Oleh : Fitri Nuraeni
India Open
Taufik Hidayat, yang akrab
dipanggil Opik, lahir di Bandung pada 10 Agustus 1981. Dia anak kedua dari tiga
bersaudara pasangan H. Aries Haris dan Hj. Enok Dartilah. Ayahnya seorang
pebisnis sayuran yang cukup dikenal di Pangalengan. Masa kecilnya ia cenderung
malas melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar karena lingkungan rumahnya
yang hangat. Dia menikah dengan seorang putri dari Agum Gumelar dan Linda Amalia
Sari yang bernama Ami Gumelar pada 2 Februari 2006, mereka telah dikaruniai
seorang putri bernama Natarina Alika Hidayat (3 Agustus 2007) dan seorang putra
yang bernama Nayutama Prawira Hidayat (11 Juni 2010).
Opik pernah mengenyam
pendidikan di SD Pangalengan I, SMP Pasundan I, SMP Taman Siswa, dan SMA Taman
Siswa. Sejak kelas III SD, Opik mulai masuk klub Sangkuriang Graha Sarana (SGS)
di Jalan Soekarno Hatta, Bandung. Tak heran jika di awal-awal masuk klub SGS
Opik kedapatan mengantuk di dalam kelas, beberapa teguran juga kerap dilontarkan
oleh gurunya. Untunglah hal itu tidak berlangsung lama, Opik segera
menyesuaikan diri dengan kegiatannya dan bisa mengejar ketinggalannya.
Seperti kebanyakan anak-anak
lainnya, Opik lebih menyukai sepak bola. Namun, ayahnya menyarankan untuk
meraih prestasi dibidang bulu tangkis. kebetulan kedua orang tuanya menggemari
olahraga ini. Maka, di usia tujuh tahun, Opik sering kali diajak orang tuanya
bermain bulu tangkis di lingkungan rumahnya, seperti di GOR Pamor, Pangalengan.
Sejak itulah Opik mulai menyukai bulu tangkis.
Pada bulan November, Opik
direkrut masuk ke Pelatnas Cipayung dan ditangani oleh pelatih Mulyo Handoyono.
Tahun-tahun pertama di Cipayung, dia merasa tidak nyaman karena sering di
plonco seniornya. Cara penanganan Mulyo terhadap Opik begitu tepat, akhirnya
Opik memutuskan untuk bertahan. Gelar pertama yang ia raih setelah masuk
Pelatnas adalah Kampiun di Kejuaraan Asia Junior tahun 1997, dia juga
memenangkan turnamen Jerman Terbuka Junior.
Selain di Pelatnas, opik
juga memetik gelar pertamanya di kancah Seri Grand Prix IBF setelah menjuarai
turnamen Brunei Darussalam Terbuka. Di tahun 1999 dia juga memenangi gelar
Indonesia Terbuka. Sedangkan di tahun 2002 dia memenangi gelar Taiwan Terbuka,
Asia Games XIV, dan Indonesia Terbuka. Turnamen Indonesia Terbuka ternyata
memiliki daya tarik tersendiri untuknya karena ia memiliki ambisi besar untuk
mengejar rekor Ardy B. Wiranata yang telah enam kali menjadi juara.
Taufik juga tidak luput dari
cerita pahit dalam kariernya karena kalah dan tersingkir merupakan kosa kata
yang akrab bagi dirinya. Dalam usia 17 tahun, ia sukses masuk final turnamen
bergengsi All England. Meskipun gagal meraih juara, penampilan Opik yang
dingin, tenang, dan nyaris tanpa ekspresi mengundang decak kagum. Dia pemain
termuda sepanjang sejarah 100 tahun penyelenggaraan All England yang mampu
bertanding di partai puncak.
Taufik memutuskan untuk
mengundurkan diri dari Pelatnas Cipayung pada bulan Oktober 2001, sebulan
berikutnya ia memutuskan untuk memperkuat Singapura. Namun, Opik kembali ke
Pelatnas atas kesepakatan dengan pihak PBSI di Jakarta, Senin 11 Maret 2002
untuk persiapan ke Piala Thomas dan diikutkan dalam pertandingan Korea Terbuka
dan Jepang Terbuka.
Memang tak sedikit yang
menganggap bahwa usai mengumumkan pensiun, dirinya akan langsung berhenti dari
dunia bulu tangkis. Padahal maksudnya yaitu ia masih akan aktif bermain sebagai
pebulutangkis profesional hingga tahun 2013. Pada Indonesia Open 2013 ia
canangkan sebagai turnamen terakhirnya sebagai atlet. “Saya belum gantung
raket, masih ada 10 turnamen terakhir. Resmi gantung raket setelah Indonesia
Open 2013.” Tulisnya pada akun twitter pribadinya tersebut.
Setelah pensiun nanti, Opik
mengaku akan mencoba fokus untuk membina atlet-atlet muda berbakat di tempat pelatihan
yang ia dirikan di Ciracas, yaitu Taufik Hidayat Arena. Tujuannya mendirikan
tempat pelatihan itu tidak lain untuk mencari bibit-bibit muda berbakat.
Nantinya, ia juga akan mempersiapkan 20% dari daya tamping tempatnya untuk
dikhususkan bagi atlet yang kurang mampu. “Siapapun boleh berlatih disana,
untuk yang punya talenta justru akan saya bantu. Saya akan biayai, mulai dari
biaya hidup, makan, dan juga biaya sekolah.” Jelasnya.
Taufik juga memiliki banyak
penghargaan dari tahun ke tahun sebagai berikut:
Ø 1998 : Juara Brunei Open
Ø 1999 : Juara Indonesia Open dan SEA Games
Ø 2000 : Juara Indonesia Open, Malaysia Open, dan Kejuaraan Asia
Ø 2001 : Juara Singapore Open
Ø 2002 : Juara Indonesia Open, Taiwan Open, dan Asian Games
Ø 2003 : Juara Indonesia Open
Ø 2004 : Juara Indonesia Open, Kejuaraan Asia, dan Olimpiade Athena
Ø 2005 : Juara Singapore Open dan Kejuaraan Dunia
Ø 2006 : Juara Indonesia Open dan Asian Games
Ø 2007 : Juara Kejuaraan Asia dan SEA Games
Ø 2008 : Juara Macau open
Ø 2009 : Juara US Open dan India Open
Ø 2010 : Juara Canada Open, Indonesia GP Gold, French Open SS
Ø 2011 : Semi finalis VICTOR-BWF Super Series Finals, Runner Up PROTON MALAYSIA Open Super Series,
Semi finalis Victor Korea Open Super
Series Premier, Semi finalis Yonex-Sunrise India Open Super Series, Perempat final Indonesia Open Super Series Premier, Perempat final 2011 Yonex
OCBC US Open Grand Prix Gold,
Runner Up 2011 Yonex Canada Open, Semi final Bankaltim Indonesia Open GP Gold 2011, dan India Open Grand Prix
Gold 2011.
Ø 2012 : Semi final MAYBANK Malaysia Open Presented by PROTON, Perempat final Yonex All England Open Badminton
Campionships, Semi final Swiss,
Perempat final Yonex Australian open GP Gold, Perempat
final Yonex Sunrise India Open, Perempat final Yonex Open Japan 2012.
Taufik Hidayat memiliki
sifat pendiam, pemalu, dan emosional. Sudah sepantasnya ia dikenal banyak orang
di seluruh Negara terutama Indonesia. Perjuangannya dalam mengharumkan nama
bangsa dibidang bulu tangkis itu sangatlah berharga bagi Indonesia dan patut
dicontoh untuk para atlet muda penerus bangsa.
Diadaptasi dari :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar