Follow Us @literasi_smkn23jkt

Kamis, 13 Juni 2019

DING DONG - Perjalanan Pulgunadi Menuju Iran


Disusun Oleh : Salsabila Cut Mutia


Judul Buku                 : Ding Dong
Penulis                       : Yudhistira ANM Massardi
Penerbit                     : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit               : 1993
Tempat Terbit             : Jakarta
Tebal Halaman           : 272 Halaman
Cetakan                     : Pertama

1. DINGDONG adalah sebuah ‘novel jurnalistik” yang ditulis dengan cara Yudhis yang khas : jenaka dan terbang-layang.Ini merupakan gabungan antara reportase dan fiksi. Sebuah catatan perjalanan yang dibuat setelah pengarangnya yang juga wartawan, mengikuti misi kesenian yang dipimpin oleh pakar tari Sardono. W. Kusumo ke Festival Seni di Shiraz, Iran, 1976. ketika itu, Sardono membawa rombongan seniman dari Desa Teges Kanginan, Bali. Ikut dalam misi ini antara lain Guruh Soekarno Putra, I Wayan Diya, I Made Netra, dan Sentot S.Novel ini mengisahkan tentang misi tersebut mulai dari persiapan hingga pulangnya rombongan dari Iran. Tentu saja didalamnya juga terjalin kisah cinta yang rumit antaran Palgunadi (si wartawan) dan pacar-pacarnya, termasuk gadis-gadis penari utama dalam rombongan tersebut.Selain itu, Yudhis juga mengungkapkan dengan kocak bagaimana sebuah proses “gegar budaya” terjadi selama masa sekitar dua bulan itu. Menggelikan! Kisah ini dimulai dari diajaknya Palgunadi (tokoh utama, alias Yudhis) oleh Sardono W. Kusumo (seorang koreografer) untuk ikut ke Iran dalam rangka mengikuti festival kesenian di Shiraz. Sudah barang tentu ia akan meninggalkan ranjang tidurnya agak lama, yaitu sekitar dua bulan. Palgunadi yang diajak ke luar negeri itu memberi tahu bosnya (Palgunadi itu seorang wartawan) dan juga kekasihnya , Putri ( masih pelajar), kalau ia akan pergi beberapa bulan, Putri yang diberi tahu seperti itu akhirnya bersedih. Tak tahan melihat Putri bersedih, Palgunadi pun akhirnya berjanji sebelum ia berangkat ia akan berpamitan terlebih dahulu.Di luar dugaan, ternyata keberangkatan Palgunadi dipercepat (ke Bali untuk mengurus segala persiapan). Dipercepatnya keberangkatan itu dilaporkan Palgunadi kepada bosnya, yang diteruskan dengan acara berpamitan dengan teman-temannya (dia lupa berpamitan pada Putri).

2. Kemudian ia pergi ke rumah Sardono. Baru ketika di rumah Sardono, Palgunadi ingat bahwa ia belum berpamitan kepada Putri. Ia pun langsung minta izin kepada mas Sardono untuk ke rumah Putri terlebih dahulu (diizinkan). Di rumah Putri, Palgunadi masih menunggu kepulangan kekasihnya itu dari sekolah, sampai geram. Akhirnya, waktu Putri dating, ia langsung diomeli, dimarahi, dicaci, dimaki habis-habisan oleh Palgunadi. Putri tidak terima, karena sudah terlalu capek untuk beradu caci maki, ia pun melenyapkan diri ke dalam rumah (kunci pintu). Diperlakukan seperti itu, Palgunadi semakin gusar. Lantas ia langsung amblas ke rumah Sardono.Dari rumah Sardono, Palgunadi, Trisapto, dan tentu saja pak Sardono pergi ke Bali. Lewat jalur udara (sebenarnya, sebenarnya  Putri bersedih atas kepergian Palgunadi). Ada yang sedikit disayangkan Palgunadi, yaitu ia tidak mendapat cium perpisahan dari Putri, (hhmm). Setelah pesawatnya mendarat, mereka langsung ke Denpasar, ke rumah Made Netra. Tapi ternyata Netra sudah pergi. Akhirnya Palgunadi dkk langsung menyusul ke Teges Kanginan (di Teges pak Sardono punya nama lain, pak Agung).

3. Sewaktu di Bali, Palgunadi memiliki dua cinta, yaitu Etna (penari legong-gadis Bali tulent-hitam manis-anak pak Sudra) dan Gusti (turis-anak orang Padang x inggris-tidak terlalu tinggi untuk ukuran bule). Kalau Etna, Palgunadi kecantolnya pas Etna manggung nari dan kalau Gusti, jatuhnya waktu Gusti datang mencari pak Sardono. Kisah cinta Palgunadi pun dimulai lagi (Palgunadi itu buaya, asal suka, tak peduli sudah punya, digarap saja!). Wanita yang berhasil belang Palgunadi adalah Etna, Etna yang mendengar desas-desus hubungan Palgunadi dengan Gusti merasa sakit, sakit sakali. Tidak hanya mendengar, sebelumnya Etna juga pernah melihat mereka berdua berjalan bersama, , tetapi waktu itu belum ada pikiran kalau mereka ada hubungan. Dikiranya, Cuma teman semata. Yach ! bodoh kau Palgun.Saat keberangkatan menuju Iran pun tiba, namun Etna yang ikut ekspedisi itu ,masih tidak betah dengan Palgunadi. Tapi Palgunadi tidak terlalu memperhatikan itu, karena ia harus mengurusi surat-surat untuk tujuh puluh orang yang ikut ke Iran. Pesawat pun terbang meninggalkan bvumi pertiwi. Dalam perjalanan itu, semua orang Teges terkapar tak berdaya, lemas, sehingga Palgunadi dan Benni harus berkeliling membagikan obat-obatan dan kantong plastic. (o. ya ketika pesawat akan berangkat , Palgunadi mendapat kiss me good bye dari Gusti disaksikan oleh Etna). Setelah terbang beberapa jam, pesawat mendarat di Bombay untuk isi bahan bakar. Di India itu, perut-perut orang Teges semakin memual, menjadi-jadi, ingin muntah.

4. Dua belas jam mengangkasa sudah,pesawat pun sampai di Shiraz. (panas,,,,! Hari pertama). Begitu sampai di asrama, orang-orang Teges langsung buka pakaian (saking panasnya) dan nongkrong di teras atau di bawah pohon menunggu angin lewat. Makan malam pertama, di rumah makan besar bertingkat, dengan bau tak sedap, menyebabkan seluruh anggota rombongan sepakat untuk tidak makan. Dst. Etna sakit (tentu saja ada di kamarnya). Palgunadi yang menjabat sebagai palang merah diberi tahu Warsi (penari legong) untuk memberikan obat kepada Etna. (haseg-haseg). Palgunadi yang sudah menggenggam obat ragu untuk memasuki kamar Etna. Ia takut. Tapi ia pun akhirnya masuk juga. Etna terpejam terbaring di ranjangnya. Dan ternyata disitu tidak ada Warsi, ia sudah lenyap. Mereka tinggal berdua, (haduch,,, gawat). Takut dikira ngapa-ngapain, pintu langsung ditutup, (tambah bahaya). Singkat saja, Palgunadi mencium kening, pipi.

5. Dalam keadaan yang seperti itu, Palgunadi langsung kelabakan, (habislah kau Palgun). Tapi Etna yang pusing hanya berkata “ aku pusing, minta pil”, wajahnya pucat. Palgunadi langsung memberikan obat yang diminta Etna. Palgunadi sambil mendoakan, hidungya didekatkan ke pipi Etna, hendak disentuhkan. Tapi Etna segera mendorongnya, Palgunadi menciut.Hari-hari di Iran itu penuh dengan kemualan. Ya seperti itulah, (langsung saja ya,,?) . pembukaan festival yang dihadiri ratu Farah Diba (shahbanu) akhirnya dimulai dengan penampilan tari Cak. Setelah berakhir. Ratu itu menyalami sikecil Badung (penari pembawa obor) lalu mencium pipinya. Melihat itu, Palgunadi iri bukan main, ( haduch,,). Hari berikutnya di Jahanema itu, tari Barong juga sukses. Tapi dalam tari Barong itu Palgunadi hampir membuat kesalahan yang fatal. Palgunadi yang ditugasi memimpin barisan pembawa umbul-umbul dan pedupaan bergerak sebelum waktunya. Sebenarnya kesalahan terletak pada Sardono. Yang salah mengucapkan antara masuk dengan keluar. Tapi kesalahan tetap tertuju pada Palgunadi. (untungnya kesalahan itu bisa ditanggulangi). Palgunadi terkapar.Hari-hari terakhir di Iran. Palgunadi hanya murung. Muncul Azhade (guide) untuk menghibur. Semangat Palgunadi bangkit kembali oleh wanita cantik. Azhade berjanji akan menemani Palgunadi untuk beberapa hari terakhir ini.( Palgunadi sumringah). Hari-hari berikutnya dilalui Palgunadi dengan Azhade, penuh cinta dan ciuman.(tuh kan, Palgunadi suka ciuman). Pulang (langsung sesampainya di Indonesia). Palgunadi yang sudah lelah, langsung turun. Di airport ia langsung masuk ke kotak telepon. Ia menelepon Putri. Tetapi ternyata yang mengangkat telepon itu bukan Putri, Palgunadi sempoyongan.(bagian akhir cerita) Palgunadi pergi menuju rumah Putri. Ia menumoahkan segala kerinduannya di lutut Putri. Tapi seluruh kata-katanya hanya dibalas “aku sudah punya kekasih, aku sudah samenleven” (Duuaaarrrr,,,!). Palgunadi gemetar, langit kelap-kelap, dan bumi? Semua orang tahu sendiri,,!

6. Ceritanya sangat lucu dan menarik dikemas dengan rapih kalimat demi kalimat yang membuat para pembaca semakin panasaran. Cerita yang unik sama seperti cerita komedi pada umumnya. Tidak berbelit belit. Selain cerita yang menggelitik novel ini tidak cocok dibaca untuk anak anak karna terdapat kata kata kasar didalamnya, Dan halaman buku kurang tebal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar