Wempy
Dyocta Koto lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat, pada tanggal 14 oktober
1976. Wempy lahir di Indonesia, namun ia dibesarkan di Australia. Bungsu di
antara tiga bersaudara tersebut menempuh pendidikan dari SD hingga kuliah di
Sydney, Australia. Sejak sekolah Wempy dikenal sebagai murid yang pintar dan
berprestasi. Saat umurnya tiga tahun bersama keluarga besar, Wempy begitu dia
dipanggil pindah ke Australia lama. Lama tinggal disana, orang tua Wempy tetap
mengenalkan tanah kelahirannya. Bahkan saat libur sekolah, laki-laki penyuka
water sport ini pun diutus untuk menginjakkan kakin di kampong halamannya,
Padang Panjang. Ia pun senang mempelajari bahasa Indonesia dan budaya di sana,
walau saat ini bahasa ibu yang ia gunakan tak selancar bahasa asing milik
Negara lain tempat ia tumbuh.
Karier pendidikannya setelah lulus dari
Vauduse High School Sydney, Wempy memperoleh Governur Arthur Philip Award dari
pemerintah Australia karena meraih peringkat pertama diberbagai disiplin ilmu
di sekolah tersebut. Wempy melanjutkan kuliah di University of Technology
Sydney dengan mengambil jurusan komunikasi. Belum lulus, dia sudah menyambi
jadi analisis pasar di American Express. Begitu lulus dia mendapatkan beasiswa
program Magister of International Studies dari fakultas Ekonomi University of
Sydney.
Wempy tinggal dan bekerja diberbagai
kota dunia, seperti Singapura, Hongkong, London, San Fransisco, New York, dan
lain-lain. Ia bekerja sebagai seorang konsultan manajemen yang bearktivitas
secara global. Ia sukses memimpin beberapa tim
untuk meluncurkan produk dan layanan global untuk American Express,
Sony, Nokia, Citigroup, Samsung, SAP, LG Electronics, Palm, Lenovo, BP,
Microsoft, dan berbagai merek Internasional lainnya. Wempy kembali ke Indonesia
untuk mengabdikan diri demi kemajuan dunia bisnis di Indonesia.
Pada tahun 2013, Wempy memperoleh
penghargaan Asia Pasific, Entreprenuership Award dengan predikat Most Promising
Entreprenuer. Sedangkan ditingkat dunia, ia satu-satunya CEO asal Indonesia
yang berada dalam daftar The World's 120th Most Social CEO, yang
berisi nama-nama besar, seperti Oprah Winfrey, Richard Branson, Rupert Murdoch,
Warren Buffet, Tony Fernandes, Marissa
Mayer serta Donald Trump dan lain-lain. Wempy Dyocta Koto menjadi Chairman De
Tanjung, Chairman Think Woman, Chairman Voila, Advisor Kalibrr Technology
Ventures, Host of "The Insipiration Sessions: London Edition", CEO
Wardour and Oxford. Pengalaman sebelumnya adalah sebagai Global Director HMX
Media (2008-2010), Business Director Crayon(2007-2008), Regional Acount dan
Director Young dan Rubicam Brands (2002-2007). Wempy Dyocta Koto memiliki
keahlian dan reputasi Internasional dalam bidang DIgital Marketing,
Advertising, Strategic Partnership, Global Business Development, International
Expansion, Intregrated Marketing, Online Advertising, hingga Mobile Marketing.
Wempy Dyocta Koto sangat mencintai
tanah air tempat dimana ia berasal, sehingga memiliki keinginan kuat untuk
berkarya bagi bangsa dan negaranya. Wempy adalah pemuda yang selalu dijuluki
James Bond Indonesia karena selalu tampil dengan karakter hampir sama, tetapi
dengan aktor yang berbeda. Wempy menanamkan sikap percaya kepada diri sendiri,
percaya kepada kemampuan, serta percaya akan masa depannya.
Salah satu tokoh yang mendunia
inilah sangat memberikan motivasi yang kuat kepada semua orang. Sikap cinta
tanah airnya yang membuat masyarakat Indonesia bangga kepadanya. Beliau adalah
pemuda yang sangat sukses berbisnis. Wempy adalah seorang CEO Wardour dan
Oxford walaupun ia seorang profesional dan pengusaha Indonesia, tetapi sifat
yang rendah hati membuat ia semakin percaya diri.
Salah satu prestasinya adalah
membawa salah satu merek makanan cemilan Indonesia dengan merek keripik pedas
Maicih ke luar negeri dengan merubah merek makanan tersebut menjadi Spicy
Granny. Ini merupakan salah satu strategi pemasaran yang dirancang agar produk
ini semakin mendunia dengan merubah sesuatu yang dinilai penting.
Diadaptasi dari website:
Diakses pada: 24 November 2014 11:28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar