Follow Us @literasi_smkn23jkt

Senin, 24 November 2014

Helen Keller – Wanita Tunanetra dan Tunarungu yang Hebat


Helen Keller
Oleh : Angga Ramadhani


Hadapilah masalah hidup dirimu dan akuilah keberadaannya, tetapi jangan biarkan dirimu di kuasainya. Biarkanlah dirimu menyadari adanya pendidikan situasi berupa kesabaran, kebahagiaan, dan pemahaman makna” –Helen Keller.

Lahir dari pasangan Kapten Arthur Henley Keller dan Kate Adam Keller, Helen Adam Keller (Hellen Keller) lahir di Tuscumbia, Amerika Serikat, pada tanggal 27 Juni 1880. Helen dilahirkan dengan keadaan tubuhnya normal.Sejak kecil sebenarnya Hellen sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa,ia mampu meniru segala sesuatu yang ia lihat dan ia dengar.Pada usia enam bulan ia sudah mulai berbicara.Namun perkembangannya yang menggembirakan itu mendadak terhenti ketika ia jatuh sakit pada usia 19 bulan. Sebuah penyakit yang mengubah hidupnya menggerogotinya. Saat itu Helen kecil harus bersiap menerima kenyataan bahwa ia harus menjadi anak yang berbeda dibanding dengan anak-anak lainnya. Ia divonis sakit “penyumbatan akut fungsi perut dan otak atau biasa disebut demam otak ” oleh dokter dan hidupnya tak akan lama lagi. Namun, vonis dokter tidak mempengaruhi keluarganya, yang tetap yakin bahwa putri mereka akan kembali sehat.
Hari-hari berlalu dan harapan kembali sehatnya Helen akhirnya terkabulkan. Tapi, sejak saat itu ada yang berbeda dengan Helen. Helen menjadi tak bisa merespon apa yang dikatakan dan diberikan oleh ibunya. Akibat penyakit itu, Helen menjadi buta dan tuli pada tahun 1882.Akibat ketuliannya Hellen memang telah kehilangan kemampuannya berbicara.
Sejak saat itu, Helen menjadi anak yang sangat liar. Ia selalu menghancurkan piring dan lampu-lampu di rumahnya. Tak jarang ia berteriak-teriak sendiri dan tingkahnya penuh dengan amarah. Para kerabat menganggapnya sebagai “monster”.
Beberapa tahun akhirnya terlewati dan Helen telah berusia tujuh tahun. Saat itu, perjalanan hidup Helen untuk menjadi Helen yang baru dimulai. Orang tua Helen yang telah putus asa, akhirnya mempercayakan Helen kepada Anna Sulivan yang menderita gangguan penglihatan  untuk menjadi guru pribadi dan mentor Helen di rumah.
Saat itu, Anne mengajarkan Helen untuk berkomunikasi dengan huruf braile. Bisa dibayangkan betapa beratnya ketika Anne mengajar Helen. Tapi itu semua terbayar ketika Helen sudah bisa mengenali benda-benda di sekitarnya seperti air, tanah, dan boneka, dan menuliskan benda-benda itu dalam huruf braile. Puncaknya terjadi pada tanggal 5 April 1887, Anne menuntun Helen ke pompa air. Anne memompa air ke salah satu tangan Helen sambil mengeja huruf braille air (water) di tangan Helen yang satu lagi. Seketika itu keajaiban terjadi, Helen mulai mengerti kata-kata yang diajarkan oleh Anne. Ia mulai menanyakan beberapa nama barang yang disentuhnya kepada Anne lewat bahasa isyarat, dan Helen  juga menanyakan nama untuk Anne. Anne pun menjawabnya dengan mengeja kata “guru” di atas tangan Helen.
Sejak saat itu, kemajuan Helen sangat mencengangkan. Kemampuan belajarnya maju pesat dan tak butuh waktu lama. Akhirnya Anne mengajar Helen untuk membaca. Dimulai dengan huruf timbul, lalu dengan braille, kemudian menulis dengan mesin tik biasa dan mesin tik braille. Saat itu, Anne juga mengajari Helen untuk berbicara lewat gerakan mulut. Helen juga belajar bahasa Perancis, Jerman, Yunani, dan Latin lewat braille.
Pada usia 11 tahun, Helen menerbitkan buku pertamanya “The King Frost” tahun 1891. Meski pun begitu, saat itu Helen harus menghadapi tuduhan bahwa buku pertamanya telah menjiplak buku “The Frost Fairies”, karya Margaret Canby. Namun, saat itu hasil dari sebuah penyelidikan mengatakan Helen mungkin saja mengalami kasus cryptomnesia, yaitu saat di mana cerita karya Margaret Canby tersebut pernah dibacakan untuknya tapi Helen lupa hal itu. Sedangkan ingatannya akan cerita itu tetap ada di alam bawah sadarnya.
Beberapa tahun setelah peristiwa itu, pada tahun 1900 Helen masuk ke sebuah perguruan tinggi. Radcliffe nama perguruan tinggi tersebut. Saat itulah, Anne menulis buku keduanya berjudul “The Story of My Life”, berisi tentang kehidupannya hingga berusia 21 tahun dan diterbitkan ketika usianya 22 tahun.  Hingga pada tahun 1904, Helen berhasil menyelesaikan pendidikannya di Radcliffe dengan predikat “Magna Cum Laude”.
Pada tahun 1908, Helen kembali menuliskan tentang perasaannya terhadap dunia yang berjudul “The World I Live in”. Kemudian pada tahun 1913, Helen menulis essai nya yang berjudul “Out of The Dark”, yang merupakan seni essai sosialisme. Dan pada tahun 1927 Helen menuliskan tentang kehidupan spiritualnya yang dituangkan dalam buku berjudul “My Religion” yang kemudian diterbitkan lagi dalam judul “Light in My Darkness”.
Semenjak terbitnya buku “Out of The Darkness”, Helen dan Anne mulai melakukan tur untuk berceramah. Dengan Anne yang berperan menjelaskan maksud Helen dalam berceramah, semua orang yang pernah mendengarkan ceramahnya termasuk salah satunya Ratu Inggris sangat terkesan dengan semangat dan ceramah-ceramah yang diberikan Helen. Dari ceramah-ceramah itulah ia berhasil mengumpulkan dana yang kemudian disumbangkan kepada orang-orang yang buta dan tuli.
Pada tahun 1921, kabar duka menghampiri Helen. Ibunya, Kate telah meninggal dunia akibat penyakit yang tidak diketahui. Tentu saja hal ini membuat Anne menjadi satu-satunya orang yang berada dalam hidup Helen. Tapi sayangnya di tahun yang sama Anne jatuh sakit, dan di tahun 1922 Anne didiagnosa menderita bronkitis akut yang membuatnya tidak bisa berbicara lebih dari berbisik, sehingga ia tidak bisa lagi bekerja dengan Helen di atas panggung. Pada waktu itulah, Polly Thomson mulai bekerja pada Helen dan Anne pada tahun 1914 sebagai sekretaris, mengambil peran menjelaskan apa yang dimaksud Helen kepada publik.
Pada tahun 1932, kondisi kesehatan Anne semakin memburuk. Hal ini semakin diperparah ketika mendengar mantan suaminya yang bernama John Mancy meninggal dunia. Akhirnya pada tanggal 20 Oktober 1936 Anne meninggalkan Helen dan Polly untuk selama-lamanya. Dan beberapa hari setelah Anne meninggal dunia, Hellen dan Polly pindah ke Arcan Ridge, di Westport, Connecticut, yang akhirnya menjadi rumah Helen hingga akhir hidupnya.
Ketika perang dunia II terjadi, sebuah serangan telah membuat rumah Helen dan Polly terbakar.  Meski pun rumah tersebut akan dibangun kembali, rasa sedih tetap menggerayangi Helen dan Polly. Pasalnya, kebakaran itu telah membumihanguskan buku yang ditulisnya tentang Anne Sulivan yang berjudul “Guru”.
Setelah Perang Dunia II, Helen dan Polly menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk melakukan perjalanan keliling dunia menggalang dana untuk yayasan tuna netra. Mereka mengunjungi Jepang, Australia, Amerika Utara, Eropa dan Afrika.
Namun pada saat itu juga, kesehatan Polly Thomson memburuk. Ia mengalami stroke ringan ketika berada di Jepang. Saat itu dokter telah memperingatkan Polly untuk berhenti mengikuti tur bersama Helen. Beberapa saat kemudan, ketika  keadaan Polly mulai membaik dan pulih kembali, mereka kembali mengadakan tur untuk terakhir kalinya.
Pada tahun 1953, sebuah film dokumenter “Tak Terkalahkan” dibuat yang mengisahkan kehidupan Helen, film ini memenangkan Academy Award sebagai film dokumenter terbaik. Bersamaan dengan momen itu, Helen mulai menulis lagi bukunya “Guru”, 7 tahun setelah buku aslinya musnah, hingga akhirnya buku ini diterbitkan pada tahun 1955.
Pada tahun 1957, “Pekerja Ajaib” pertama kali dimainkan. Sebuah drama yang memotret kesuksesan pertama Anne Sullivan berkomunikasi dengan Helen kecil. Drama ini adalah drama pertama tentang Anne dan Helen yang ditayangkan di televisi Amerika Serikat.
Masih di tahun yang sama, Polly Thomson kembali terkena stroke. Kali ini keadaannya tidak akan pernah bisa pulih seperti sedia kala lagi.
Pada tahun 1959 “Pekerja Ajaib” ditulis ulang untuk dipentaskan di Broadway dan berhasil mendapat sambutan hangat. Kesuksesannya berlangsung selama hampir 2 tahun.
Pada tanggal 21 Maret 1960, Polly Thompson meninggal dunia karena penyakit stroke nya. Kini Anne hanya tinggal berdua dengan perawat yang dulu dibawa oleh Polly Thomson untuk merawat Anne, yaitu Winnie Corbaly. Ia akhirnya marawat Anne hingga waktu terakhirnya.
Pada Oktober 1961 Helen mengalami serangan stroke. Hal itu membuatnya menarik diri dari publik.
Meski pun Helen telah pensiun dari segala aktivitasnya, tapi di tahun 1962 drama “Pekerja Ajaib” akhirnya diangkat ke dalam sebuah film. Film itu sangat sukses dan aktris-aktris yang memerankan Anne dan Helen, keduanya menerima penghargaan Oscar atas peran mereka.
Pada tahun 1964, Helen menerima medali kemerdekaan. Sebuah penghargaan tertinggi yang diberikan negara kepada penduduk sipil, diserahkan oleh Presiden Lyndon Johnson. Setahun kemudian, ia terpilih menjadi salah satu wanita yang diabadikan di Hall of Fame sebuah pameran dunia di New York.
Pada 1 Juni 1968 di Arcan Ridge, Helen Keller meninggal dunia, dengan damai dalam tidurnya. Jenazahnya dikremasi di Bridgeport, Connecticut dan guci abunya ditempatkan di Katedral Nasional di Washington bersebelahan dengan abu Anne Sullivan dan Polly Thomson.
Selama hidupnya ia (Helen Keller) mendapatkan banyak penghargaan. Beberapa penghargaan itu adalah Honorary University Degrees Women's Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, The Lions Humanitarian Award. Selama hidupnya pula ia menjadi salah satu tokoh yang membela hak asasi orang-orang cacat. Ia mendirikan dua yayasan amal untuk orang-orang buta dan tuli yaitu American Foundation for the Blind dan American Foundation for the Overseas Blind. Beberapa buku seperti The World I Live In dan The Story of My Life (diketik dengan huruf biasa dan Braille) menjadi literatur klasik di Amerika dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Selama hidupnya pula, ia berkeliling ke 39 negara untuk berbicara langsung dengan para presiden dan mengumpulkan dana untuk orang-orang buta dan tuli.
Beberapa puluh tahun setelah kematiannya, pada tahun 1999, Helen Keller terdaftar di buku “Orang Paling Dikagumi Di Abad Ke-20”. Pada tahun 2003, negara bagian Alabama menghormati Helen Keller dengan membubuhkan namanya pada kuartal negara. Dan ada sebuah rumah sakit bernama Helen Keller di Sheffield, Alabama yang didedikasikan kepadanya. Ada juga jalan bernama Helen Keller di Getafe, Spanyol, di Lod, Israel, Lisbon dan Portugal. Ada pula sebuah sekolahan untuk orang tuli dan sulit mendengar di Mysore, India, dinamai Helen Keller oleh pendirinya K.K. Srinivasan. Pada tanggal 7 Oktober 2009, sebuah patung perunggu Helen Keller didirikan di National Statuary Hall, Alabama. Patung ini menggantikan patung Yabez Lamar Monroe Curry, tokoh pembaharu pendidikan negara bagian Alabama dari tahun 1908. Patung ini menggambarkan Helen Keller pada usia 7 tahun, berdiri dekat sebuah pompa air di Capitol Visitor Center Amerika Serikat. Hal ini untuk mengenang saat ketika Helen mengerti kata pertamanya: AIR, yang dituliskan ke tangannya oleh gurunya Anne Sullivan. Pada kaki patung itu tertulis kutipan terkenal kata-kata Helen Keller berupa huruf timbul atau Braille: "Hal terbaik dan terindah di dunia tidak dapat dilihat atau bahkan disentuh, tetapi hanya bisa dirasakan dengan hati." (The best and most beautiful things in the world can not be seen or even touched, they must be felt with the heart) Patung ini adalah monumen pertama untuk seorang penyandang cacat dan persembahan untuk seorang anak buta tuli yang dipamerkan untuk umum di sebuah negara bagian di Amerika Serikat.


patung perunggu Helen Keller didirikan di National Statuary Hall, Alabama

Helen keller adalah salah satu tokoh yang membela hak asasi orang-orang cacat.Banyak penghargaan yang ia raih ,sosok wanita yang sabar dalam menjalani hidupnya ini patut dihormati dan ditiru sifat sifat nya yang luar biasa.
“Orang-orang harus tahu bahwa orang buta bukanlah orang yang idiot ataupun jenius, mereka sebenarnya memiliki pikiran dan tangan-tangan yang dapat dilatih, mereka mempunyai semangat besar untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan dan tugas orang-orang yang sempurna secara fisiklah yang dapat menolong mereka menjadikan yang terbaik sehingga mereka dapat menemukan cahaya” –Helen Keller.

“Mereka merampas apa yang seharusnya adalah mataku
(Tapi aku mengingat Milton’s paradise)
Mereka merampas apa yang seharusnya adalah telingaku
(Beethoven datang dan menghapus air mataku)
Mereka merampas apa yang seharusnya adalah lidahku
(Tapi aku dapat berbicara dengan Tuhan sejak aku masih muda)
Tuhan tidak akan membiarkan mereka merampas jiwaku.
Memilikinya, aku masih memiliki seluruhnya.” –Helen Keller

‘’Semangatnya akan terus berlanjut selama orang masih bisa membaca kisahnya,tentang seorang perempuan yang menunjukkan kepada dunia bahwa tak ada batasan untuk keberanian dan keyakinan’’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar