Follow Us @literasi_smkn23jkt

Sabtu, 29 November 2014

Eva Peron: “Pahlawan Perempuan Bagi Rakyat Argentina”

Oleh: Wahyuni Dwipraptiwi
  
Maria Eva Duarte de Peron, atau yang lebih terkenal dengan Evita Peron lahir pada 7 mei 1919. Ia menjabat sebagai First Lady Argentina dari tahun 1946 sampai pada kematiannya pada tahun 1952.

Evita adalah salah seorang dari lima anak diluar nikah Juana Ibarguren, seorang juru masak yang tidak pernah menikah. Ayahnya, Juan Duarte, sudah memiliki istri lain. Ibu dan saudara-saudara perempuannya memperoleh uang dengan bekerja untuk keluarga-keluarga kaya.

Pada usia 15 tahun, ia pergi dari desanya untuk mengejar cita-citanya sebagai aktris. Impiannya terwujud, pada tahun 1943 ia berhasil menjadi aktris termahal di Argentina. Ia manjadi bintang radio, aktris film, juga pemain drama panggung.

Pada 22 Januari 1944, Evita menghadiri acara amal di Luna Park Stadium dalam rangka mengumpulkan sumbangan bagi korban gempa bumi yang belum lama terjadi di San Juan, Argentina. Sejak itu, ia bertemu dengan Kolonel Juan Peron dan setahun kemudian mereka menikah.

Ketika Juan Peron terpilih sebagai presiden Argentina pada tahun 1946, Evita menjadi tokoh paling penting dalam organisasi Peronis, yang mewadahi serikat buruh. Ia juga menjabat di Departemen Tenaga Kerja dan Kesehatan, ia mendirikan yayasan amal atas namanya (Eva Peron Foundation) yang di danai oleh sumbangan ‘suka rela’ tahunan sebesar upah sehari dari semua warga Negara Argentina. Uang itu digunakan untuk membangun ribuan sekolah, rumah sakit, panti asuhan dan panti jompo.

Pada tahun 1946, Evita melakukan tur Eropa guna menggalang dukungan bagi Rezim  Peron, yang dipandang sebagai pemerintahan fasis sejak usainya Perang Dunia Dua. Di Spanyol, ia disambut hangat oleh penguasa Spanyol, Jendral Franco, yang berniat memperbaiki hubungan dagang dengan Argentina.

Evita mencatatkan kemajuan penting bagi kaum perempuan di Argentina dengan meloloskan undang-undang yang menjamin hak pilih perempuan. Dalam rapat umum pencalonan kembali Peron sebagai presiden, lebih dari sejuta orang meneriakkan dukungan agar Evita mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden. Ia menurutinya, namun tak lama kemudian ia mmenentang pencalonan itu.

Sebagai perempuan berkarakter kompleks dan ambisius, Evita tidak kenal lelah membantu kaum miskin. Ketika sakit pun ia tidak mau mengurangi kesibukannya dan selalu menegaskan “saya tidak punya waktu, terlalu banyak yang harus saya kerjakan.” Ia adalah orator persuasive dan penuh inspirasi.

Memasuki tahun 1951. Kesehatan Evita semakin menurun setelah sebelumnya ia pernah pingsan saat sedang berpidato di sepan umum setahun sebelumnya. Meski pada awalnya pihak rumah sakit hanya mengumumkan  bahwa Evita menjalani operasi usus buntu, namun kemudian publik mengetahui bahwa Evita menderita sesuatu yang lebih parah, yaitu kanker serviks stadium lanjut.

Pada 4 Juni 1952, ketika Juan Peron kembali terpilih menjadi presiden, kesehatan Evita semakin memburuk. Meski ia berusaha sebaik-baiknya di depan publik, namun ia tidak bisa menyembunyikan kerapuhan fisiknya.
Meski para dokter telah berusaha sekuat tenaga, namun kanker yang diderita Evita tidak dapat disembuhkan. Kesehatan Evita pun semakin menurun dari waktu ke waktu, hingga pada 26 Juli 1952 ia meninggal dunia dalam usia 33 tahun.

Berita kematian itu membuat seluruh warga Argentina berkabung. Semua kegiatan di negeri itu berhenti. Film berhenti diputar, stasiun radio berhenti mengudara, restoran dan toko-toko ditutup, sementara para penduduk menutup pintu mereka sebagai tanda berduka. Pemerintah Argentina menghentikan semua kegiatan resminya selama dua hari, dan bendera-bendera dikibarkan setengah tiang selama sepuluh hari.

Jenazah Evita dimakamkan secara resmi dalam acara kenegaraan, dan hari pemakamannya menjadi hari paling ramai di Argentina. Beribu-ribu rakyat yang bersedih memadati tempat pemakaman, hingga 2.000 orang terpaksa dirawat di rumah sakit karena terinjak, terluka, atau pingsan dalam kerumunan. Sejak itu, hari kematian Evita diperingati sebagai hari libur oleh rakyat Argentina.

Popularitas Evita tetap berlangsung meski ia sudah meninggal. Ketika Juan Peron digulingkan dalam sebuah kudeta militer, Libertadora Revolucion, pada 1955, lawan-lawan politik Peron sampai mencuri Jenazah Evita dan menyembunyikannya di Milan, Italia, selama 16 tahun. Selain itu, pemerintah yang baru juga mengeluarkan larangan untuk aktivita Peronisme, serta larangan memasang gambar Juan atau Evita Peron.

Ketika Juan Peron kembali menjadi Presiden untuk yang ketiga kalinya, ia pun mengambil dan memindahkan jemazah Evita untuk kembali dimakamkan di istana. Dua tahun kemudian, junta militer kembali berkuasa di Argentina, dan sekali lagi jenazah Evita dikeluarkan dari istana. Akhirnya, oleh Isabel, istri ketiga Juan Peron, jenazah Evita dimakamkan di sebuah pemakaman keluarga di Buenos Aires.

Diadaptasi dari:
- Buku Wanita-Wanita Hebat Di Dunia
- http://belajar-sampai-mati.blogspot.com/2009/03/siapakah-evita-peron.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar