Oleh: Ricky Marthin
A. Akibat
Seks Bebas
1. Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari
satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat
pola prilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah ( Hurlock, 1998 ). Oleh
karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni
masalah psikis atau kewajiban yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan
sosial ( TP-KJM, 2002 )
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasnya usia
maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap
sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau
batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi
pada akhir usia belasan ( 15-18 tahun ) kini terjadi pada awal belasan bahkan
sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah ( atau
sedang ) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai
remaja dan sudah siap mengalami dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi
dunia nyata orang dewasa, meski disaat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi.
Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja
hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya
seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai
anak-anak tetapi di lain waktu mereka di tuntut untuk bersikap mandiri dan
dewasa.
Memang banyak perubahan pada diri seorang sebagai tanda keremajaan, namun
seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan
sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti,
konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan
pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memahami remaja,
maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut.
2. Penyimpangan Seks Pada Remaja
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah di perlukan agar
mereka tidak “ Kuper “ dan “ Jomblo “ yang biasanya jadi anak mama. “ Banyak
teman maka banyak pengetahuan”. Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa
yang kita inginkan. Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau
dengan pornografi, dan tentu saja ada yang bersikap terpuji agar kita tidak
terjerumus ke pergaulan bebas yang menyesatkan.
Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia
yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan
sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja
dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam
berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks.
Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipun mengalami
perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan organ
reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan
jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non elektronik akan
sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut.
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal
kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi
pada remaja diluar pernikahan. Apalagi apabila kehamilan tersebut terjadi pada
usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari
dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan
pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponnya dengan
sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah.
Kedua yaitu dari lingkungan dimana siswi tersebut tinggal, lingkungan akan
cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut tinggal. Hal tersebut
terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita.
Kehamilan remaja adalah issu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah.
Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagai individu
dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di
masyarakat serta membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya
tidak sepenuhnya di mengerti. Beberapa sebab kehamilan termasuk rendahnya
pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya yang menempatkan harga
diri remaja dilingkungannya, perasaan remaja akan ketidakamanan atau
impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat untuk
mendapatkan kebebasan.
Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga sangat menggelisahkan
berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja
yang mengidap HIV/AIDS.
3. Bagaimana Remaja Bersikap
Hubungan seks di luar pernikahan menunjukan tidak adanya rasa tanggung jawab
dan memunculkan rentetan persoalan baru yang menyebabkan gangguan fisik dan
psikologis manusia. Bahaya tindakan aborsi, menyebarnya penyakit menular
seksual, rusaknya institusi pernikahan, serta ketidak jelasan garis keturunan.
Kehidupan keluarga yang diwarnai nilai sekuleristik dan kebebasan hanya akan
merusak tatanan keluarga dan melahirkan generasi yang jauh dari sendi-sendi
agama.
Aktifitas seksual pada dasarnya adalah bagian dari naluri yang pemenuhannya
sangat dipengaruhi stimulus dari luar tubuh manusia dan alam berfikirnya.
Meminimalkan hal-hal yang merangsang, mengekang ledakan nafsu dan menguasainya.
Masa remaja memang sangat memperhatikan masalah seksual. Banyak remaja yang
menyukai bacaan porno, melihat film-film porno. Semakin bertambah jika mereka
berhadapan dengan rangsangan seks seperti suara, pembicaraan, tulisan, foto,
sentuhan, dan lainnya. Hal ini akan mendorong remaja terjebak dengan kegiatan
seks.
Perawatan organ reproduksi tidak identik dengan pemanfaatan tanpa kendali.
System organ reproduksi dalam pertumbuhannya sebagaimana organ lainnya.
Memerlukan masa tertentu yang berkesinambungan sehingga mencapai pertumbuhan
yang maksimal. Disinilah letak pentingnya pendampingan orang tua dan pendidik
untuk memberi pemahaman yang benar tentang pertumbuhan organ reproduksi.
Pemahaman remaja berkaitan dengan organ reproduskinya tentunya di tanamkan
sesuai dengan kadar kemampuan logika dan umur mereka. Dengan demikian remaja
tidak akan cemas ketika menghadapi haid pertama, melewati masa premenstrual
syndrome dengan aman.
Remaja dalam perkembangannya memerlukan lingkungan adaptip yang menciptakan
kondisi yang nyaman untuk bertanya dan membentuk karakter bertanggung jawab
terhadap dirinya. Ada kesan pada remaja, seks itu menyenangkan, puncak rasa
kecintaan, yang serba membahagiakan sehingga tidak perlu ditakutkan. Berkembang
pula opini seks adalah suatu yang menarik dan perlu di coba (sexpectation).
Terlebih lagi ketika remaja tumbuh dalam lingkungan mal-adaptif, akan mendorong
terciptanya perilaku amoral yang merusak masa depan remaja. Dampak pergaulan
bebas mengantarkan pada kegiatan menyimpang seperti seks bebas, tindak kriminal
termasuk aborsi, penggunaan narkoba, serta berkembangnya penyakit menular
sexual (PMS).
4. Dampak Seks Bebas Terhadap Kesehatan Fisik dan Psikologis Remaja.
Pengetahuan remaja mengenai dampak seks bebas masih sangat rendah. Yang paling
menonjol dari kegiatan seks bebas ini adalah meningkatnya jumlah kehamilan yang
tidak diinginkan. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia
dimana 20 persennya dilakukan remaja. Di Amerika, 1 dari 2 pernikahan berujung
pada penceraian, 1 dari 2 anak hasil perzinahan, 75% gadis mengandung di luar
nikah, setiap hari terjadi 1,5 juta hubungan seks dengan pelacuran. Di Inggris
3 dari 4 anak hasil perzinahan, 1 dari 3 kehamilan berakhir dengan aborsi, dan
sejak tahun 1996 penyakit syphillis meningkat hingga 486%. Di Perancis,
penyakit gonorhoe meningkat 170% dalam jangka waktu satu tahun. Di negara
liberal, pelacuran, homoseksual/lesbian, incest, orgy, bistiability, merupakan
hal yang lumrah bahkan menjadi industri yang menghasilkan keuntungan ratusan juta
US dolar dan disyahkan oleh undang-undang.
Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan komplikasi pengguguran
(aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan aborsi dilakukan oleh tenaga
ahlipun masih menyisakan dampak yang membahayakan terhadap keselamatan jiwa
ibu. Apalagi jika dilakukan oleh tenaga tidak professional (unsafe abortion).
Secara fisik tindakan aborsi ini memberikan dampak jangka pendek secara
langsung berupa pendarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai kematian.
Dampak jangka panjang berupa mengganggu Seks bebas pun bukan satu hal dengan
mudah dapat ditinggalkan karena perlu usaha dan niat yang sangat keras untuk
meninggalkan aktivitas yang dianggap paling mudah mendapatkan uang yang sangat
dibutuhkannya.
Istilah seksualitas mempunyai arti yang sangat luas. Di antaranya adalah
dimensi biologis, psikologis, sosial, perilaku, dan kultural. Dilihat dari sisi
biologis, seksualitas berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin.
Termasuk didalamnya adalah bagaimana menjaga kesehatan, memfungsikan dengan
optimal secara biologis, baik sebagai alat reproduksi, alat rekreasi, dan
dorongan seksual.
Satu lagi yang penting bagaimana supaya remaja dapat keluar dari belenggu gaya
pergaulan yang salah adalah dengan dukungan keluarga untuk memantau
perkembangan remajanya dan menjadi sahabat serta tempat yang bisa dijadikan
sebagai kebutuhan segala hal.
5. Dampak Perilaku Seks Bebas Bagi Kesehatan Remaja
Sudah menjadi maklum, remaja memang sosok yang sangat menarik untuk
diperbincangkan. Kenapa? Remaja masa pencarian jadi diri yang mendorongnya
mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, ingin tampil menonjol, dan di akui
eksistensinya. Namun disisi lain remaja mengalami ketidakstabilan emosi
sehingga mudah dipengaruhi teman dan mengutamakan solidaritas kelompok. Diusia
remaja, akibat pengaruh hormonal, juga mengalami perubahan fisik yang cepat dan
mendadak. Perubahan ini di tunjukan dari perkembangan organ seksual menuju
perkembangan organ seksual menuju kesempurnaan fungsi serta tumbuhnya organ
genetalia sekunder. Hal ini menjadikan remaja sangat dekat dengan permasalahan
seputar seksual. Namun terbatasnya bekal yang dimiliki menjadikan remaja memang
masih memerlukan perhatian dan pengarahan.
Ketidakpekaan orang tua dan pendidik terhadap kondisi remaja menyebabkan remaja
sering terjatuh pada kegiatan tuna sosial. Ditambah lagi keengganan dan
kecanggungan remaja untuk bertanya pada orang yang tepat semakin menguatkan
alasan kenapa remaja sering bersikap tidak tepat terhadap organ reproduksinya.
Data menunjukan dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat informasi seputar
seks dari teman, 35% dan film porno, dan hanya 5% dari orang tua. Membantu
orang tua mereka, tetap punya prinsip untuk tidak melakukan seks pranikah.
Mereka tahu bahwa mereka akan berkata “TIDAK” dan belajar menghargai diri
mereka sendiri.
6. Ketika Seks Menjadi Simbol Remaja
Perhatikan remaja saat ini. Tanyalah pendapat mereka mengenai seks. Pasti
remaja tidak akan malu lagi untuk membicarakannya. Perbincangan seks sering dibicarakan
para remaja dengan remaja lainnya. Pembicaraan seks bukanlah lagi hal tabu
untuk mereka.
B. Bahaya
Aborsi
1. Pengertian Aborsi
Gugur
kandungan atau aborsi (bahasa
Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum
usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin
lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka
istilahnya adalah kelahiran prematur.
Satu fragmen di Borobudur (bagian Karmawibhangga)
menunjukkan adegan aborsi
- Faktor janin: dimana terjadi gangguan pertumbuhan pada zigot, embrio atau plasenta.
- Faktor maternal (Faktor Ibu): terjadi infeksi (virus, bakteri) pada awal trimester 1 dan 2.
- Faktor eksternal: dapat disebabkan oleh radiasi obat – obatan dan bahan kimia.
Aborsi memiliki risiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan
seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan
aborsi “ tidak melakukan apa-apa dan langsung boleh pulang “ ini adalah
informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang
sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.
Ada 2 macam risiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi :
1. Risiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
2. Risiko gangguan psikologis
Risiko kesehatan dan keselamatan fisik.
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko
yang akan di hadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “ Facts
of Life “ yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu :
1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4. Rahim yang sobek (uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya.
6. Kanker payudara (karena ketidak seimbangan hormon estrogen pada wanita)
7. Kanker idung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Disease)
12. Infeksi pada lapisan rahim (Endrometriosis)
Risiko kesehatan mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki risiko tinggi dari segi
kesehatan dan keselamatan seseorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dengan dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome”
(Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini di catat dalam
“Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The
Post-Abortion Review (1994)
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal
seperti berikut ini :
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Diluar hal-hal tersebut di atas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi
perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
3. Alasan Melakukan Aborsi
Disamping itu
Pratiwi (2004) mengemukakan alasan-alasan yang mendorong aborsi, antara lain
kekhawatiran akan gagalnya studi yang sedang dijalani, ketidaksiapan menghadapi
kemungkinan-kemungkinan perubahan hidup, ketidaksiapan ekonomi di kemudian
hari, ketidaksiapan membina rumah tangga, perasaan malu kepada lingkungan
sekitar. Berikut ini disebutkan beberapa faktor yang mendorong pelaku dalam
melakukan tindakan abortus provocatusmenurut Ekotama, yaitu:
- Kehamilan sebagai akibat hubungan kelamin di luar perkawinan.
- Minimnya pengetahuan tentang reproduksi dan kontrasepsi maupun hilangnya jati diri akibat terlalu berhaluan bebas seperti negara-negara barat tanpa dasar yang kuat (sekedar tiru-tiru saja).
- Hamil di luar nikah yang merupakan suatu aib bagi wanita yang bersangkutan, keluarganya maupun masyarakat pada umumnya.
- Akibat adanya tekanan psikis yang diderita wanita hamil maupun keluarganya,membuat mereka mengambil jalan pintas untuk menghilangkan sumber/penyebab aib tadi, yakni dengan cara menggugurkan kandungan.
- Alasan anak sudah cukup banyak
- Alasan belum mampu punya anak
- Kehamilan akibat perkosaan. Pada kasus seperti ini, selain trauma pada perkosaan itu sendiri, korban perkosaan juga mengalami trauma terhadap kehamilan yang tidak diinginkan.
4. Jenis
obat-obatan yang dipakai untuk menginduksi abortus antara lain:
a.
Emmenagogum: obat untuk melancarkan haid
Cara kerja:
Indirect Congesti + engorgement mucosa ↓ Bleeding ↓ Kontraksi Uterus ↓ Foetus
dikeluarkan
Direct:
Bekerja langsung pada uterus/saraf motorik uterus.
Misal: Aloe,
Cantharides (racun irritant), Caulopylin, Borax, Apiol, Potassium permanganate,
Santonin, Senega, Mangan dioksida, dll.
b.
Purgativa/Emetica: obat-obatan yang menimbulkan kontraksi GI tract
Misal:
Colocynth:
Aloe
Castor oil:
Magnesim sulfate, Sodium sulfate.
c. Ecbolica:
menimbulkan kontraksi uterus secara langsung.
Misal: Apiol,
Ergot, Ergometrine, Extract secale, Extract pituatary, Pituitrine, Exytocin.
d. Garam dari
logam: biasanya sebelum mengganggu kehamilannya sudah membahayakan
keselamatan
ibu. Dengan tujuan menimbulkan tonik kontraksi pada uterus.
Misal:
Arsenicum, HgCl, Potassium bichromate, Ferro sulfate, ferri chlorida
5. Upaya Penanggulangan Aborsi
Guna mencegah
maraknya kasus kehamilan di kalangan siswa hingga aborsi, yakni dengan
mngembalikan mindset siswa pada kebudayaan sendiri, serta memberikan pendidikan
kesehatan reproduksi bagi mereka.
“Meningkatnya
angka kehamilan diluar nikah hingga kasus aborsi di kalangan siswa, menuntut
adanya upaya pencegahan. Langkah preventif untuk menciptakan pergaulan
muda-mudi yang sesuai dengan akar budaya kita sebagai manusia yang beradab dan
agama, yakni dengan mengembalikan mereka pada budaya bangsa kita,” ujar Ketua
Forum Pembimbing Psikolog Cabang Bantul, Catur Budiyanti.
Selain nilai
budaya bangsa, hal lain untuk mencegah maraknya aborsi, yakni dengan memberikan
pendidikan tentang kesehatan reproduksi.
“Kami sepakat
untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi bagi siswa. Bagaimanapun,
siswa harus tahu tentang bahaya apabila mereka melakukan pergaulan bebas,
apalagi aborsi.Pendidikan Kespro merupakan sesuatu yang mendesak, harus segera
dilaksanakan,” tegasnya.
KESIMPULAN
Aborsi pada
hakekatnya adalah suatu perbuatan yang menantang hak keistimewaan manusia
sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang mulia.
Pada alasan
apapun, aborsi tidak bisa dibenarkan. Hal ini karena aborsi adalah suatu
pembunuhan berencana. Oleh sebab itu baik pemerintah, agama maupun masyarakat
menolak adanya aborsi hanya saja ada oknum-oknum tertentu yang melakukannya
dengan diam-diam.
Pada intinya
aborsi dilakukan karena tekanan. Baik itu tekan psikologis, maupun tekanan
biologis. Tekan psikologis adalah dimana seseorang tertekan karena takut
kehamilannya diketahui oleh orang lain; takut tidak diterima oleh masyarakat;
takut harga dirinya tercoreng; mengikuti permintaan sang kekasih karena
terancam ditinggalkan. Sedangkan tekanan biologis adalah dimana aborsi
dilakukan karena kelahiran mengancam keselamatan sang ibu; adanya penyakit yang
diderita oleh sang ibu yang dalam hal ini bisa memicu terjadinya aborsi
(contohnya kanker kandungan, tumor dll)
REFLEKSI
Dari kasus
ini, kita bisa belajar bahwa aborsi bukanlah jalan terbaik bagi seorang wanita
untuk keluar dari masalah yang menimpahnya. Aborsi adalah suatu penderitaan
yang berarti bagi seorang yang pernah melakukannya. Penderitaan yang dialami
oleh wanita yang pernah melakukan aborsi mencakup penderitaan secara fisik,
psikis, rohani, dan sosial. Sebab seorang wanita yang akan melakukan aborsi
akan merasa bersalah yang tak habis-habisnya yang akan terus menerus melingkupi
kehidupannya dalam kesehariannya. Oleh sebab itu jagalah diri dengan baik,
janganlah terlalu percaya dengan orang (laki-laki) yang hanya ingin mengambil
keuntungan dari hawa nafsu yang serakah itu. Karena sesungguhnya bukti cinta
bukan pada ciuman atau tidur bersama, melainkan pada bagaimana pasangan
tersebut mau saling menerima dan saling menunjukan kesetiaan untuk saling
percaya.
Daftar Pusaka:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar