Helen Keller |
“Hadapilah masalah hidup dirimu dan
akuilah keberadaannya, tetapi jangan biarkan dirimu di kuasainya. Biarkanlah
dirimu menyadari adanya pendidikan situasi berupa kesabaran, kebahagiaan, dan
pemahaman makna” –Helen Keller.
Lahir dari pasangan Kapten
Arthur Henley Keller dan Kate Adam Keller, Helen Adam Keller (Hellen Keller) lahir di Tuscumbia, Amerika Serikat,
pada tanggal 27 Juni 1880. Helen dilahirkan dengan keadaan tubuhnya normal.Sejak
kecil sebenarnya Hellen sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa,ia mampu
meniru segala sesuatu yang ia lihat dan ia dengar.Pada usia enam bulan ia sudah
mulai berbicara.Namun perkembangannya yang menggembirakan itu mendadak terhenti
ketika ia jatuh sakit pada usia
19 bulan. Sebuah
penyakit yang mengubah hidupnya menggerogotinya. Saat itu Helen kecil harus
bersiap menerima kenyataan bahwa ia harus menjadi anak yang berbeda dibanding
dengan anak-anak lainnya. Ia divonis sakit “penyumbatan akut fungsi perut dan
otak atau biasa disebut demam otak ” oleh dokter dan hidupnya tak akan lama lagi.
Namun, vonis dokter tidak mempengaruhi keluarganya, yang tetap yakin bahwa
putri mereka akan kembali sehat.
Hari-hari berlalu dan
harapan kembali sehatnya Helen akhirnya terkabulkan. Tapi, sejak saat itu ada
yang berbeda dengan Helen. Helen menjadi tak bisa merespon apa yang dikatakan
dan diberikan oleh ibunya. Akibat penyakit itu, Helen menjadi buta dan tuli pada tahun 1882.Akibat ketuliannya Hellen memang telah
kehilangan kemampuannya berbicara.
Sejak saat itu, Helen
menjadi anak yang sangat liar. Ia selalu menghancurkan piring dan lampu-lampu
di rumahnya. Tak jarang ia berteriak-teriak sendiri dan tingkahnya penuh dengan
amarah. Para kerabat menganggapnya sebagai “monster”.
Beberapa tahun akhirnya
terlewati dan Helen telah berusia tujuh tahun. Saat itu, perjalanan hidup Helen
untuk menjadi Helen yang baru dimulai. Orang tua Helen yang telah putus asa,
akhirnya mempercayakan Helen kepada Anna Sulivan yang menderita gangguan
penglihatan untuk menjadi guru pribadi
dan mentor Helen di rumah.
Saat itu, Anne
mengajarkan Helen untuk berkomunikasi dengan huruf braile. Bisa dibayangkan
betapa beratnya ketika Anne mengajar Helen. Tapi itu semua terbayar ketika
Helen sudah bisa mengenali benda-benda di sekitarnya seperti air, tanah, dan
boneka, dan menuliskan benda-benda itu dalam huruf braile. Puncaknya terjadi
pada tanggal 5 April 1887, Anne menuntun Helen ke pompa air. Anne memompa air
ke salah satu tangan Helen sambil mengeja huruf braille air (water) di tangan
Helen yang satu lagi. Seketika itu keajaiban terjadi, Helen mulai mengerti
kata-kata yang diajarkan oleh Anne. Ia mulai menanyakan beberapa nama barang
yang disentuhnya kepada Anne lewat bahasa isyarat, dan Helen juga menanyakan nama untuk Anne. Anne pun
menjawabnya dengan mengeja kata “guru” di atas tangan Helen.
Sejak saat itu, kemajuan
Helen sangat mencengangkan. Kemampuan belajarnya maju pesat dan tak butuh waktu lama. Akhirnya Anne mengajar Helen untuk
membaca. Dimulai dengan
huruf timbul, lalu dengan braille, kemudian menulis dengan
mesin tik biasa dan mesin tik braille. Saat itu, Anne juga mengajari Helen
untuk berbicara lewat gerakan mulut. Helen juga belajar bahasa Perancis,
Jerman, Yunani, dan Latin lewat braille.
Pada usia 11 tahun,
Helen menerbitkan buku pertamanya “The
King Frost” tahun 1891. Meski pun begitu, saat itu Helen harus menghadapi
tuduhan bahwa buku pertamanya telah menjiplak buku “The Frost Fairies”, karya Margaret Canby. Namun, saat itu hasil
dari sebuah penyelidikan mengatakan Helen mungkin saja mengalami kasus cryptomnesia, yaitu saat di mana cerita
karya Margaret Canby tersebut pernah dibacakan untuknya tapi Helen lupa hal
itu. Sedangkan ingatannya akan cerita itu tetap ada di alam bawah sadarnya.
Beberapa tahun setelah
peristiwa itu, pada tahun 1900 Helen masuk ke sebuah perguruan tinggi.
Radcliffe nama perguruan tinggi tersebut. Saat itulah, Anne menulis buku
keduanya berjudul “The Story of My Life”,
berisi tentang kehidupannya hingga berusia 21 tahun dan diterbitkan ketika
usianya 22 tahun. Hingga pada tahun
1904, Helen berhasil menyelesaikan pendidikannya di Radcliffe dengan predikat “Magna Cum Laude”.
Pada tahun 1908, Helen
kembali menuliskan tentang perasaannya terhadap dunia yang berjudul “The World I Live in”. Kemudian pada tahun 1913, Helen menulis
essai nya yang berjudul “Out of The Dark”,
yang merupakan seni essai sosialisme. Dan pada tahun 1927 Helen menuliskan
tentang kehidupan spiritualnya yang dituangkan dalam buku berjudul “My Religion” yang kemudian diterbitkan
lagi dalam judul “Light in My Darkness”.
Semenjak terbitnya buku “Out of The Darkness”, Helen dan Anne
mulai melakukan tur untuk berceramah. Dengan Anne yang berperan menjelaskan
maksud Helen dalam berceramah, semua orang yang pernah mendengarkan ceramahnya
termasuk salah satunya Ratu Inggris sangat terkesan dengan semangat dan
ceramah-ceramah yang diberikan Helen. Dari ceramah-ceramah itulah ia berhasil
mengumpulkan dana yang kemudian disumbangkan kepada orang-orang yang buta dan
tuli.
Pada tahun 1921, kabar
duka menghampiri Helen. Ibunya, Kate telah meninggal dunia akibat penyakit yang
tidak diketahui. Tentu saja hal ini membuat Anne menjadi satu-satunya orang
yang berada dalam hidup Helen. Tapi sayangnya di tahun yang sama Anne jatuh
sakit, dan di tahun 1922 Anne didiagnosa menderita bronkitis akut yang
membuatnya tidak bisa berbicara lebih dari berbisik, sehingga ia tidak bisa
lagi bekerja dengan Helen di atas panggung. Pada waktu itulah, Polly Thomson mulai
bekerja pada Helen dan Anne pada
tahun 1914 sebagai sekretaris, mengambil peran menjelaskan apa yang
dimaksud Helen kepada publik.
Pada tahun 1932, kondisi
kesehatan Anne semakin memburuk. Hal ini semakin diperparah ketika mendengar
mantan suaminya yang bernama John Mancy meninggal dunia. Akhirnya pada tanggal
20 Oktober 1936 Anne meninggalkan Helen dan Polly untuk selama-lamanya. Dan
beberapa hari setelah Anne meninggal dunia, Hellen dan Polly pindah ke Arcan
Ridge, di Westport, Connecticut, yang akhirnya menjadi rumah Helen hingga akhir hidupnya.
Ketika perang dunia II
terjadi, sebuah serangan telah membuat rumah Helen dan Polly terbakar. Meski pun rumah tersebut akan dibangun
kembali, rasa sedih tetap menggerayangi Helen dan Polly. Pasalnya, kebakaran
itu telah membumihanguskan buku yang ditulisnya tentang Anne Sulivan yang berjudul
“Guru”.
Setelah Perang Dunia II, Helen dan Polly menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk melakukan perjalanan keliling
dunia menggalang dana untuk yayasan tuna netra. Mereka mengunjungi Jepang,
Australia, Amerika Utara, Eropa dan Afrika.
Namun pada saat itu
juga, kesehatan Polly Thomson memburuk. Ia mengalami stroke ringan ketika
berada di Jepang. Saat itu dokter telah memperingatkan Polly untuk berhenti
mengikuti tur bersama Helen. Beberapa saat kemudan, ketika keadaan Polly mulai membaik dan pulih kembali,
mereka kembali mengadakan tur untuk terakhir kalinya.
Pada tahun 1953,
sebuah film dokumenter “Tak Terkalahkan” dibuat yang mengisahkan kehidupan
Helen, film ini memenangkan Academy Award sebagai film dokumenter terbaik. Bersamaan dengan momen itu, Helen
mulai menulis lagi
bukunya “Guru”, 7 tahun
setelah buku aslinya musnah, hingga
akhirnya buku ini diterbitkan pada tahun 1955.
Pada tahun 1957,
“Pekerja Ajaib” pertama kali dimainkan. Sebuah drama yang
memotret kesuksesan pertama Anne Sullivan berkomunikasi dengan Helen kecil. Drama ini adalah drama pertama tentang Anne dan Helen yang
ditayangkan di televisi Amerika Serikat.
Masih di tahun yang
sama, Polly Thomson kembali terkena stroke. Kali ini keadaannya tidak akan
pernah bisa pulih seperti sedia kala lagi.
Pada tahun 1959 “Pekerja
Ajaib” ditulis ulang untuk dipentaskan di Broadway dan berhasil mendapat sambutan hangat.
Kesuksesannya berlangsung selama hampir 2 tahun.
Pada tanggal 21 Maret
1960, Polly Thompson meninggal dunia karena penyakit stroke nya. Kini Anne
hanya tinggal berdua dengan perawat yang dulu dibawa oleh Polly Thomson untuk
merawat Anne, yaitu Winnie Corbaly. Ia akhirnya marawat Anne hingga waktu
terakhirnya.
Pada Oktober 1961 Helen mengalami serangan stroke. Hal itu membuatnya menarik diri dari
publik.
Meski pun Helen telah
pensiun dari segala aktivitasnya, tapi di tahun 1962 drama “Pekerja Ajaib” akhirnya
diangkat ke dalam sebuah film.
Film itu sangat sukses dan aktris-aktris yang memerankan Anne dan Helen,
keduanya menerima penghargaan Oscar
atas peran mereka.
Pada tahun 1964, Helen
menerima medali kemerdekaan. Sebuah penghargaan tertinggi yang diberikan
negara kepada penduduk sipil, diserahkan oleh Presiden Lyndon Johnson. Setahun
kemudian, ia terpilih
menjadi salah satu wanita yang diabadikan di Hall of Fame sebuah pameran dunia
di New York.
Pada 1 Juni 1968 di Arcan Ridge, Helen Keller meninggal dunia, dengan
damai dalam tidurnya. Jenazahnya dikremasi di Bridgeport, Connecticut dan guci
abunya ditempatkan di Katedral Nasional di Washington bersebelahan dengan abu
Anne Sullivan dan Polly Thomson.
Selama hidupnya ia
(Helen Keller) mendapatkan banyak penghargaan. Beberapa penghargaan itu adalah Honorary
University Degrees Women's Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, The
Lions Humanitarian Award.
Selama hidupnya pula ia menjadi salah satu tokoh yang membela hak asasi
orang-orang cacat. Ia mendirikan dua yayasan amal untuk orang-orang buta dan
tuli yaitu American Foundation for the Blind dan American Foundation for
the Overseas Blind. Beberapa
buku seperti The World I Live In dan The Story of My Life (diketik
dengan huruf biasa dan Braille) menjadi literatur klasik di Amerika dan
diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Selama hidupnya pula, ia berkeliling ke 39 negara untuk
berbicara langsung
dengan para presiden dan
mengumpulkan dana untuk orang-orang buta dan tuli.
Beberapa puluh tahun
setelah kematiannya, pada tahun 1999, Helen Keller terdaftar di buku
“Orang Paling Dikagumi Di Abad Ke-20”. Pada tahun 2003, negara bagian Alabama menghormati Helen Keller
dengan membubuhkan namanya pada kuartal negara. Dan ada sebuah rumah sakit
bernama Helen Keller di Sheffield,
Alabama yang didedikasikan kepadanya. Ada juga jalan bernama Helen Keller di Getafe, Spanyol, di Lod, Israel, Lisbon dan Portugal. Ada pula sebuah sekolahan untuk orang tuli
dan sulit mendengar di Mysore,
India, dinamai Helen Keller oleh pendirinya K.K. Srinivasan. Pada tanggal 7 Oktober 2009, sebuah patung
perunggu Helen Keller didirikan di National
Statuary Hall, Alabama. Patung ini menggantikan patung Yabez Lamar Monroe Curry, tokoh
pembaharu pendidikan negara bagian Alabama dari tahun 1908. Patung ini
menggambarkan Helen Keller pada usia 7 tahun, berdiri dekat sebuah pompa air di
Capitol Visitor Center Amerika
Serikat. Hal ini untuk mengenang saat ketika Helen mengerti kata pertamanya: AIR, yang dituliskan ke tangannya oleh
gurunya Anne Sullivan. Pada
kaki patung itu tertulis kutipan terkenal kata-kata Helen Keller berupa huruf
timbul atau Braille: "Hal
terbaik dan terindah di dunia tidak dapat dilihat atau bahkan disentuh, tetapi
hanya bisa dirasakan dengan hati." (The best and most beautiful things
in the world can not be seen or even touched, they must be felt with the heart)
Patung ini adalah monumen pertama untuk seorang penyandang cacat dan
persembahan untuk seorang anak buta tuli yang dipamerkan untuk umum di sebuah
negara bagian di Amerika Serikat.
Helen keller adalah
salah satu tokoh yang membela hak asasi orang-orang cacat.Banyak
penghargaan yang ia raih ,sosok wanita yang sabar dalam menjalani hidupnya ini
patut dihormati dan ditiru sifat sifat nya yang luar biasa.
“Orang-orang harus tahu bahwa orang buta bukanlah orang yang idiot
ataupun jenius, mereka sebenarnya memiliki pikiran dan tangan-tangan yang dapat
dilatih, mereka mempunyai semangat besar untuk mewujudkan apa yang mereka
inginkan dan tugas orang-orang yang sempurna secara fisiklah yang dapat
menolong mereka menjadikan yang terbaik sehingga mereka dapat menemukan cahaya”
–Helen Keller.
“Mereka merampas apa yang seharusnya adalah mataku
(Tapi aku mengingat Milton’s paradise)
Mereka merampas apa yang seharusnya adalah telingaku
(Beethoven datang dan menghapus air mataku)
Mereka merampas apa yang seharusnya adalah lidahku
(Tapi aku dapat berbicara dengan Tuhan sejak aku masih muda)
Tuhan tidak akan membiarkan mereka merampas jiwaku.
Memilikinya, aku masih memiliki seluruhnya.” –Helen Keller
‘’Semangatnya akan
terus berlanjut selama orang masih bisa membaca kisahnya,tentang seorang
perempuan yang menunjukkan kepada dunia bahwa tak ada batasan untuk keberanian
dan keyakinan’’
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar