Follow Us @literasi_smkn23jkt

Sabtu, 21 Maret 2020

Pentingnya Memahami Ilmu Teknologi, Entrepreneur, dan Rasa Nasionalisme Dalam Diri Santri


Disusun Oleh : Fikri Alwan Kurniawan




    Judul Buku         :    Santri Milenial
    Pengarang         :    Muhammad Khozin
    Penerbit             :    Bhuana Ilmu Populer
    Tahun Terbit       :    2018
    Tempat Terbit     :    Jakarta
    Tebal                  :    xviii + 186 halaman
  
      Buku Santri Milenial bertema pengetahuan keagamaan Islam. Buku ini menjelaskan tentang  visi, misi, budaya, tradisi, dan pernak-pernik pesantren. Buku ini ditulis oleh seorang santri yang hidup di zaman milenial. Di dalam buku ini  juga dijelaskan mengenai pentingnya santri mengikuti kecanggihan teknologi yang semakin pesat, memilah informasi agar tidak terjerumus dalam penyebaran berita bohong (hoaks), kemampuan entrepreneur saat memulai suatu usaha, serta meningkatkan rasa nasionalisme dan semangat anti korupsi dalam merawat kebhinekaan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
            Pembahasan buku ini dimulai dengan bab “Kehidupan Ala Santri” yang menjelaskan mengenai asal muasal pesantren di Indonesia. Pada bagian ini dijelaskan bahwa asal muasal pesantren di Indonesia tidak dapat terlepas dari peran Walisongo. Kesembilan kiai tersebut menggunakan model pondokan untuk melakukan penyebaran agama Islam di tanah air. Sehingga proses pengajaran menjadi lebih mudah diterima karena dilakukan secara bersama-sama. Pada bagian lain dalam bab pertama ini, juga dijelaskan bahwa santri harus memiliki sembilan nilai unggul dalam mengikuti pendidikan di pesantren. Kesembilan nilai unggul tersebut antara lain mandiri, solidaritas, kedisiplinan, kemampuan bahasa, memaknai nilai kehidupan, lebih paham ilmu agama, mengikuti tren ilmu teknologi (IT), dan semangat silaturahmi.
            Selanjutnya, pada bab kedua yang berjudul Generasi Milenial, dijelaskan mengenai definisi generasi milenial. Menurut Karl Mannheim, Generasi Milenial adalah mereka yang lahir di atas tahun 1980 sampai 1987, bisa juga disebut dengan Generasi Y. Generasi Milenial lahir dan tumbuh ketika komputer mulai berevolusi dari teknologi yang semula besar, sulit, dan mahal menjadi perangkat rumahan yang mudah digunakan, bisa melakukan apa pun, dan berharga semakin murah, serta merakyat. Selain itu, ada juga Generasi Z yang merupakan generasi yang lahir dari tahun 1995 hingga 2020. Generasi Z memiliki keterikatan yang lebih kuat terhadap perkembangan teknologi yang semakin pesat. Meskipun demikian, Generasi Z cenderung lebih toleran pada isu-isu sosial, masyarakat, dan piawai menggunakan perangkat teknologi, serta mengandalkan teknologi sebagai salah satu instrumen penentu sukses karier mereka di masa datang.
            Kemudian pada bab ketiga yang berjudul Santri Era Milenial, dijelaskan bahwa santri harus aktif berkomunikasi di dunia maya dengan cara menggunakan media sosial untuk memberikan segala informasi mengenai kehidupannya. Santri juga harus melakukan aktivitas dakwah dengan cara yang kekinian, seperti melakukan siaran langsung dakwah di media sosial. Dengan cara tersebut, maka usaha yang sederhana dapat memberikan manfaat seluas-luasnya bagi banyak orang dan pola bahasa yang digunakan pada ceramah zaman now lebih mudah dicerna oleh umat lintas kalangan. Pada bagian lain dalam bab ketiga ini, santri harus pandai dalam memilah informasi agar tidak terjerumus dalam penyebaran berita bohong (hoaks). Hoaks adalah informasi menyimpang dari fakta yang masih dapat diteliti dengan menggunakan pikiran, sehingga hoaks dapat diberantas menggunakan senjata akal sehat.
            Selanjutnya pada bab keempat yang berjudul Santripreneur, dijelaskan mengenai pentingnya entrepreneur di dalam diri santri. Santripreneur merupakan gabungan dari dua kata yaitu santri dan entrepreneur yang dapat diartikan sebagai santri yang memiliki jiwa pengusaha. Ada empat pilar utama santripreneur yang harus ada pada diri santri, sehingga fondasi tersebut akan menjadi lebih kokoh. Keempat pilar utama tersebut antara lain kemandirian, tanggung jawab, solidaritas, dan kreativitas. Dengan menerapkan empat pilar tersebut, maka santri akan berhati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam memulai bisnis sehingga hasil bisnis yang diperoleh akan memuaskan. Selain itu, santri juga harus melakukan analisis usaha dengan menggunakan analisis SWOT. SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam memulai suatu proyek atau suatu usaha. Jika santri dapat melakukan analisis SWOT dengan baik, maka santri akan mudah dalam menjalankan usaha bisnis yang digelutinya. Pada bagian lain dalam bab ini juga dijelaskan bahwa santri harus memiliki pemahaman yang luas mengenai manajemen operasional, manajemen waktu, dan manajemen keuangan. Dengan mempelajari dan memahami tiga manajemen tersebut secara sungguh-sungguh, maka santri dapat mengelola bisnisnya dengan baik sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
            Buku ini diakhiri dengan bab kelima yang berjudul Nasionalisme Santri. Pada bab ini dijelaskan mengenai pentingnya merawat kebhinekaan dan keutuhan NKRI serta semangat anti korupsi. Pada bagian awal bab ini dijelaskan mengenai statistik jumlah suku bangsa dan bahasa yang terdapat di Indonesia. Menurut Sensus BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2010, jumlah suku bangsa di Indonesia sebanyak 1.340 suku bangsa dan jumlah bahasa yang ada di Indonesia sebanyak 742 bahasa. Dengan data tersebut, maka keanekaragaman merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Pondok pesantren yang berciri heterogen pada saat ini cukup banyak, karena ada beberapa pondok pesantren yang menampung santri dari luar negeri juga ada banyak di Indonesia. Salah satu contohnya adalah Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton pimpinan KH Zuhri Zaini di Malang, Jawa Timur. Pada bagian selanjutnya dalam bab ini dijelaskan mengenai jiwa nasionalisme yang harus dimiliki oleh setiap santri. Banyak contoh yang harus diterapkan oleh santri untuk mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan bersama, seperti setia pada Pancasila, tidak tergiur korupsi, toleran terhadap pihak lain, terbuka dan bekerja sama dengan siapa saja yang memiliki kehendak baik, serta menjunjung perbedaan dan menganggap kebhinekaan adalah anugerah serta Sunatullah. Semangat anti-korupsi juga harus dijunjung tinggi oleh para santri dengan cara mendapat pemahaman dini tentang bahaya korupsi. Penulis buku ini optimis bahwa gerakan santripreneur tidak hanya membantu santri memiliki mindset bisnis, tetapi juga sistem kerja agar korupsi tidak merajalela. Pada bagian akhir bab ini dijelaskan mengenai empat sifat kepemimpinan Rasulullah SAW yang harus diteladani oleh setiap orang untuk menghadapi masalah. Keempat sifat Rasulullah SAW tersebut antara lain Shiddiq (benar), Amanah (dapat dipercaya), Fathonah (cerdas), dan Tabligh (menyampaikan). Dengan menerapkan keempat sifat tersebut, diharapkan santri menjadi teladan bagi seluruh orang agar mengikuti sifatnya tersebut.
            Buku Santri Milenial ini memiliki kelebihan seperti banyak ilmu keagamaan Islam yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian buku ini juga memiliki kata-kata mutiara yang dapat digunakan sebagai motivasi dalam menjalani hidup. Salah satu kata-kata mutiara tersebut adalah, “Zaman boleh berubah, tunggangan boleh berganti, media syiar boleh timbul dan tenggelam, tetapi misi dan visi mengembangkan Islam tak boleh surut”. Kelebihan lainnya yaitu terdapat testimoni-testimoni dari beberapa tokoh nasional yang menilai positif peluncuran buku Santri Milenial ini. Selain itu, buku ini juga menjelaskan semua topik yang dibahasnya secara rinci, sehingga pembaca mudah mengerti. Cover depan buku ini disertai dengan gambar-gambar seperti Al-Qur’an, Pancasila, media sosial, grafik, dan lainnya yang divisualisasikan dalam lingkaran-lingkaran dan persegi panjang yang terhubung satu sama lain.
            Selain memiliki kelebihan, buku ini juga memiliki kekurangan seperti tidak adanya gambar yang mendukung sehingga kurang menarik untuk dibaca. Kekurangan lainnya juga terdapat pada beberapa singkatan dan istilah yang tidak diketahui kepanjangan dan padanan katanya. Meskipun begitu, buku ini secara keseluruhan sudah baik, sesuai dengan teknik penulisan buku, dan cocok untuk dibaca.
            Buku ini sangat cocok dibaca oleh beberapa golongan, seperti orang-orang yang ingin melanjutkan pendidikan di pondok pesantren, orang yang ingin mengenali kehidupan pesantren lebih luas, dan umat Islam yang ingin memperdalam ilmu pengetahuan agamanya. Dengan demikian, pembaca diharapkan dapat memperoleh wawasan pengetahuan tambahan setelah membaca buku ini dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1 komentar:

  1. Dating for everyone is here: ❤❤❤ Link 1 ❤❤❤


    Direct sexchat: ❤❤❤ Link 2 ❤❤❤

    PZ .

    BalasHapus