Oleh : Suci Astuti
R.A.Kartini wanita kelahiran 21 April 1897 ini merupakan perintis
perubahan bagi kaum wanita. Ia lahir dari keluarga bangsawan yang berpikiran
maju dan sosoknya yang cekatan, lincah, pintar, suka belajar dan haus akan imu
pengetahuan.
Saat usia 7 tahun, ia berskoklah di Sekolah Kelas Dua Belanda. Selain
belajar di sekolah, ia juga kerap memperoleh pelajaran Bahasa Jawa, memasak,
menjahit, mengurus rumah tangga dan pelajaran agama dirumahnya. Sebagai seorang
gadis kecil yang lincah ia hanya berpikir mengenai sekolah dan bermain. Hingga suatu hari seorang teman Belanda bertanya mengenai cita-cita
Kartini setelah tamata sekolah usia 12 tahun, setelah tamat sekolsh dasar,
Kartini menjalani masa pingitan. Hidupnya berubah ia kesepian dan tidak boleh
melanjutkan pendidikan.
Keluarganya yang memegang teguh adat lama, tidak menyetujui keinginan
Kartini yang menghenaki perubahan Karini hanya bisa mencurahkan cita-cita
perjusngannya dalam bentuk surat. Ia rajin menulis surat kepada teman-temannya
di Belanda. Isinya mengandng cita-cita yang luhur, terutama untuk mengangkat
derajat wanita Indonesia. Perjuangan R.A.Kartini tidak serta merta didaptkan
begitu saja, butuh proses perjalanan panjang dalm menapakinya. Ketidaksetujuan
keluarga ditambah celaan sebagai penentang, adat dan tradisi datang selam
proses mejuju perubahan. Namun R.A.Kartini tidak berhenti, ia tetap dengan
pendiriannya untuk melawan kebiasaan atau adat yang kuno dan kolot.
Kalau ada kesulitan dalam buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia
selalu menannyakan kepada bapaknya. Melalui buku inialah, Kartini tertarik
kepada kemajuan berpikir wanita Eropa. Timbul keinginannya untuk mamajukan wanita
Indonesia. Wanita tidak hanya tetapi juag harus mempunyai ilmu. Ia memulai
denagn mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan
ilmu pengetahuan lainnya. Tak beberapa lama ia menulis surat pad Mr.
J.H.Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.
Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia
dinikahkan oleh orang tuanya Raden Ajeng Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut
suaminya mengerti dan ikut mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita di
Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya.
Nama sekolah tersebut adalah ”Sekola Kartini”.
Pada tanggal 17 September 1904, Kartini meninggal dunia dalam usianya
yang ke-25, setelah ia melahirkan putra pertamannya. Setelah Kartini wafat, Mr.
J.H.Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan
R.A.Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku tu diberi judul “DOOR
DUITERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Saat ini mudah-mudahan di Indonesia akan terlahir kembali Kartini-Kartini
lain yang mau berjuang demi kepentingan orang banyak. Di era Kartini, akhir
abad ke-19 sampai awal
Diadaptasi dari :
- Rosalind Horton dan Sally Simmons,Wanita-Wanita yang Mengubah Dunia, Penerbit Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar