Disusun Oleh: Indah Sri
Hartati
Judul : Hujan
Penulis : Darwis Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Januari 2016
Tebal : 320 Halaman
Dimensi : 20 cm
ISBN : 978-602-03-2478-4
Harga : Rp. 57.800,00-
“Hidup ini memang tentang menunggu. menunggu kita untuk
menyadari, kapan kita akan berhenti menunggu.” (hlm. 228)
Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa
melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan
pernah bisa melupakan.” (Epilog, hlm. 318).
H
|
ujan merupakan novel yang menceritakan tentang kisah dua
tokoh utamanya yang bernama Lail dan Esok. Kedua tokoh ini dipertemukan pasca
terjadi bencana gunung meletus tahun 2042. Efek dari Gunung meletus ini teramat
dahsyat, disamping telah meluluhkan lantakkan sebagian besar isi bumi, bencana
alam ini hanya menyisakan 10% manusia di bumi dan juga mengacaukan iklim serta
cuaca bumi.
Tokoh laki-laki bernama Esok atau yang bernama lengkap
Soke Bahtera ini digambarkan sebagai anak muda yang jenius dan pintar. Pada
usia 16 tahun harus pindah ke ibukota melanjutkan sekolah dan berhasil
menciptakan mobil terbang yang pertama. Sementara tokoh wanita yang bernama
Lail memiliki karakter sebagai gadis sederhana yang hidup di panti sosial dan
akhirnya menjadi seorang relawan kemanusiaan dan bersekolah di sekolah perawat.
Lail
ternyata mempunyai perasaan lebih pada Esok. Perasaan ini ia pendam
bertahun-tahun lamanya, tanpa pernah bisa mengungkapkannya. Sedangkan Esok
tidak pernah punya waktu lebih untuk menghubungi atau menemani Lail karena
kesibukannya.
Mengambil
latar tahun 2042-2050, novel ini mengandung genre science-fiction yang ditambahkan
oleh kisah roman percintaan remaja. Didalamnya diceritakan tentang dunia di
masa depan dengan teknologi yang sangat canggih. Ilmu pengetahuan dan teknologi
sudah menggantikan peran manusia. Manusia sangat dimanja, dimana tak perlu lagi
memasak, menjahit baju, bepergian dengan sopir dan lain sebagainya. Namun
manusia tidak bisa meninggalkan kodratnya yang memiliki rasa cinta, benci,
rindu, sedih, senang dan sebagainya. Hal-hal Inilah yang menjadi konflik
jalannya cerita.
Cerita
dimulai dengan peristiwa kedatangan Lail ke Pusat Terapi Saraf untuk
memodifikasi ingatannya. Ketika ditanya apa yang ingin dilupakan, Lail menjawab
“aku
ingin melupakan hujan” . Ceritapun bergulir. Dengan dibantu oleh Elijah
seorang paramedis senior, Lail menceritakan seluruh kisah hidupnya sejak
peristiwa bencana alam tersebut hingga saat dia mendatangi pusat terapi saraf
tersebut.
Cerita kemudian bergulir dengan
sangat apik dan membuat ending yang sangat-sangat tidak mengecewakan.
~
“ ~
Materi
bahasa didalam novel ini cukup ringan dan mudah dipahami. Meski halamannya
cukup tebal Namun dalam novel ini segala sesuatunya terasa pas. Alurnya tidak
membosankan dan sudah sesuai dengan jalan cerita, tidak terasa dipanjangkan
atau dilambatkan. Bahkan di beberapa bagian ada yang dipercepat ceritanya.
Jalan ceritanya sendiri tidak bisa ditebak sama sekali.
Banyak
kejutan-kejutan yang terjadi dalam novel ini dan tidak pernah dibayangkan
sebelumnya. Misalnya adanya musim dingin berkepanjangan akibat efek gunung
meletus. Kemudian karena campur tangan manusia, musim dingin ini berubah
menjadi musim panas yang akhirnya menjadi malapetaka. Musim panas terjadi tanpa
tahu kapan berakhirnya. Hujan juga tidak lagi turun ke bumi. Hal-hal seperti
ini membuat imajinasi pembaca melambung tinggi.
Belum
lagi dengan kecanggihan teknologi yang bisa sistem transportasi tanpa supir,
alat komunikasi yang tertanam di tangan dan sebagainya. Semuanya terasa nyata
dan pasti bisa terjadi di masa depan.
Tidak
adanya daftar isi dan sinopsis di sampul belakang juga menjadi daya tarik
tersendiri dalam novel ini. Hal ini akan membuat para pembacanya penasaran dan
tidak ada pilihan lain selain terus membaca hingga akhir.
~ “ ~
Menurut
saya, tokoh Lail dalam novel ini karakternya kurang kuat. Dia hanya seorang
gadis lemah, cengeng dan tidak mempunyai inisiatif apa-apa. Keberhasilannya
dalam berbagai hal di dalam cerita karena ajakan dari temannya Maryam. Tanpa
Maryam, Lail tak akan bisa meraih apapun. Seharusnya sebagai tokoh utama, Tere
Liye menempatkan Lail sebagai inisiator bukan tokoh yang mengikuti apapun
kemauan temannya walaupun itu hasilnya baik juga.
Beberapa
bagian dalam novel ini menyatakan kalimat “secanggih-canggihnya
teknologi, tidak ada yang dapat menandingi kekuasaan Tuhan”. Hal
itu dipahami oleh semua orang di dalam cerita. Namun demikian entah kenapa Tere
Liye tidak menempatkan para tokoh di dalamnya untuk berdoa dan beribadah. Tidak
ada satupun bahasan agama didalam novel ini, semuanya hanya membicarakan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Mulai dari awal hingga akhir halaman, saya
bertanya-tanya kira-kira agama para tokoh ini apa ?, ini terasa janggal sekali
bagi saya.
Beberapa
kata yang salah juga saya temui dalam novel ini, yang paling terlihat dan bikin
kening berkerut adalah tentang tugas pertama Lail dan Maryam. Di halaman 120
tertulis “Jika kalian bersedia,
setelah menerima pin besok pagi, kalian akan ditugaskan segera di Sektor 3
selama liburan panjang”. Namun, dalam halaman 135 tertulis, “Pagi ini kami berangkat ke Sektor 4,
Penugasan pertama dari organisasi”. Sebenarnya Lail itu
ditugaskan di sektor 3 atau 4? Semoga cetakan selanjutnya ada jawaban dan
bisa diperbaiki.
~ “ ~
Terlepas dari beberapa kekurangan yang ada dalam novel ini, namun saya cukup puas setelah membacanya. Ada senyum yang terukir pasca membacanya. Efek dalam cerita novel hujan ini juga membekas hingga beberapa lama. Masih terbayang-bayang adegan-adegan yang terjadi dalam cerita dan membuat saya tidak bisa move on dalam beberapa hari. Yang pasti novel ini telah sukses membuat saya bermain imajinasi dunia masadepan.
Jika
direnungkan, ada banyak pelajaran tersirat dari cerita novel ini. Novel ini
sangat bagus dan sangat direkomendasikan untuk dibaca siapa saja. Saya sarankan
untuk kalian yang suka dengan cerita – cerita yang membuat kalian berimajinasi,
novel hujan sangat pas untuk kalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar