Follow Us @literasi_smkn23jkt

Kamis, 13 Juni 2019

Kisah Hidup Chairil Anwar, Si Binatang Jalang

Disusun Oleh : Herdi Agusnida


Judul  resensi              : Sajak-sajak bijak
Pengarang                   : Chairil Anwar
Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama
Desain Sampul            : Nono S.
Tahun Terbit               : 2004
Jumlah Halaman         : 111
ISBN                             : 978-979-22-7277-2






pendahuluan

Buku yang berjudul aku ini binatang jalang
 adalah sebuah buku yang berisi kumpulan puisi-puisi dari seorang pujangga era 45 yaitu Chairil Anwar. Puisi-puisi didalamnya adalaha puisi yang dituliskannya dari dia memutuskan ingin menulis puisi sampai dia meninggal .

Sinopsis
Aku Ini Binatang Jalang merupakan buku yang berisi kumpulan puisi yang dibuat oleh penyair besar Indonesia yaitu Chairil Anwar. Tak hanya kumpulan puisi dalam buku tersebut juga terdapat kumpulan surat yang dikirim Chairil Anwar kepada H.B Jassin kritikus sastra yang turut membesarkan nama Chairil Anwar dalam dunia sastra di Indonesia.  Chairil Anwar dikenal sebagai sastrawan pelopor Angkatan 45 melalui puisi-puisnya yang  begitu kritis dan penuh dengan makna tersirat. Dari larik-larik yang terdapat pada setiap puisi Chairil Anwar sangat jelas menggambarkan vitalitas dan sisi lain kehidupannya yang tergambar yang mungkin tidak bisa terhapus dari kehidupan berkesenian di negeri ini, yakni kejalangannya. Sebagai ‘Binatang Jalang”-lah Chairil Anwar merupakan lambang kesenimanan di Indonesia.  Bukan Rustam Effendi, Sanusi Pane, atau Amir Hamzah tetapi Chairil Anwar yang dianggap memiliki seperangkat ciri seniman: tidak memiliki pekerjaan tetap, suka keluyuran, jorok, selalu kekurangan uang, penyakitan, dan tingkah lakunya menjengkelkan. Sejumlah anekdot telah lahir dari ciri ciri tersebut. Tampaknya masyarakat menganggap bahwa seniman tidak berminat mengurus jasmaninya, dan lebih sering tergoda oleh khayalannya; mungkin yang paling mirip dengan golongan “binatang jalang” ini adalah orang sakit jiwa.
                   Salah satu puisi Chairil Anwar yang hingga kini digandrungi oleh masyarakat Indonesia adalah puisi “Aku”, dari puisi tersebut ia seolah menceritakan bahwa dirinya ingin hidup seribu tahun lagi. Namun hal itu justru tidak sesuai dengan espektasinya dikarenakan Chairil Anwar meninggal dalam usia yang masih sangat muda yaitu 27 tahun. Puisi tersebut ditulis enam tahun sebelum ia meninggal dunia. Jasadnya dimakamkan di Karet, yang disebutnya sebagai “daerah y.a.d.” dalam “ Yang Terampas dan Yang Putus” sajak yang ditulisnya beberapa waktu menjelang kematiannya pada tahun 1949.
                   Meskipun saat ini Chairil Anwar telah tiada namun sajak-sajaknya yang begitu indah masih hidup ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Dalam hidupnya yang singkat, Chairil Anwar telah menghasilkan puisi yang akan terus hidup seribu tahun lagi.

Kelebihan  :
   Sajak-sajak Chairil Anwar yang  sederhana tanpa terlalu banyak hiasan dikemas sangat menarik dalam buku ini yang akan membawa para pembaca berimaginasi dari setiap larik-larik dalam puisi yang ditulis oleh Chairil Anwar.
Kekurangann  :
  Bagi para pembaca “awam” dalam dunia sastra akan kesulitan memahami beberapa larik dalam puisi ataupun sajak Chairil Anwar,  sehingga perlu dibaca berulang-ulang.

Kesimpulan  :
   Buku ini sangat menarik untuk dibaca oleh semua kalangan karena dengan membaca buku ini kita akan mengenal sosok Chairil Anwar lebih dalam lagi. Tak hanya itu buku ini akan memanjakan imaginasi para pembaca khususnya bagi pembaca yang sangat menyenangi dunia sastra.
Saran :
   Buku ini harus di baca pada generasi muda sekarang, kerena cerita atau kisahnya menginspirasi bagi generasi muda sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar