Oleh : Merry Angellita
Tak
luput dari realitas bahwa semakin hari, faktanya semakin banyak keluarga yang
mengalami broken home. Beberapa kasus diantaranya mungkin disebabkan perbedaan
prinsip hidup, dan diantara lainnya bisa disebabkan oleh masalah-masalah
pengaturan keluarga.Broken home sebenarnya merupakan realitas yang cukup
berimplikasi negatif bagi perkembangan kepribadian yang sehat, meskipun kita
mengakui peranan lingkungan dalam perkembangan individu. Akan tetapi, faktor
broken home nampaknya memainkan peranan cukup signifikan dalam beberapa
penelitian.
Istilah
“Broken Home” biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang tidak
harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun dan sejahtera akibat
sering terjadi konflik yang menyebabkan pada pertengkaran yang bahkan dapat
berujung pada perceraian. Hal iniakan berdampak besar terhadap suasana rumah
yang tidak lagi kondusif, orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya
sehingga berdampak pada perkembangan anak khususnya anak remaja. Orang tua
adalah panutan dan teladan bagi perkembangan remaja terutama pada perkembangan
psikis dan emosi, orang tua adalah pembentukan karakter yang terdekat. Jika
remaja diharapkan pada kondisi “broken home” dimana orang tua mereka tidak lagi
menjadi panutan bagi dirinya maka akan berdampak besar pada perkembangan
dirinya. Broken Home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya
kasih sayang dari orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi
frustasi, brutal dan susah diatur.
Perceraian
menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai
oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah
goyah dan tidak mampu menompang keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis.
Dengan demikian hubungan suami istri antara suami istri tersebut makin lama
makin renggang, masing-masing atau salah satu membuat jarak sedemikian rupa
sehingga komunikasi terputus sama sekali. Hubungan itu menunjukan situas
keterasingan dan keterpisahan yang makin melebar dan menjauh ke dalam dunianya
sendiri. jadi ada pergeseran arti dan fungsi sehingga masing-masing merasa
serba asing tanpa ada rasa kebertautan yang intim lagi.
Adanya
Masalah Ekonomi Dalam suatu keluarga mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan rumah tangga. Istri banyak menuntut hal-hal diluar makan dan minum.
Padahal dengan penghasilan suami sebagai buruh lepas, hanya dapat memberikan
makan dan rumah petak tempat berlindung yang sewanya terjangkau. Karena suami
tidak sanggup memenuhi tuntutan istri dan anak-anaknya akan kebutuhan-kebutuhan
yang disebutkan tadi, maka timbullah pertengkaran suami-istri yang sering
menjurus kearah perceraian.
Dampak
keluarga Broken Home terhadap perkembangan sosial remaja adalah: Ø Perceraian
orang tua menyebabkan ketidakpercayaan diri terhadap kemampuan dan
kedudukannya, dia merasa rendah diri menjadi takut untuk keluar dan bergaul
dengan teman- teman. Anak sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan. Ø Anak yang dibesarkan
dikeluarga pincang, cenderung sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan,
kesulitan itu datang secara alamiah dari diri anak tersebut. Dampak bagi Ø remaja putri yang tidak
mempunyai ayah berperilaku dengan salah satu cara yang ekstrim terhadap
laki-laki, mereka sangat menarik diri pasif dan minder kemungkinan yang kedua
terlalu aktif, agresif dan genit.
Peristiwa
yang kita alami kita lihat dari sisi positifnya. Karena di balik semua masalah
pasti ada hikmah yang dapat kita petik. Jadikan itu semua sebagai proses
pembelajaran bagi kita sebagai remaja menuju tahap kedewasaan. Jauhkan segala
pikiran buruk yang bisa menjerumuskan kita ke jurang kehancuran, seperti
memakai narkoba, minum-minuman keras, malah sampai mencoba untuk bunuh diri. Tidak terjebak dengan situasi dan
menghakimi orangtua atau diri sendiri atas apa yang terjadi serta marah dengan
keadaan ini. Alangkah baiknya apabila kita bisa memulai untuk menerima itu
semua dan mencoba menjadi lebih baik. Keterpurukan bukanlah jalan keluar. Tetap
berusaha itu kuncinya.Tidak ada salahnya kita mencoba sesuatu yang baru, asal
bersifat positif dan dapat membentuk karakter positif di dalam diri kita.
Contohnya, mencoba hobi baru, seperti olahraga ekstrem (hiking, rafting,
skating atau olahraga alam) yang dapat membuat kita bisa lebih fresh (segar)
dan melupakan hal-hal yang buruk.
Diadaptasi dari:
m.kompasiana.com/post/read/589708/1/anak-broken-home-selalu-jadi-cibiran.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar