Follow Us @literasi_smkn23jkt

Rabu, 18 Maret 2020

Mencintai Indahnya Hidayah

Disusun Oleh : Ayu Khotimah





Judul Buku              : Hafalan Shalat Delisa
Pengarang              : Tere Liye
Penerbit                   : Republika
Tahun Terbit             : 2008
Tempat Terbit           : Jakarta
Tebal                        : 248 Halaman
           


Novel yang satu ini mengangkat kisah seorang bocah perempuan yang baru berusia 6 tahun. Gadis tersebut bernama Delisa. Ia merupakan anak bungsu di dalam keluarganya. Adapun kakak-kakaknya Delisa adalah Cut Fatimah, Cut Zahra, dan Cut Aisyah. Keluarga Delisa tinggal di Lhok Nga. Delisa dan saudara-saudaranya hanya tinggal bersama Ummi, sebab sang Abi bekerja sebagai mekanik kapal yang berbulan-bulan ikut di kapal yang berlayar.
     Meski rindu, tetapi Delisa tetap menjalani hari-hari mereka tanpa sang Abi. Suatu hari Delisa mendapat tugas dari sekolahnya. Tugas tersebut menghafal bacaan shalat. Delisa giat sekali menghafal bacaan-bacaan tersebut. Terlebih Ummi menjanjikan ia hadiah jika Delisa berhasil menghafal bacaan shalat. Hadiah yang membuat Delisa semangat adalah kalung emas yang dijual ditoko Ko Acan. Ko Acan sendiri merupakan sahabat Abi Delisa.
  Tanggal 26 Desember 2004, Delisa dan semua teman kelasnya dijadwalkan mempraktekkan hafalan shalat yang telah mereka hafalkan beberapa waktu. Saat tiba giliran Delisa,sembari mengucapkan bacaan shalat, tiba-tiba bumi bergetar hebat. Semua tampak gonjang ganjing. Dan seketika, air laut mulai naik ke daratan dengan ganasnya. Ia bagai tangan raksasa yang merengkuh segala yang ia jumpai. Bencana tersebut adalah gempa hebat yang disusul tsunami. Kurang lebih 15.000 orang yang meninggal akibat bencana ini. Termasuk di dalamnya Ummi dan kakak-kakak Delisa.
       Delisa sendiri selamat. Ia tersangkut disemak belukar. Siku kanan bocah tersebut patah dan kaki bagian kanannya terjepit dibebatuan. Setelah 6 hari terjebak di tempat tersebut, Delisa kemudian ditemukan oleh seorang prajurit relawan bernama Smith. Delisa yang dilihatnya sangat bercahaya kemudian membawa prajurit tersebut untuk masuk Islam.
     Karena suasana yang kacau balau, Abi yang telah mengetahui bencana tersebut tak bisa menemukan Delisa. Ia menghabiskan beberapa waktu sebelum akhirnya bertemu gadis mungilnya. Saat bertemu Abinya, Delisa bercerita layaknya anak-anak yang tak mengerti apa-apa. Bencana tak menghapus keceriannya.
Termasuk saat kaki kanan Delisa harus diamputasi, semuanya tak berhasil membuat ia murung. Ia bersama Abi menjalani hidupnya. Menata dari awal. Meski jasad Ummi dan ketiga kakaknya belum ditemukan, tapi Delisa dan Abi harus tetap hidup normal, begitu pikirnya.
  Suatu waktu Delisa melihat ada sebuah pantulan cahaya yang menganggu penglihatannya. Karena penasaran, Delisa pun mendekat. Dan tak disangka, cahaya tersebut merupakan pantulan kalung dengan huruf D. Dan kalung tersebut berada dalam pegangan seseorang. Ummi Delisa Sendiri.
   Novel ini menarik dan bacaannya mudah dipahami, dikemas dalam tulisan-tulisan sederhana namun sangat menyentuh. Mengandung nilai raligius dan nilai sosial yang kental. Dalam novel ini tercipta keharmonisan dalam keluarga, saling tolong menolong dan hidup bertetanggan yang baik.
       Dalam novel tidak ada daftar isi, kata pengantar dan biografis penulis.
      Novel sangat menarik. Disajikan dengan Bahasa yang mudah dipahami. Buku ini dapat dibaca oleh semua karena banyak mengandung nilai inspiratif dan banyak mengandung pesan moral serta nilai keagamaan dan sosial yang dapat kita teladani atau terapkan didalam kehidupan sehari-hari.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar