Follow Us @literasi_smkn23jkt

Kamis, 13 Juni 2019

Kasih sayang seorang ibu yang mulia

DISUSUN OLEH : ZACYA LINGGAM


Judul buku : Cahaya Surga di Wajah Ibu
Pengarang : Mura Alfa Zaes
Penerbit : Rumah Orange
Tahun terbit :Cetakan pertama 2014
Tebal halaman :312 halaman
Cetakan 1 :2014,13x19
Jenis buku :Non fiksi
Jenis kertas :bookpaper
Jenis cover :softcover
Harga :Rp 50.000,00

 Novel ini berisi tentang ketegaran, kesabaran dari seorang ibu dalam menghadapi banyak masalah maupun cobaan yang dialaminya dalam kenyataan hidup dan dia mampu menutupi setiap masalah itu dengan sebuah senyuman. Seorang ibu yang memiliki kasih tanpa batas dan beliau yang selalu tegar meski badai derita terus menghantamnya. Ibu yang selalu tersenyum meski hatinya pedih tersayat sembilu. Tak ada kata menyerah dalam hidupnya meski semua orang tak menganggapnya ada.

Cahaya Surga di Wajah Ibu merupakan buku novel karya Mura Alfa Zaes tahun 2014 yang di dalam novel ini menceritakan ketegaran hati seorang ibu dalam menghadapi setiap masalah dalam hidupnya. Ibu tidak pernah sekalipun mengeluh. Bahkan dia selalu menutupi setiap masalah yang dihadapinya dengan sebuah senyuman. Dan dia selalu ada untuk anak-anaknya. Kasih sayangnya tidak pernah luntur. Selain itu dia mengajarkan kepada anaknya mengenai kebaikan. Mura Alfa Zaes adalah nama pena. Kelahiran 28 September 1991 ini lulusan kuliah dari Universitas Terbuka UPBJJ-Medan Jurusan PGSD. Pecinta balita dan anak-anak usia dini ini membawanya untuk terjun ke dunia pendidikan sebagai tenaga pendidik di sekolah dasar. Selalu mencoba bermain dalam imajinasi anak-anak dan memahami karakter mereka.

   Ibu mengajarkan banyak cinta darinya padaku sekalipun tak jarang Ibu menyelipkan pahitnya hidup ini di dalam kasih sayangnya. Akan ada pembelaan besar dari Ibu untukku ketika aku mulai cemas dan khawatir sekalipun kecemasan dan kekhawatiran itu timbul dari kesalahanku sendiri. Aku tidak tahu entah sudah berapa kesabaran yang Ibu tuangkan untukku ketika aku pernah melakukan kesalahan-kesalahan. Hingga suatu ketika, pembelaan pertama yang diberikan pada Ibu ketika Ibu berfikir aku sudah bisa bermandiri untuk membeli apa-apa yang aku suka untuk aku makan di dekat rumah. Satu hal yang aku sesali adalah ketika Ibu mampu membelaku dalam banyak hal, tetapi aku tidak mampu membela Ibu ketika dia merasa susah dan cemas. Aku tahu Ibu akan kelelahan setelah Ibu pulang dari kerja. Satu hal lagi, aku tidak pernah tahu dimana letak pengertian Ayah terhadap Ibu.

 Semakin lama, kulihat Ayah semakin arogan dan mudah tersinggung lalu marah. Aku juga tidak menemukan canda Ayah seperti dulu. Ayah lebih sering memarahi Ibu. Aku tak pernah tahu hal apa yang menyebabkan Ayah gampang marah pada hal-hal yang sepele. Awalnya aku berfikir, kemungkinan Ayah sedang ada masalah besar yang dialaminya dan dia ingin menyelesaikan masalah itu tanpa harus ada orang-orang lain yang mengganggunya. Tapi lama-lama dugaanku salah. Boleh jadi Ayah memiliki masalah besar, tapi masalah itu tidak menutup kemungkinan orang-orang di sekeliling Ayah tidak boleh membantu menyelesaikan masalah Ayah. Setiap kali aku bertanya pada Ibu, tentu Ibu akan selalu menjawab dengan jawaban yang selalu sama. Ayah sedang capek.

          Semakin hari, tidak ada perubahan baru yang menuju kebahagiaan dalam hidupku. Bahkan aku bisa semakin membenci Ayah. Tidak ada cerita menyenangkan setiap kali bertemu dengan Ayah. Mungkin Ibu juga sudah jenuh dengan prianya itu. Sampai ketika detik-detik kelahiran adikku yang nomor dua, aku tidak tahu dimana Ayah berada. Aku menganggap Ayah lari dari kenyataan ini. Tidak ada hal yang benar yang bernilai baik di mata Ayah dalam hatiku. Mungkin bagi Ayah, Ibu itu hanya pengganggu segala keinginannya.

Segala adu argumen sampai menempatkan titik perdebatan yang menimbulkan perkelahian sudah menjadi hal yang biasa dalam keseharianku. Dan sekarang kulihat Ibu lebih berani membela diri ketika Ayah mulai berlaku jahat padanya. Aku sangat mendukung Ibu. Aku sangat setuju bila Ibu bertindak lawan dari perlakuan Ayah, sebab aku pikir tidak sepantasnya Ayah memperlakukan Ibu seenak hati. Ibu memang tidak pernah mengajarkanku tentang kebencian. Kepada siapapun itu. Mungkin Ibu akan benar-benar benci bila Ibu benar-benar sadar bahwa aku sudah benci Ayah. Makanya Ibu selalu berkata tentang segala kebaikan Ayah sekalipun Ayah tidak pernah meletakkan kebaikannya kepada kami. Hal itu tetap dilakukan Ibu agar aku merasa tetap memiliki Ayah yang baik hati.

          Besoknya aku memaksa diri untuk pergi ke sekolah sekalipun Ibu sudah melarangku. Aku pikir derita pening yang masih sedikit aku rasakan terlalu naif bila aku jadikan alasan untuk meliburkan diri karena sakit. Setelah aku beristirahat cukup sekali lagi saja mungkin aku akan merasa baik total. Aku meyakinkan Ibu dengan wajah yang kubuat seceria mungkin agar Ibu tidak merasa cemas dengan kondisiku. Kaka adalah my hero penolongku saat aku dihadang oleh beberapa geng motor. Dia tidak seperti yang aku pikirkan. Dia bukan cowok pendiam yang pernah aku perhatikan. Bahkan dia lebih banyak berbicara mengungkapkan apa yang dipikirkannya. Sekalipun dia terkesan serius, dia ternyata suka melucu.

          Risma adalah teman cewek sekelasku yang paling setia mengajakku ke kantin. Di saat aku tengah ada masalah, Rismalah temanku yang setia mendengarkan curhatku dan berbagai macam hal. Terutama saat aku ada masalah dengan Reva. Reva adalah teman seangkatan Kaka. Dia selama ini menaruh hati kepada Kaka. Dia cemburu kepadaku karena Kaka selalu mendekati aku. Selain itu juga selalu mengajak ngobrol aku. Sampai-sampai Reva dan kedua teman dekatnya yaitu Nana dan Retno tega menfitnah aku.

 Kerja keras Ibu adalah motivasiku. Semangatnya membuatku malu bila aku harus mengeluh di depannya. Dalam hidupku, Ayah itu seperti matahari tenggelam dan tidak akan pernah terbit lagi. Dia menghilang, menjadikan gelap segala mimpiku tentangnya. Dia menjadikan aku terus tertidur dalam malam yang gulita dan tak bercahaya bulan sedikitpun. Seorang anak perempuan mana yang sanggup menahan derita tentang kehilangan Ayahnya sampai dia berpura-pura menutup penderitaan rasanya dengan menghadirkan banyak keceriaan di sekelilingnya. Lalu benar-benar melupakan sosok Ayah yang sangat ingin dimilikinya untuk melindunginya dari segala banyak hal. Aku curiga kepada Ibu, apakah sebenarnya Ibu memang sudah tahu dimana Ayah dan tahu kapan Ayah akan pulang, tetapi Ibu menyembunyikannya kepada kami.

          Aku mendapatkan suatu informasi tentang Antoni. Dia tinggal di lorong seri. Dia kemenakan dari Ayah. Dan ternyata dulu dia adalah buronan yang suka mencuri sawit-sawit orang. Akhirnya aku mendapati Antoni sedang berada di sebuah warung yang sepi. Dari Antoni, aku berhasil mendapatkan alamat dan nomor telepon Ayah. Bagiku ini bukan mukjizat. Ini kebetulan yang tidak direncanakan. Aku merasa mendapatkan bintang jatuh dan dapat memeluk harapan untuk bertemu dengan Ayah dari Kaka. Aku berfikir, sepertinya aku melakukan tindakan yang nekat untuk bertemu dengan Ayah. Aku dan Kaka sampai pada alamat itu. Ternyata Ayah selama ini tinggal bersama Makde Nunu. Namun saat aku sampai di alamat itu, Ayah sudah pergi. Lalu Makde menceritakan semuanya tentang Ayah. Sesampai di rumah, aku telah menemukan Ayah bersama Ibu dan adik-adikku. Ini sempurna sudah sekalipun kami harus melewati jeruji kehidupan. Ayah dan Ibu mengajarkanku kekuatan untuk bertahan dalam kesabaran. Aku mencintai mereka seperti mereka yang mencintai kami. Aku tidak ingin kesalahan terulang kembali.

          Nilai moral yang dapat diambil dari dalam novel ini yaitu terlihat dari sosok ibu. Ibu tidak pernah mengajarkan kepada anak-anaknya tentang kebencian, melainkan selalu mengajarkan kepada anaknya tentang kebaikan. Walaupun sosok ayah dalam sebuah novel ini tidak pernah meletakkan sebuah kebaikan kepada anak-anaknya, namun sosok ibu tetap menutupi keburukan dari sosok ayah. Supaya anak-anaknya tetap merasa bahwa mereka mempunyai sosok ayah yang baik hatinya.

          Hidup tidak bisa lepas dari masalah. Hidup dan masalah itu saling berkaitan. Setiap orang pasti mempunyai suatu masalah yang harus diselesaikan. Baik masalah dengan keluarga, masalah dengan tetangga, maupun masalah yang lain. Maka dari itu, kita tidak boleh mengeluh dan tidak boleh putus asa dalam menghadapi setiap masalah yang menimpa diri kita. Semua itu pasti mempunyai jalan keluar untuk menyelesaikan masalah tersebut. Karena di balik masalah yang kita hadapi ini, pasti ada secuwil hikmah yang bisa diambil.

          Ketegaran dan kesabaran yang dimiliki oleh sosok ibu dalam novel ini sangat luar biasa. Dia mampu menghadapi sendiri masalahnya selama bertahun-tahun. Hingga akhirnya keluarganya yang bermasalah tersebut, mampu bersatu kembali seperti semula. Dan kebahagiaanpun dapat diperolehnya lagi. Semua itu berkat kesabaran yang dimilikinya.



          Bahasa yang digunakan dalam novel ini mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Ini merupakan salah satu kelebihan dari novel ini, sehingga para pembaca tidak akan merasa kebingungan dalam membaca novel ini. Pembaca secara otomatis akan mampu memahami isi cerita dalam novel tersebut. Selain itu, dalam novel ini menggunakan satu sudut pandang. Yaitu sudut pandang orang pertama. Dengan sudut pandang orang pertama ini, seakan-akan kita masuk ataupun terlibat dalam cerita itu. Seakan-akan kita sendiri yang mengalaminya.

Ada kelebihan pasti juga ada kekurangan. Kekurangan yang terdapat dalam novel ini diantaranya yaitu harga buku novel seukuran seperti ini terlalu mahal. Walaupun banyak yang minat membaca novel ini, kalau harga diatas normal pasti akan jadi penghalang minat pembaca untuk membaca novel ini. Maka, harga buku juga harus disesuaikan dengan ukuran buku. Selain itu dapat dilihat juga bahwa identitas tentang pengarang yang tertulis di dalam buku novel ini kurang lengkap, sehingga pembaca kurang mengetahui dengan pasti tentang pengarang buku novel ini.

 Novel Cahaya Surga di Wajah Ibu karya Mura Alfa Zaes, bila dilihat dari segi manfaatnya isi novel ini memang sangatlah bagus. Cerita dari novel ini mampu menumbuhkan rasa iba bagi para pembacanya. Dari judulnya saja dapat dilihat bahwa novel ini mempunyai kualitas isi yang bagus. Setelah membaca, saya sudah membuktikan bahwa isi dari novel ini memang sangatlah bagus.
Novel ini menurut saya sudah mendekati sempurna, gaya bahasa yang digunakanpun mudah dipahami sehingga tidak menyulitkan kita untuk mengartikannya .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar