Oleh : Dhea Ananda Putri
Moshe
Kai Cavalin dilahirkan dari Ayah keturunan Brazil dan Ibu keturunan Cina pada
tanggal 14 Februari 1998 dengan nama Cina Kai Hsiao Hu yang artinya macan yang
patuh atau penurut. Ibu Moshe, Sandy Chien, mengatakan putranya menunjukkan
bakat luar biasa di usia dua tahun. Moshe sudah berlatih matematika sederhana
pada usia empat tahun, ketika orangtuanya memasukkannya pada program belajar
intensif termasuk matematika, musik, seni bela diri, dan membaca.
Moshe
tidak pernah mengenyam pendidikan formal SD sampai dengan SMA karena beberapa
kali ditolak mengingat kemampuannya yang sudah di atas rata-rata. Sekolah
beralasan Moshe dapat mengganggu konsentrasi siswa lainnya karena akan menjadi pusat
perhatian dan juga membuat siswa yang memiliki usia di atasnya menjadi minder.
Alhasil, homeschooling akhirnya
menjadi pilihan yang kemudian mengantarkannya menjadi orang hebat.
Pada
usia tujuh tahun, Moshe menyelesaikan SMP dan SMA di rumah. Chien selanjutnya
mendaftarkan Moshe ke East Los Angeles Community College, tetapi ditolak karena
dia dianggap terlalu kecil. Pada usia delapan tahun, Moshe mendaftar lagi dan
diterima setelah lulus ujian masuk. Ketika Moshe mulai kuliah di usia delapan tahun,
dia adalah siswa termuda di kelasnya, namun dia mampu memberikan les privat
kepada teman-teman sekelasnya yang berusia 19-20 tahun dalam mata pelajaran
matematika dan fisika. Moshe menyelesaikan kuliahnya di bidang matematika di
East Los Angeles Community College di usia sebelas tahun, indeks prestasi
(IP)-nya pun sempurna dengan IPK 4,00.
Keberhasilannya
hingga saat ini sangat besar ditopang oleh peran dari orang tuanya yang hebat
dan begitu mencintai dan menyayangi anaknya. Hal tersebut mengharuskan Ibunda
Moshe yang seorang lulusan MBA harus rela berhenti bekerja dan menjadi guru
sekaligus teman bagi putranya. “Saya
mencoba menyekolahkan anak saya ke sekolah dasar, tetapi dia belajar terlalu
cepat dan dia sering tidak menemukan apa-apa untuk dikerjakan di kelas. Saya
kemudian memutuskan mengajarinya di rumah,” kata Ibu Moshe, Chien. Moshe
menolak jika disebut jenius, menurut Moshe “jenius”
hanyalah sebuah kata seperti IQ, itu merupakan sebuah istilah yang dibuat
oleh orang yang hanya mengklasifikasikan satu hal dan mereka mengabaikan segala
sesuatu yang lain yang membentuk seorang individu. “Saya tidak suka disebut jenius dan saya tidak ingin disebut seperti
itu, yang saya lakukan adalah mencoba untuk mendapatkan kebijaksanaan melalui
pengetahuan dan saya pikir melatih kebijaksanaan jauh lebih baik daripada
menjadi jenius,” kata Moshe.
Selepas
sarjana, Moshe ingin terus melanjutkan sekolahnya. Beberapa universitas yang
menjadi targetnya adalah Stanford, Massachusetts Institute of Technology (MIT)
atau University of Nevada, Las Vegas untuk mengambil matematika, astrofisika,
maupun fisika teoritik, alternatif lainnya adalah mengambil bisnis di Harvard.
Seorang remaja dengan banyak impian yang menguasai bahasa Spanyol, Portugis,
Italia, Inggris, dan Mandarin ini tidak pelit dalam membagi tips suksesnya. Dia
berbagi kiat suksesnya dengan menerbitkan buku setebal sekitar 100 halaman. “We Can Do” demikian judul bukunya.
Butuh waktu empat tahun bagi Moshe untuk menyelesaikan buku itu karena dia
cukup sibuk dengan berbagai aktivitasnya.
“We Can Do” ditulis
dalam bahasa Inggris untuk pasar Amerika, sedangkan untuk pasar Asia Moshe
menulisnya dalam bahasa Mandarin. Dari buku itu diperoleh pelajaran jangan
menaruh semua telur dalam satu keranjang. Berdasarkan cara Moshe, sebaiknya
mengambil sedikit telur lalu menempatkannya dalam satu keranjang dan jangan
terganggu dengan keranjang-keranjang lainnya. Di buku itu, Moshe menyarankan
agar melakukan hal-hal terbaik selama masih ada waktu, bukan berarti seseorang
harus belajar sepanjang hari. Banyak hal yang bisa dilakukan di waktu-waktu
yang kita miliki. “Saya mencapai titik di
mana banyak orang menganggap tidak mungkin pada usia saya. Saya mencapai
setinggi bulan, tapi siapa saja yang benar-benar mencoba bisa mencapai di atas
galaksi bimasakti,” tulisnya dalam buku “We
Can Do”.
Referensi : http://smamuhiblitar.sch.id/721.html
Sumber : http://kolom-biografi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar