Follow Us @literasi_smkn23jkt

Rabu, 08 April 2015

PENINDASAN (BULLYING)

                                                   Oleh: Septi Ratna Ningsih
                                                              


Penindasan (bahasa Inggris: Bullying) adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan. Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya penindasan dapat berkembang dimana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan 
Menurut Andrew Mellor (Univ. of Edinburgh, antibullying network), Bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain, dan ia takut bila perilaku buruk tersebut akan terjadi lagi, dan merasa tak berdaya untuk mencegahnya.
Bullying merupakan perilaku yang tak senonoh yang diarahkan kepada orang lain yang dianggap lebih lemah. Perilaku bullying dapat berwujud fisik, verbal dan psikologis.
Bullying yang berwujud fisik antara lain memukul, menjewer, mencubit, meninju, mendorong, menendang, menjitak, mendorong kepala, menarik alis mata, melempar penghapus, kapur, sapu dan buku, menjemur korban di panas atau hujan, menyuruh siswa lari, push up, merangkak, berdiri di depan kelas, mengompas/memalak, perpeloncoan/ospek, dll.
Bullying secara verbal antara lain menuduh atau menyalahkan, mengeritik dengan tajam dan menyakitkan, menjuluki, melecehkan, memfitnah dan menyebarkan gosip, membentak-bentak,mengecilkan, menghina,dan mendiamkan.
Secara psikologis, bullying adalah ekspresi muka merendahkan, kasar atau tidak sopan, mempermalukan di depan umum dan mengucilkan (tidak menghiraukan korban, tidak menganggap ada korban).



Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Bullying Di Sekolah

Pepler dan Craig (1988) mengidentifikasi beberapa faktor internal dan eksternal yang terkait dengan korban bullying. Secara internal, anak yang rentan menjadi korban bullying biasanya memiliki temperamen pencemas, cenderung tidak menyukai situasi sosial (social withdrawal), atau memiliki karakteristik fisik khusus pada dirinya yang tidak terdapat pada anak-anak lain, seperti warna rambut atau kulit yang berbeda atau kelainan fisik lainnya. Secara eksternal, ia juga pada umumnya berasal dari keluarga yang overprotektif, sedang mengalami masalah keluarga yang berat, dan berasal dari strata ekonomi/kelompok sosial yang terpinggirkan atau dipandang negatif oleh lingkungan.

Ada juga Hal-hal berikut ini bisa menjadi indikasi awal bahwa anak mungkin sedang mengalami bullying di sekolahnya:
Kesulitan untuk tidur.
Mengeluh sakit kepala atau perut
Tidak nafsu makan atau muntah-muntah
Takut pergi ke sekolah
Sering pergi ke UKS/ruang kesehatan
Menangis sebelum atau sesudah bersekolah
Tidak tertarik pada aktivitas sosial yang melibatkan murid lain
Sering mengeluh sakit sebelum berangkat sekolah
Sering mengeluh sakit pada gurunya dan ingin orangtua segera menjemput pulang

faktor faktor yang memengaruhi terjadinya bullying:

Hubungan keluarga
  
Anak akan meniru berbagai nilai dan perilaku anggota keluarga yang ia lihat sehari-hari sehingga menjadi nilai dan perilaku yang ia anut (hasil dari imitasi). Sehubungan dengan perilaku imitasi anak, jika anak dibesarkan dalam keluarga yang menoleransi kekerasan atau bullying, maka ia mempelajari bahwa bullying adalah suatu perilaku yang bisa diterima dalam membina suatu hubungan atau dalam mencapai apa yang diinginkannya (image), sehingga kemudian ia meniru (imitasi) perilaku bullying tersebut. Menurut Diena Haryana (sejiwa.or.id), karena faktor orang tua di rumah yang tipe suka memaki, membandingkan atau melakukan kekerasan fisik. Anak pun menganggap benar bahasa kekerasan.
Temansebaya
Salah satu faktor besar dari perilaku bullying pada remaja disebabkan oleh adanya teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif dengan cara menyebarkan ide (baik secara aktif maupun pasif) bahwa bullying bukanlah suatu masalah besar dan merupakan suatu hal yang wajar untuk dilakukan. Menurut Djuwita Ratna (2005) pada masanya, remaja memiliki keinginan untuk tidak lagi tergantung pada keluarganya dan mulai mencari dukungan dan rasa aman dari kelompok sebayanya. Jadi bullying terjadi karena adanya tuntutan konformitas.


Menghindari Penindasan (bullying)

1.   Orang tua harus membicarakan dengan anak-anak nya secara berkala untuk membantu mereka. Contohnya, jika pelaku memanggil anak “bodoh”, sang anak bisa menenangkan pelaku dengan mengatakan, “Bagus deh”, “Bagaimana dengan hal itu”, “Baiklah”, dan lainnya. Respon negative akan memadamkan situasi penindasan lebih lanjut oleh pelaku.
2.   Orang tua harus mengajarkan dan melakukan permainan peran dengan anak-anak secara khusus untuk melatih mereka mengasah kepercayaan diri yang tinggi. Jika anak bisa teriak ke pelaku penindasan bahwa dia tidak merasa terganggu dengan tindakan mereka, pelaku akan tahu bahwa anak tersebut justru merasa terganggu karena dia teriak.
3.    Orang tua tidak boleh mengajarkan anak-anak nya membalas secara fisik.
4.    Orang tua harus berhati-hati ketika mengajar anak-anak mereka untuk mengabaikan pengganggu.
5.    Orang tua harus berhati-hati ketika mengajar anak-anak mereka untuk terus melaporkan terjadinya bullying kepada orang dewasa.
6.    Orang tua harus mendorong anak mereka untuk berusaha mengatasi penindasan sendiri dengan keterampilan yang diajarkan di atas. Jika anak-anak tidak berhasil menyelesaikan masalah ini sendiri, mereka harus diajarkan untuk melaporkan. Jika anak-anak secara otomatis melaporkan penindasan tanpa mencoba untuk meredakan situasi mereka sendiri, mereka akan dianggap sebagai penggosip dan mendorong lebih banyak gertakan








         jenis-jenis Bullying yang perlu Anda ketahui:
1. Bullying fisik, yaitu jenis bullying yang melibatkan kontak fisik antara pelaku dan korban. Perilaku yang termasuk, antara lain: memukul, menendang, meludahi, mendorong, mencekik, melukai menggunakan benda, memaksa korban melakukan aktivitas fisik tertentu, menjambak, merusak benda milik korban, dll. Bullying fisik adalah jenis yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi dibandingkan bullying jenis lainnya.
2. Bullying verbal melibatkan bahasa verbal yang bertujuan menyakiti hati seseorang. Perilaku yang termasuk, antara lain: mengejek, memberi nama julukan yang tidak pantas, memfitnah, pernyataan seksual yang melecehkan, meneror, dll. Kasus bullying verbal termasuk jenis bullying yang sering terjadi dalam keseharian namun seringkali tidak disadari. Dampak dari bullying verbal sering tidak kelihatan tetapi dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban.
3. Bullying relasi sosial adalah jenis bullying bertujuan menolak dan memutus relasi sosial korban dengan orang lain, meliputi pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Contoh bullying sosial antara lain: menyebarkan rumor, mempermalukan seseorang di depan umum, menghasut untuk menjauhi seseorang, menertawakan, menghancurkan reputasi seseorang, menggunakan bahasa tubuh yang merendahkan, mengakhiri hubungan tanpa alasan, dll.
4. Bullying elektronik merupakan merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan melalui media elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS, dll. Perilaku yang termasuk antara lain menggunakan tulisan, gambar dan video yang bertujuan untuk mengintimidasi, menakuti, dan menyakiti korban. Contohnya Cyber Bullying yaitu Bullying lewat internet.
 
Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar