Follow Us @literasi_smkn23jkt

Senin, 23 November 2015

Ki Hajar Dewantara : Pahlawan Pendidikan




                                    Disusun oleh : Desi Fitriani

1.   Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga Pakualaman, putra dari GPH Soerjaning rat, dan cucu dari Pakualam III dan dibesarkan di lingkungan keluarga kraton Yogyakarta.  
2. Ki Hajar Dewantara bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS) pada saat itu merupakan sekolah dasar pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Setelah lulus dari ELS, kemudian beliau bersekolah di STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Batavia pada zaman kolonial Hindia Belanda, saat ini menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Namun ia tidak dapat tamat di sekolah tersebut karena sakit. 
3.   Ki Hajar Dewantara bekerja sebagai penulis dan wartawan diberbagai surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial.
4.   Ki Hajar Dewantara aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama Boedi Oetomo di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya. 
5.    Tulisan Ki Hajar Dewantara yang paling terkenal adalah Seandainya Aku Seorang Belanda (Als ik een Nederlander was), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker, 13 Juli 1913. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.
"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya". 
6.    Dalam pengasingan di Belanda, Ki Hajar Dewantara aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya.
7.    Pada tahun 1919, Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia dan bergabung dalam sekolah binaan dari saudaranya. Menjadi guru di sekolah tersebut membuatnya mempunyai pengalaman mengajar yang kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang akan dia dirikan. 
8.    Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah sekolah Perguruan Nasional Taman Siswa (National Onderwijs Institut Taman Siswa). Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada pribumi agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Namun kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.  
9.    Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan), menjadi slogan Kementrian Pendidikan Nasional   10. Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya 2 Mei dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional. 
11. Ki Hajar Dewantara meninggal dunia pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta. Dimakamkan di Taman Wijaya Brata, makam untuk keluarga Taman Siswa.
   12.Hal yang dapat diteladani dari Ki Hajar Dewantara adalah sikap semangat dan keinginannya untuk memajukan pendidilan di Indonesia patut kita teladani . selain itu Ki Hajar Dewantara juga tidak sombong dan ramah, dibuktikan dengan mengganti namanya agar ia dapat bebas dan dekat dengan rakyat .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar