Disusun Oleh : Rorina Sabrina
Identitas Buku :
Judul Buku : The Blonde Lady
Penulis : Maurice LeBlanc
Penerbit
: Kawah Media
Tahun Terbit : 2011
Jumlah Halaman : 307
ISBN : 602-8066-97-4
Harga : Rp. 19.000
Maurice Leblanc adalah
seorang novelis Perancis dan penulis cerita pendek, yang dikenal terutama
sebagai pencipta gentleman thief dan Detektif Arsene Lupin, sering digambarkan
sebagai pasangan Prancisnya Arthur Conan Doyle's pencipta Sherlock Holmes.
The
Blonde Lady, menceritakan kisah pertarungan antara dua tokoh besar, yaitu si
pencuri yang lihai Arsene Lupin dengan detektif terkenal dari Inggris Holmlock
Shears tentu saja dibantu dengan sahabatnya Wilson. Ada tiga kasus yang saling
berkaitan dalam misteri kali ini. Yang pertama munculnya kedua pemilik kupon
lotere yang bernilai 1 juta franc, dengan no 514 seri 23. Yang satu seorang
Professor, dengan yang satu mengaku bernama Arsene Lupin, kedua – duanya
mengklaim sebagai pemilik sah kupon undian, sedangkan pemilik lotere asli
tersebut telah meninggal, dan menjual lotere bernomor 514 seri 23 kepada
seorang yang membeli lotere tersebut.
Kasus
ini berawal dari hilangnya sebuah meja mahoni tua yang dibeli Professor di toko
barang bekas, untuk hadiah ulang tahun anak gadisnya. Hilangnya meja mahoni tua
yang telah dicuri dari rumahnya beserta nomor lotere itu. Anak gadis Professor
secara tiba – tiba menghilang, dan beberapa orang melihat gadis itu pergi
bersama seseorang wanita berambut pirang. Arsene Lupin menawarkan untuk membagi
hadiah lotere tersebut sama besar, sebagai gantinya Professor dapat mendapatkan
anak gadisnya kembali. Polisi Prancis dikerahkan untuk memasang perangkat bagi
Arsene Lupin, namun seperti kedatangannya tak terduga, Arsene Lupin dapat
menghilang dengan tiba – tiba.
Kasus
kedua muncul ketika terjadi pembunuhan di rumah Baron, saat sih pelayan
menemukan majikannya tak bernyawa kamar sang baron terlihat berantakan, namun
tak satu pun ada barang berharga yang hilang. Termasuk 13 cek masing – masing
bernilai 1.000 franch, dan sebuah cincin berlian kuno berwarna biru. Pelayan
meminta bantuan polisi untuk melihat jenazah baron, sesampainya di kamar sang
baron kembali rapi seperti sedia kala. Satu kejanggalan muncul kemudian,
seorang perawat baron yang berambut pirang hilang.
Kasus
ketiga adalah pencurian cincin berlian kuno berwarna biru warisan dari sang
baron, yang sebelumnya telah dilelang dan dimenangkan oleh seorang Countess.
Setelah digelarnya perjamuan makan malam di kediaman sang Countess cincin
berlian kuno hilang tidak ditemukan di antara koleksi perhiasan. Padahal malam
sebelumnya masih melingkar di jarinya dan hanya terlepas saat Countess
memainkan piano. Polisi mencurigai seorang kansellir yang berada bersama
Countess saat bermain piano. Polisi Prancis mengeledah rumah dan barang –
barang sih kansellir, dan sebuah cincin berlian kuno terdapat di sebuah botol
bekas sabun. Baik konsellir dan Countess beradu argumen. Polisi Prancis
mencurigai seorang teman wanita berambut pirang yang berprofesi sebagai makelar
perhiasan berlian. Sehari setelah berita kehilangan cincin berlian biru
tersebut, wanita tersebut tidak ditemukan keberadaannya.
Ada
seorang wanita berambut pirang dalam ketiga kasus tersebut yang selalu
menghilang tanpa jejak. Kepolisian Prancis mencurigan keterlibatan Arsene Lupin
dalam ketiga kasus tersebut dan menduga bahwa wanita berambut pirang tersebut
adalah asistennya. Seorang dektetif dari Inggris diundang untuk memecahkan
kasus sulit, dan menantang si pencuri ulung Arsene Lupin, dalam waktu sepuluh
hari untuk menangkapnya.
Kelebihan
dari novel The Blonde Lady adalah dari segi cerita, sebenarnya lumayan seru.
Seru karena Shearss selalu gagal menangkap Arsene Lupin. Lupin ini seperti
belut, sangat licin, setiap kali hendak dikepung dia selalu lolos.
Kekurangan
dari novel The Blonde Lady adalah keseruan cerita dari novel ini sangat kurang,
karena penerjamahannya yang aneh. Ada beberapa kalimat yang tidak tepat, entah
kesalahan dari penerjamah atau di penyuntingan, hal ini cukup menganggu
kenikmatan pembaca, sehingga para pembaca lama menyelesaikan buku ini.
Inti
dari cerita ini sebenarnya bukan memecahkan siapa pelaku kejahatan, karena
sudah jelas – jelas itu pekerjaan Lupin. Yang perlu dilakukan Homlock Sheares,
sebagai detektif hebat dari London menunjukkan bukti – bukti bahwa semua itu
perkejaan Lupin. Sepanjang membaca buku ini pembaca merasa gregetan dengan
Lupin yang selalu berhasil mengelabui orang – orang. Gerakannya juga cepat,
seolah tidak mau didahului oleh Sheares. Untuk sekedar memenuhi rasa penasaran
buku ini cukup lumayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar