Oleh : Nur Hazizah

Gayatri lulusan SMA
unggulan Siwalima, Ambon, itu menorehkan segudang prestasi akademik, baik di
tingkat nasional maupun internasional. Gayatri mulai mendunia kala berhasil masuk seleksi
untuk menjadi duta anak, mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat nasional.
Dari situ, dia mengikuti seleksi kepribadian hingga kemampuan intelektual. Dia
lantas masuk 10 besar dari ribuan siswa yang ikut seleksi sebelum terpilih
mengikuti seleksi mewakili Indonesia menjadi Duta ASEAN untuk anak tahun
2012-2013. Gayatri, kemudian terpilih mewakili Indonesia ke tingkat ASEAN dan
mengikuti pertemuan anak di Thailand dalam Convention on the Right of the Child
(CRC) atau Konvensi Hak-Hak Anak tingkat ASEAN.

Gayatri rela berpisah dari haribaan
kedua orang tuanya dalam beberapa waktu. Tapi, itu bukan kendala karena hasil
yang diberikannya selalu mengagumkan. Gayatri tak jarang memberikan aroma
kebahagiaan di rumah petak pojok kota Ambon. Lukisan kebahagiaan dan prestasi
akademik itu pun dia sebarkan ke penjuru Tanah Air lewat berbagai kegiatan.
Terakhir, dia menjadi Duta ASEAN untuk
Indonesia di bidang anak. Saat menjadi delegasi tunggal di Convention on the
Right of the Child (CRC) atau Konvensi Hak-Hak Anak tingkat ASEAN itu, Gayatri
mendapat tempat terhormat dengan sapaan “Doktor”.Dia pun pernah ditawari
Pemerintah Australia agar pindah kewarganegaraan karena kecerdasannya. Namun,
Gayatri menolak.Gayatri pernah mengungkapkan bahwa dia ingin mati dikenang
masyarakat dan tinggalkan yang sulit dilupakan oleh masyarakat Indonesia.
Tepat setahun lalu, Jawa Pos memilih Gayatri sebagai salah satu di antara anak-anak muda Indonesia berprestasi untuk ditampilkan dalam edisi khusus Sumpah Pemuda. Dengan
gayanya yang ceria dan smart, dia melayani
wawancara wartawan DetEksi Jawa Pos Indriani Puspitaningtyas di sela-sela
kesibukan dirinya menjadi narasumber di berbagai aktivitas di Kota Ambon dan
sekitarnya.
Pada tanggal 20 Oktober 2014 Gayatri sedang melakukan olahraga di sekitar Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Setengah jam sebelum dilaporkan pingsan sehabis olahraga, Deddy masih sempat berbincang-bincang dengan Gayatri melalui telepon. Dalam obrolan itu, putrinya berkata dalam kondisi prima. Namun, setelah itu, orang tuanya mendapat telepon kalau Gayatri pingsan dan dilarikan ke Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakata. Dia tak sadarkan diri. Empat hari kemudian yaitu pada tanggal 23 Oktober 2014 Gayatri dinyatakan meninggal dunia.
Tepat setahun lalu, Jawa Pos memilih Gayatri sebagai salah satu di antara anak-anak muda Indonesia berprestasi untuk ditampilkan dalam edisi khusus Sumpah Pemuda.
Pada tanggal 20 Oktober 2014 Gayatri sedang melakukan olahraga di sekitar Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Setengah jam sebelum dilaporkan pingsan sehabis olahraga, Deddy masih sempat berbincang-bincang dengan Gayatri melalui telepon. Dalam obrolan itu, putrinya berkata dalam kondisi prima. Namun, setelah itu, orang tuanya mendapat telepon kalau Gayatri pingsan dan dilarikan ke Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakata. Dia tak sadarkan diri. Empat hari kemudian yaitu pada tanggal 23 Oktober 2014 Gayatri dinyatakan meninggal dunia.

Setelah disalatkan, perempuan berusia sembilan belas tahun itu disemayamkan di Aula Kodim 1504 Pulau Ambon. Selain pejabat dan keluarga, warga setempat pun dipersilakan melayat almarhumah. Tak lama kemudian, Gayatri dimakamkan di Taman Makam Bahagia, Kapahaha, kota Ambon.
Semoga perbuatan yang dilakukan Gayatri Wailissa dianggap ibadah oleh Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah mengharumkan nama Indonesia di mata dunia melalui kedutaan ASEAN. Semoga prestasi yang diukir oleh Gayatri dapat menjadi panutan bagi para penerus bangsa.
Sumber:
http://www.jpnn.com/read/2014/10/25/265800/Gayatri-Wailissa,-Hijrah-ke-Jakarta-untuk-Memburu-Cita-Cita- diakses pada Sabtu, 25 Oktober 2014 , 07:36:00
http://www.jpnn.com/read/2014/10/25/265800/Gayatri-Wailissa,-Hijrah-ke-Jakarta-untuk-Memburu-Cita-Cita- diakses pada Sabtu, 25 Oktober 2014 , 07:36:00
http://id.wikipedia.org/wiki/Gayatri_Wailissa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar