Follow Us @literasi_smkn23jkt

Kamis, 27 November 2014

Helen Keller : Wanita dengan Sejuta Keajaiban

Oleh : Eka Maharani


Helen Adams Keller dilahirkan di Tuscumbia, sebuah kota kecil di barat laut Alabama, Amerika Serikat pada tanggal 27 Juni 1880. Putri dari pasangan Kapten Arthur Henley Keller dan Kate Adam Keller dilahirkan sebagai anak perempuan yang sehat dan aktif. Kate Keller berpostur tinggi bagai patung berambut pirang dengan warna mata biru. Kate berusia 20 tahun lebih muda dari suaminya, Kapten Keller, orang Selatan yang loyal dan dengan bangga mengabdi sebagai tentara sekutu selama perang sipil. Namun kemudian kehidupan Helen berubah secara drastis. Pada Februari 1882, saat Helen berusia 19 bulan, ia terserang demam tinggi yang membuatnya kehilangan penglihatan dan pendengarannya. Semenjak itulah ia jatuh ke dalam dunia kegelapan dan kesunyian.

Beberapa tahun setelahnya terbukti menjadi sangat berat bagi Helen dan keluarganya. Helen menjadi anak yang sulit. Ia menghancurkan benda-benda yang ada di sekitarnya dan meneror seluruh anggota keluarganya dengan teriakan dan sikapnya yang penuh amarah. Orang tuanya terutama sang ibu sangat sedih melihat penderitaan yang dialami oleh putri mereka.
Seiring berjalannya waktu, ketika Helen berusia 7 tahun, orang tuanya merekrut seorang guru yang dapat membimbingnya yang bernama Anne Sullivan. Anne pernah mengalami hal yang serupa dengan Helen Keller saat ia berusia 14 tahun. Anne yang awalnya buta mendapatkan penglihatannya kembali setelah menjalani operasi. Hal itulah yang memicunya untuk giat belajar dan menjadi guru yang baik.

Pada 3 Maret 1887, Anne tiba di rumah Keller yang terletak di Tuscumbia dan untuk pertama kalinya bertemu dengan Helen Keller. Anne mulai mengajar Helen mengeja dengan jari. Ia cepat sekali menangkap apa yang diajarkan Anne padanya. 5 April 1887 semua itu berubah ketika Anne mengajak Helen ke pompa air. Sejak saat itu kemajuan Helen sangat mencenangkan. Kemampuannya untuk belajar maju pesat. Tak terlalu lama sebelum Anne akhirnya mengajar Helen untuk membaca, pertama-tama dengan huruf timbul, lalu dengan Braille, dan menulis dengan mesin tik biasa dan mesin tik Braille.

Helen kemudian bersekolah di sekolah luar biasa. Disana ia belajar menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan teman-temannya. Helen memiliki satu lagi keinginan yang belum terwujud, yaitu ia ingin bisa bicara. Anne kemudian membawa Helen menemui seorang wanita yang ahli melatih siswa bisu tuli untuk bicara yang bernama Mary Swift Lamson. Dari Mary ia belajar memahami apa yang orang lain katakan melalui meraba bibir dan tenggorokan mereka, usahanya untuk berbicara terbukti di tahap ini tidak berhasil. Hal ini bertalian dengan fakta bahwa pita suara Helen sebelumnya tidak dilatih dengan semestinya untuk diajari berbicara.

Pada tahun 1896, Helen pindah ke Cambridge, sekolah bagi gadis-gadis muda. Kemudian di musim gugur tahun 1900, Helen kuliah di Radcliffe College, cabang Universitas Harvard khusus wanita. Anne menemani Helen untuk membacakan buku pelajaran huruf demi huruf lewat tangan Helen dalam huruf Braille. Selama mereka di Radcliffe, Helen menulis tentang kisah hidupnya. Pada saat inilah Helen dan Anne bertemu dengan John Albert Macy, orang yang menolong mengedit buku Helen yang pertama “The Story of My Life” yang diterbitkan pada tahun 1903. Meskipun pada awalnya kurang baik, kemudian sejak itu menjadi sesuatu yang klasik.

28 Juni 1904 Helen lulus dari Radcliffe College dengan predikat Magna Cum Laude. Dia adalah orang tuna rungu dan tuna netra pertama yang lulus dari universitas. John Macy menjadi teman baik Helen dan Anne. Kemudian, pada Mei 1905 John dan Anne menikah. Mereka bertiga tinggal bersama di Wrentham, Massachussets dan selama waktu itu Helen menulis “The World I Live In”. Tahun 1909 Anne menjadi anggota partai sosialis di Massachussets. Pada 1913 “Out of The Dark” dipublikasikan. Ini adalah sebuah seni essai sosialisme dan berdampak pada tenggelamnya sosok Helen terhadap publik.

Pada tahun 1914, Helen berkeliling Amerika untuk menjadi aktivis, konselor maupun dosen terutama untuk anak-anak yang memiliki keterbatasan seperti dirinya. Helen menularkan semangat juangnya selama ini pada orang yang senasib dengannya. Ia berkeliling dunia guna misinya mendidik orang tuli dan buta. Dengan didampingi Anne, dia juga mengunjungi para tentara di sekeliling Eropa yang terlibat Perang Dunia II.

Vaudeville, sandiwara yang mendemonstrasikan pemahaman Helen yang pertama atas kata ‘air’. Sandiwara ini sukses besar sejak penampilan perdana. Pada waktu itu mereka juga ditawarkan kesempatan membuat sebuah film Hollywood dan mereka mengambil kesempatan ini. “Deliverance – Pembebasan”, cerita hidup Helen dibuat. Helen tidak senang dengan keglamoran pada filmnya dan sayangnya terbukti tidak menghasilkan sukses finansial seperti yang mereka harapkan.

Pada tahun 1918 Helen, Anne, dan John pindah ke Forest Hill di New York. Ibu Helen, Kate Keller meninggal pada 1921 karena penyakit yang tak diketahui dan hal ini menjadikan Anne sebagai satu-satunya orang yang terus menerus ada di kehidupan Helen. Di tahun yang sama pula Anne jatuh sakit lagi dan pada tahun 1922 Anne terserang bronchitis akut yang membuat Anne tak dapat bicara lebih dari berbisik dan hal itu membuatnya tidak mampu lagi bekerja dengan Helen di panggung. Pada waktu ini pula, Polly Thomson mulai bekerja pada Helen dan Anne sebagai sekretaris, mengambil peran menjelaskan apa yang dimaksud Helen kepada publik.

Kesehatan Anne kian memburuk dan dengan berita meninggalnya John Macy pada 1932, meski pernikahan mereka tidak bertahan beberapa tahun sebelumnya, nyawanya akhirnya tak tertolong. Anne meninggal pada 20 Oktober 1936.

Setelah Anne meninggal, Helen dan Polly pindah ke Arcan Ridge, di Westport, Connecticut, yang menjadi rumah Helen hingga akhir hidupnya. Pada tahun 1953, sebuah film dokumenter yang berjudul “Tak Terkalahkan” yang mengisahkan kehidupan Helen dibuat. Film ini memenangkan Academy Awards sebagai film dokumenter terbaik. Dan pada tahun 1955, buku yang ditulis Helen yang berjudul “Guru” diterbitkan.

Pada tahun 1957, Polly Thomson terserang stroke lagi. Ia tidak pernah benar-benar pulih dan akhirnya meninggal pada tanggal 21 Maret 1960. Abunya disimpan di Katedral Nasional di Washington DC bersebelahan dengan abu Anne Sullivan. Winnie Corbally, perawat yang dibawa untuk merawat Polly dalam tahun-tahun terakhir hidupnya, yang kemudian merawat Helen sampai tahun-tahun terakhir hidupnya.

Pada Oktober 1961, Helen mengalami serangan stroke pertama dari serangkaian stroke yang ia alami sehingga membuatnya menarik diri dari publik. Ia menghabiskan tahun-tahun yang tersisa dengan dirawat di rumahnya sendiri di Arcan Ridge.

Pada tahun 1964, Helen dianugerahi Presidential Medal of Freedom oleh Presiden Lyndon Johnson. Satu tahun kemudian, ia terpilih menjadi salah satu wanita yang diabadikan di Hall of Fame di sebuah pameran dunia di New York.

Pada 1 Juni 1968 di Arcan Ridge, Helen meninggal dengan damai dalam tidurnya. Jenazahnya dikremasi di Bridgeport, Connecticut dan sebuah jasa pemakaman mengatur agar guci abunya ditempatkan di Katedral Nasional di Washington yang kemudian diletakkan bersebelahan dengan Anne Sullivan dan Polly Thomson.

Kini tempat peristirahatan terakhir Helen menjadi makam yang populer di kalangan turis. Sebuah plakat perunggu didirikan untuk memperingati hidupnya, lengkap dengan ukiran yang ditulis dalam huruf Braille, “Helen Keller dan sahabat tersayangnya, Anne Sullivan Macy terkubur di Columbarium di belakang kapel ini”.


Semangat Helen dalam usaha meraih impian dan keinginannya sangatlah kuat. Pantas jika dia menjadi sosok penginspirasi bagi penderita tuna rungu dan tuna netra. Kisah dan karya-karyanya akan selalu menjadi inspirasi bagi umat manusia dalam mengatasi segala hambatan. Kehidupan akan sangat berarti kalau saja semua orang bisa secara singkat mengalami seperti apa rasanya buta dan tuli itu. Kegelapan akan membuatnya lebih mencintai kehidupan dan kesepian akan membuatnya lebih mensyukuri suara dan pemandangan sekelilingnya.


Diadaptasi dari :
http://id.wikipedia.org/wiki/Helen_Keller . diakses pada 12 November 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar