Oleh : Ridwan Annur Muiz
Gizi Buruk menurut Almatsier (2009), adalah keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Yang dibedakan antara
status gizi buruk, kurang, baik dan lebih. Status gizi baik atau optimal
terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara
efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin, jika keadaan
sebaliknya terjadi gizi kurang.
Akibat gizi buruk pada balita dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Pada tingkat kecerdasan karena tumbuh kembang
otak 80% terjadi pada masa dalam kandungan sampai usia 2 tahun. Pada anak yang
pendek (stunted) mempunyai rata-rata score Intelligence
Quotient (IQ)11 poin (UNICEF, 1998), kemudian di perkirakan Indonesia
kehilangan 220 juta IQ poin dan menurunkan produktivitas
20-30%. Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya
kasus gizi buruk.
Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk,
yaitu :
- Kurangnya
asupan gizi dari makanan.
- Hal
ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau
makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena
alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu:
- Keluarga miskin.
- Ketidaktahuan orang
tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak.
- Faktor penyakit bawaan
pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran
pernapasan dan diare.
Akibat terjadinya penyakit yang
mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi
organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap
zat-zat makanan secara baik.
Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk
yaitu:
- Faktor ketersediaan
pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat.
- Perilaku dan
budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak.
- Pengelolaan
yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.
Indikasi Gizi Buruk :
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa
dijumpai pada anak adalah berupa kondisi badan yang tampak
kurus.
Tipe gizi buruk terbagi menjadi tiga tipe
yaitu Kwasiorkor, Marasmus dan Marasmic :
- Marasmus
adalah bentuk malnutrisi di mana jumlah protein dan kalori yang dikonsumsi
tidak mencukupi kebutuhan tubuh, sehingga terjadi defisit energi dalam
tubuh. Marasmus dapat menyebabkan hilangnya jaringan lemak, otot, dan
jaringan lain dalam tubuh . Malnutrisi terjadi ketika tubuh Anda tidak
mendapatkan cukup protein dan karbohidrat. Marasmus merupakan salah satu
bentuk yang paling serius dari malnutrisi protein-energi (PEM) yang
terjadi di dunia Marasmus paling sering terjadi pada anak-anak di negara
berkembang, seperti Afrika, Amerika selatan, dan Asia Selatan, di mana
kemiskinan, persediaan makanan yang tidak memadai dan air yang
terkontaminasi lazim terjadi. Air yang terkontaminasi dapat mengandung
bakteri atau parasit lain, yang akan masuk ke tubuh kita ketika kita
meminumnya. Marasmus sering dijumpai pada anak berusia 0 - 2 tahun.
Gejala marasmus dapat berkisar antara ringan hingga berat
tergantung pada tingkat malnutrisinya. Semua orang sangat mungkin untuk
menderita marasmus harian atau hanya sekali-sekali. Ketika marasmus
menjadi parah, maka akan muncul beberapa hal berikut:
- Diare kronis atau persisten
- Muntah berkepanjangan
- Perut buncit
PENGOBATAN
Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah
penting yaitu:
- Atasi/cegah hipoglikemia.
- Atasi/cegah hipotermia.
- Atasi/cegah dehidrasi
- Koreksi gangguan keseimbangan
elektrolit
- Obati/cegah infeksi
- Mulai pemberian makanan
- Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch
up growth”)
- Koreksi defisiensi nutrien
mikro
- Lakukan stimulasi sensorik dan
dukungan emosi/mental
- Siapkan dan rencanakan tindak
lanjut setelah sembuh.
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada
anak :
- Memberikan ASI
eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan.
Setelah itu, anak mulai dikenalkan
dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai
dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
- Anak diberikan makanan yangbervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamindanmineralnya.
Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10%dari
total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12%
dan sisanya karbohidrat.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar