Follow Us @literasi_smkn23jkt

Minggu, 27 Mei 2018

Teks Ulsan Film "Bulan Terbelah Di Langit Amerika" Mundari XI AP 2


FORMAT TUGAS AKHIR
TEKS ULASAN FILM/DRAMA
“TANPA ISLAM DUNIA INI TAKKAN DAMAI”
Disusun oleh : Mundari





Judul film   : Bulan terbelah di langit Amerika
Tahun rilis : 2015
Sutadara   : Rizal Mantovani
Pemain      :  -   Acha Septriasa sebagai Hanum
-      Rianti Cartwright sebagai Azima Hussein
-      Abimana Aryasatya sebagai Rangga
-      Nino Fernandez sebagai Stefan
-      Hannah Al Rasyid sebagai Jasmine

Orientasi

Film “Bulan Terbelah di Lngit Amerika” merupakan film bergenre
drama yang diadaptasi dari novel best seller dengan judul yang
sama karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra.
Film yang dirilis pada 5 Desember 2015 ini menawarkan banyak
cerita yang dari pasangan-pasangan di film ini. Seperti
pasangan kekasih, suami istri, ibu anak, dan ayah anak.
film ini merupakan film produksi maxima pictures.
  
   Dikisahkan, setelah mendapat kiriman email video seorang gadis berjudul “Do you know my dad?”, Hanum (Acha Septriasa) seorang jurnalis muslim dan bekerja di sebuah kantor berita di Wina, diberi tugas untuk menulis artikel provokatif oleh bos redaksi, berjudul “Apakah dunia lebih baik tanpa Islam?”.Untuk menjawabnya, Hanum harus bertemu dengan korban tragedi 9/11 di New York, Azima Hussein (Rianti Cartwright), seorang mualaf yang bekerja di sebuah museum, dan anaknya, Sarah Hussein.Pada saat yang bersamaan, Rangga (Abimana Aryasatya) suaminya, juga ditugasi oleh Profesornya untuk mewawancara seorang milyuner dan philantropi Amerika bernama Phillipus Brown, demi melengkapi persyaratan S3 nya. Brown dikenal eksentrik, misterius, dan tidak mudah berbicara dengan media. Rangga diminta untuk menemui Stefan (Nino Fernandez) dan kekasihnya Jasmine (Hannah Al Rasyid) yang berada di New York yang telah mengatur pertemuan eksklusif dengan Brown. Malang tidak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih, tugas mereka berantakan ketika sebuah demosntrasi besar berakhir ricuh dan membahayakan keselamatan mereka.

Tafsiran isi

Konflik dalam film ini yaitu seorang jurnalis wanita yang sangat cantik bernama Hanum, dia juga harus menemani suaminya bernama Rangga sekolah di Wina, dan juga karena ada sebuah tugas dari atasannya yang bernama Gertrude Robinson untuk membuat artikel yang bertema "Would the world be better without Islam". Artikel tersebut nantinya akan di muat dalam sebuah koran. Gertrude juga meminta kepada Hanum supaya mewawancarai dua narasumber dari pihak muslim dan non muslim di ke Amerika serikat. Narasumber tersebut merupakan para keluarga korban serangan World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 di Washington DC, New York. Di sisi lain Rangga juga di minta bosnya yang bernama Professor Reinhard untuk pergi ke Washington, agar bisa mengikuti sebuah konferensi internasional dalam bidang bisnis.Dalam konferensi tersebut yang nantinya akan membahas dan mengetengahkan seorang filantropi dunia bernama Brown Phillipus tentang "Strategi The Power of " Di situlah pasangan suami istri, Hanum dan Rangga mengalami depresi sendiri-sendiri terhadap tekanan pekerjaan dan tugasnya selama di New York, ketika mereka memutuskan untuk mencari narasumber terbaik bagi tugas Hanum.

Peliputan Hanum ke New York, ditemani Rangga (Abimana Aryasatya) suaminya. Sang suami juga mendapat tugas dari Profesornya untuk mewawancarai seorang milyuner dan philantropi Amerika bernama Phillipus Brown demi melengkapi persyaratan S3 nya. Brown dikenal sebagai orang eksentrik, misterius, dan tidak mudah berbicara dengan media. Rangga dan Hanum menemui Stefan (Nino Fernandez) dan kekasihnya Jasmine (Hannah Al Rasyid) yang berada di New York. Stefan membantu Rangga untuk mendapatkan kesempatan mewawancarai Brown serta Jasmine membantu Hanum untuk bisa menembus narasumbernya yaitu Sarah Collins dan ibunya. Pertemuan Hanum dengan Azima merupakan salah satu adegan yang begitu menusuk. Adegan ini diperkuat bagaimana seorang laki-laki tua tetangga Azima (Ray Renolds) kehilangan keluarganya dalam tragedi World Trade Center itu dan laki-laki itu membalas sakit hatinya dengan memusuhi Azima dan anaknya. Dia mengembalikan kue tart yang dibuatkan Azima dan Sarah untuk dia, tetapi Hanum memberikannya lagi dan berkata: Ini cara Al-Qur’an menunjukkan untuk berbuat baik pada tetangganya.
Langsung saja, simbol atau makna cerita yang saya tangkap di Film terbaru yang diproduksi Maxima Pictures ini tentang memperjuangkan masa kini. Tepatnya, memperjuangkan Islam di masa kini dari prasangka-prasangka Islamophobia di Amerika pasca kejadian 9/11. Pesan film BTDLA ini tentu adalah sambungan dari pesan film 99 Cahaya di Langit Eropa 1 & 2, yaitu menemukan masa lalu. Tepatnya, menemukan Islam di masa lalu Eropa dari krisis identitas Islamophobia. Dalam acara Jumpa Pers setelah nonton bareng BTDLA Rangga Almahendra (Suami Hanum Rais) berujar bahwa Cahaya dan Bulan digunakan sebagai metafora untuk menyampaikan pesan di film 99 Cahaya di Langit Eropa 1 & 2, dan BTDLA. Cahaya adalah metafora dari “pendaran-pendaran bintang” kejayaan Islam di Eropa pada masa lalu. Sedangkan Bulan adalah metafora dari pudarnya cahaya kebanggaan Islam di Amerika pada masa kini.

Pesan moral film Bulan Terbelah di Langit Amerika lekat dengan agama Islam, terutama tentang keteguhan hati dan toleransi antaragama. Pesan mengenai toleransi antaragama ini pun telah dikampanyekan melalui hashtag sosial media. Pesan perdamaian dan toleransi agama Islam yang begitu besar di New York inilah yang coba disampaikan oleh film terbaru Maxima Pictures, Bulan Terbelah di Langit Amerika. Film yang terinspirasi dari buku novel “National Best Seller” berjudul sama karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra ini sengaja memilih New York sebagai setting film. New York dianggap sebagai kota paling tepat untuk menggambarkan betapa spirit toleransi agama penting untuk digaungkan. Film ini bercerita mengenai pencarian jawaban atas sebuah pertanyaan besar “Would the world be better without Islam?”.Dan yang terpenting adalah menegaskan bahwa islam bukan agama teroris. Mengapa terpusat pada kata ‘teroris’? Karena isu inilah yang melekat pada agama yang saya yakini. Ada rasa kecewa, namun tentu tidak seburuk itu. Sepanjang saya mengamati dari beberapa film yang saya tonton, terutama serial NCIS buatan Amerika, disana mereka menunjukkan bahwa yang namanya teroris itu tidak melulu berkaitan dengan islam dan umat muslim. Banyak kepentingan yang mendorong terorisme terjadi. Jika anda dapat belajar lebih dalam untuk melihat, maka anda akan paham, bahwa sebenarnya islam dan ummatnya patut dicintai oleh seluruh penghuni bumi ini.

Sasaran penonton yaitu pada film ini merangkum kemarahan pada Islam dengan berbagai sudut pandang. Sebagai negara yang berpenduduk muslim terbanyak di dunia, Maxima Pictures secara cerdas menyentil perasaan muslim di Amerika yang mungkin akan menjadi emosional jika Anda menonton film ini. Musik juga diperhatikan dengan baik untuk menggiring emosi penonton. Menjelang akhir, film ini menampilkan puncak emosi yang bisa membuat penonton ikut merasakan perasaan masing-masing pemain. Sayangnya semua kebaikan film ini diletakan hampir di akhir film, jadi Anda harus menahan kebosanan untuk mencapai akhir cerita film ini. Bahkan pada film Bulan Terbelah Di Langit Amerika 2 masih bertengger di peringkat 14 dalam daftar 10 Film Indonesia Terlaris 2016. Film “Bulan Terbelah Di Langit Amerika 2” Mencapai 450 Ribu Penonton


Evaluasi
Masih bersama Maxima Pictures, film 'Bulan Terbelah di Langit Amerika' ini akan menjadi film yang bertaraf Internasional dengan budget besar. Film ini akan menceritakan tentang kelanjutan kisah petualangan Rangga dan Hanum  di Negara Paman Sam. "Ada rencana untuk melibatkan beberapa artis Hollywood dan artis Asia. Jadi ini akan jadi produksi internasional,". Jika film terdahulu saya memberikan nilai 7, maka untuk film kali ini saya berani memberikan nilai 8,5. Dan untuk sebuah penilaian tentu berpulang pada selera masing-masing dan cara pandang seseorang terhadap sebuah karya seni berupa film layar lebar.
Hal yang menarik dari film ini adalah apa yang dimunculkan di awal dan diakhir, ada kesatuan yang dipecah secara cerdas. Sehingga jika anda menonton dengan cermat, akan terlihat bahwa ide cerita ini dibuat sangat matang. Logika berpikirnya sangat masuk dan bagi saya cukup bisa disandingkan dengan beberapa film internasional. Pada awal film diputar, penonton dipaksa untuk menelan kenyataan tentang seorang tokoh kunci dalam film ini, ada rasa kecewa dan mulai menebak “Apa sebenarnya yang terjadi?” Sehingga saat itu sayapun mulai fokus menonton untuk mencermati setiap ditailnya. Mengumpulkan yang tercecer untuk membuat satu pemahaman yang baik terhadap esensi yang disajikan dalam film ini. Dan bagi saya awal film dimulakan dengan sesuatu yang epik, menarik, dan membuat penonton harus menyelesaikan film ini tanpa menguap dan terkantuk. Esensi film ini begitu menancap dalam hati saya sebagai seorang muslim. Membangkitkan kebanggaan saya sebagai muslim yang memiliki pandangan berdasarkan alquran. Bahwa islam adalah agama yang damai, dan alquran mengajarkan itu. Akting Acha dan Abimana kembali menyakinkan dengan alur yang berbeda dari prekuelnya, 99 Cahaya di Langit Eropa. Jika sebelumnya mereka menjadi pasangan yang kompak dan saling membantu, kali ini perselisihan demi perselisihan membuat mereka terbelah. Tapi konflik utama film ini bukanlah cinta Rangga dan Hanum. Cerita 9/11 melibatkan banyak orang yang menjadi korban, keluarga korban, dan simpati dari masyarakat di Amerika. Kisah film ini merangkum kemarahan pada Islam dengan berbagai sudut pandang. Sebagai negara yang berpenduduk muslim terbanyak di dunia, Maxima Pictures secara cerdas menyentil perasaan muslim di Amerika yang mungkin akan menjadi emosional jika Anda menonton film ini. Musik juga diperhatikan dengan baik untuk menggiring emosi penonton. Menjelang akhir, film ini menampilkan puncak emosi yang bisa membuat penonton ikut merasakan perasaan masing-masing pemain. Sayangnya semua kebaikan film ini diletakan hampir di akhir film, jadi Anda harus menahan kebosanan untuk mencapai akhir cerita film ini.

Akting Rianti yang saya nilai kurang maksimal dan menyentuh, adegan marah Acha pada Abimana yang terlalu galak, dan kelucuan Stefen yang garing. Selain itu, padanan lagu dan dialog pada saat Hanum dan Rangga bertengkar kemudian berbaikan, dirasa kurang pas. Terdapat beberapa perbedaan pada novel dan film Bulan Terbelah di Langit Amerika. Perbedaan tersebut ada pada tokoh, latar, dan alur. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ekranisasi alur, tokoh, dan latar, baik dalam bentuk kategorisasi aspek penciutan, penambahan, maupun perubahan bervariasi dalam ekranisasi novel ke film Bulan Terbelah di Langit Amerikakarya Hanum Rais dan Rangga Almahendra. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah novel Bulan Terbelah di Langit Amerikakarya Hanum Rais dan Rangga Almahendra dan film Bulan Terbelah di Langit Amerikakarya sutradara Rizal Mantovani. Fokus penelitian berupa proses ekranisasi alur, tokoh, dan latar.Data diperoleh dengan teknik membaca, teknik menonton, dan teknik mencatat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekranisasi yang terjadi pada unsur alur, tokoh, dan latar, yaitu adanya penciutan, penambaham, dan perubahan bervariasi. Penciutan alur, tokoh, dan latar terjadi karena media yang digunakan dalam pembuatan novel dan film berbeda. Secara keseluruhan penciutan yang dilakukan dalam visualisasinya ke bentuk film masih wajar dilakukan karena penghilangan cerita, tokoh, dan latar diambil pada bagian yang tidak begitu penting untuk divisualisasikan. Penambahan alur, tokoh, dan latar dalam film secara keseluruhan masih relevan dangan cerita yang ada dalam novel, hanya saja pada visualisasi dalam film dibuat lebih menarik dengan banyaknya konflik cerita, adanya tokoh dan latar tambahan yang dimunculkan sehingga cerita dalam film tidak monoton seperti dalam novel. Kemunculan tersebut untuk menambah esensi film sehingga penonton akan terbawa masuk dalam alur cerita. Adapun untuk perubahan bervariasi alur, tokoh, dan latar yang dilakukan dalam visualisasinya ke bentuk film secara keseluruhan tidak jauh melenceng dari penggambaran yang ada pada novel. proses produksi dan syuting dilakukan di San Fransisco, California, Amerika Serikat. Awalnya rumah produksi Max Pictures dan Falcon Pictures memilih Hollywood, Los Angeles sebagai lokasi pengambilan gambar. "Tapi San Fransisco dipilih karena kota ini lebih kaya dengan sejarah Islam," ungkap penulis novel sekaligus skenario film, Hanum Rais. Masih mengusung sejarah Islam dan semangat menyatukan dunia yang terbelah, namun kali ini penonton dibawa kepada sejarah Islam yang mengejutkan. Serta petualangan yang lebih menantang. Dengan kondisi dollar yang tinggi terhadap nilai tukar rupiah, Ody mengakui biaya produksi film yang akan disutradarai Rizal Mantovani ini, jadi membengkak. “Dengan kondisi dollar saat ini, otomatis biaya produksi film Terbelah di Langit Amerika naik hingga 30% dari buget yang kita perkirakan sebelumnya,” ucap Ody selaku produser. Meski begitu Ody bersyukur biaya produksi yang besar bisa disiasati, dengan turutnya beberapa sponsor mendukung film ini dan televisi yang sudah memastikan akan membeli film yang tengah disiapkan ini dan mau bayar dimuka membeli filmnya,” aku Ody. Ody juga menjelaskan strategi lain agar film ini bisa menarik keuntungan, ia akan merangkul bintang ternama asal Malaysia. “Saya belum berani menyebutkan nama bintang Malaysia tersebut yang nanti akan beradu akting dengan Acha Septriasa di film ini. Karena kami masih nego dengan mereka. Yang jelas hal ini dilakukan agar film ini kian diminati, karena Bulan Terbelah di Langit Amerika rencananya akan diputar di Malaysia dan juga Singapura,” kilah Ody. Bulan Terbelah di Langit Amerika merupakan kisah yang diangkat dari novel dengan judul yang sama, karya Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra. Novel tersebut mengisahkan tentang tragedi 9/11, dibeli Maxima Picutres seharga Rp 1,5 Milyar.


Rangkuman
Secara keseluruhan film ini adalah salah satu penutup yang manis untuk film Indonesia 2015, layak ditonton. Bagi penonton muslim film ini memberikan inspirasi bahwa Islam sebagai “rahmatan alamin”, membawa kedamaian harus dibuktikan dengan perbuatan oleh muslim itu sendiri dan bukan hanya slogan. Bulan Terbelah di Langit Amerika cocok untuk ditonton semua umat muslim dan orang-orang yang masih mengira Islam adalah agama teror. Padahal, dunia tanpa Islam berarti dunia tanpa kedamaian. Islam-lah yang telah menjaga kedamaian itu tetap melingkupi seluruh dunia ini. Dan, sejarah mencatat bahwa semua teroris bukan beragama Islam, namun atheis. Oleh karena itu film ini adalah film kemanusiaan. Kisah tentang hilangnya kebanggaan muslim pada agamanya, kisah tentang jati diri muslim yang terinjak-injak oleh isu terorisme. Namun semua ketakutan pada Islam itu diakhiri dengan kisah manis bahwa islam bukanlah terorisme, islam adalah rahmatan lil'alamin.


Daftar Pustaka

(Diakses pada 10 Mei 2018)
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar