘menggempur’ batu ginjal, dan teknik membuang kista di kelenjar tiroid. Dia juga termasuk penggagas operasi plastik. Al-Zahrawi mendiskusikan tentang penyiapan aneka obat-obatan yang diperlukan untuk penyembuhan pasca operasi, yang dalam dunia pengobatan modern dikenal sebagai yang memancangkan prosedur bedah plastik pertama kali.
  7. Sebagai opthamologi atau sejenisnya. Dalam penyiapan obat-obatan itu, ia mengenalkan teknik sublimasi. Al-Zahrawi juga ahli dalam bidang kedokteran gigi. Bukunya memuat beberapa piranti penting dalam perawatan gigi. Di buku yang sama, ia juga mendiskusikan beberapa kelainan pada gigi dan problem deformasi gigi serta bagaimana cara untuk menyembuhkannya. Ia juga menciptakan sebuah teknik untuk menyiapkan gigi artificiall dan cara memasangnya.
  8. Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang handal menyebar hingga ke seantero Eropa. Dalam menjalankan praktik kedokterannya, Al-Zahrawi menanamkan pentingnya observasi tertutup dalam kasus-kasus individual. Hal itu dilakukan untuk tercapainya diagnosis yang akurat serta kemungkinan pelayanan yang terbaik. Al-Zahrawi pun selalu mengingatkan agar para dokter berpegang pada norma dan kode etik kedokteran, yakni tidak menggunakan profesi dokter hanya untuk meraup keuntungan materi.
  9. Menurut Al-Zahrawi profesi dokter bedah tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Pada masa itu, dia kerap mengingatkan agar masyarakat tidak melakukan operasi bedah kepada dokter atau dukun yang mengaku-ngaku memiliki keahlian operasi bedah. Mungkin karena itulah di era modern ini muncul istilah dokter spesialis bedah (surgeon).
  10. Kehebatan dan profesionalitas Al-Zahrawi sebagai seorang ahli bedah diakui oleh para dokter di Eropa. “Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah kepala dari seluruh ahli bedah,” ucap Pietro Argallata. Kitab Al-Tasrif yang ditulis oleh Al-Zahrawi juga dilengkapi dengan ilustrasi, kitab itu juga menjadi rujukan dan buku resmi sekolah kedokteran dan para dokter sera ahli bedah Eropa selama lima abad lamanya pada periode abad pertengahan.
  11. Pada abad ke-14M, seorang ahli bedah Perancis bernama Guy de Chaulic mengutip Al-Tasrif hampir lebih dari 200 kali. Kitab Al-Tasrif terus menjadi pegangan para dokter di Eropa hingga terciptanya era Renaissance. Hingga abad ke-16M, ahli bedah berkebangsaan Perancis, Jaques Delechamps pada (1513M-1588M) masih menjadikan Al-Tasrif sebagai rujukan.
  12. Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada tahun 1013M, dua tahun setelah tanah kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Meski Cordoba kini bukan lagi menjadi kota bagi umat islam, namun nama Al-Zahrawi masih diabadikan menjadi nama jalan kehormatan yakni ‘Calle Albucasis’. Di jalan itu terdapat rumah nomor 6 yakni rumah tempat Al-Zahrawi tinggal, kini rumah tersebut menjadi cagar budaya yang dilindungi Badan Kepariwisataan Spanyol.
  13. Al-Zahrawi menjadi pakar kedokteran populer di zamannya. Bahkan hingga lima abad setelah kematiannya, bukunya tetap menjadi buku wajib bagi para dokter di berbagai belahan dunia. Prinsip-prinsip ilmu kedokterannya, menurut Dr.Cambell, pakar sejarah pengobatan Arab, dimasukkan dalam kurikulum fakultas kedokteran di seluruh belahan eropa. Al-Zahrawi juga dikenal sebagai fisikawan handal kebanggaan raja Al-Hakam II dari Spanyol. Nama Al-Zahrawi tercatat dengan tinta emas dalam dunia kedokteran modern hingga kini.

DaftarPustaka






  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar