Disusun Oleh :
Nama : Desi Purnamasari
Kelas : XI Akuntansi 2
Judul Novel :
Bidadari Bidadari Surga
Pengarang :
Tere Liye
Penerbit
: Republika
Tahun Terbit :2008
Tempat Terbit :
Jakarta
Jumlah halaman :
363 Halaman
Cerita novel ini menceritakan
tentang perjuangan seorang Gadis bernama Laisa yang merupakan Kakak tertua
dalam keluarganya ia memiliki 4 orang adik yang pertama bernama Dalimunthe, kedua
Ikanuri, ketiga Wibisna dan yang terakhir Yashinta. Laisa bukanlah kakak
kandung ataupun anak kandung dari mamak Lainuri, Laisa merupakan anak tiri dari
Mamak Lainuri.
Laisa rela berkorban memutuskan
untuk tidak bersekolah karena Ayah Tirinya meninggal dunia oleh ulah harimau
dihutan, ia harus menjadi tulang punggung keluarga, Laisa dan keluarganya
tinggal dilembah Lahambay.
Laisa merupakan gadis yang
digambarkan buruk rupa tidak seperti keempat saudaranya yang cantik dan tampan,
namun ia memiliki hati yang amat mulia rela berkorban demi menyekolahkan ke
empat adiknya, Laisa merupakan seorang petani jagung namun pada suatu hari ia
mendengar percakapan mahasiswa kedokteran yang sedang KKN seusai mengobati
Yashinta yang sakit, bahwa desanya ini sangat bagus suhu dan iklimnya untuk
menanam stroberi, akhirnya Laisa mengajak mamak Lainuri dan ke empat adiknya
untuk melakukan terobosan menanam buah stroberi dikampungnya, akhirnya semua
perjuangannya berbuah hasil, Laisa berhasil menjadi pengusaha stroberi yang
sukses hingga bisa menjadikan adik-adiknya lulus kuliah menjadi orang-orang
yang hebat bahkan Dalimunthe berhasil menjadi profesor.
Seiring berjalannya waktu adik-adik
Laisa bertumbuh dewasa dan menemukan jodohnya masing-masing, hal ini berbanding
terbailk dengan Laisa yang hingga saat ini sulit mendapatkan jodoh, namun
merekan segan untuk melangkahi kak Lais untuk menikah. Namun kak Lais
menasihati mereka untuk menikah saja. Hingga suatu waktu kak Laisa ternyata
menderita kanker paru-paru dan ia menyembunyikan dari keempat adiknya hanya Mak
Lainuri saja yang mengetahuinya, ketika semua adiknya tidak berada dirumah,
penyakit Laisa bertambah parah hingga akhirnya mak Lainuri mengirimkan pesan ke
empat adiknya agar segera pulang, dan akhirnya saat mereka semua berkumpul dan
Kak Laisa pun meninggal dunia dengan senyum, dalam novel ini meyakinka bahwa
kak Laisa menjadi bidadari surga seperti epilog dalam novel ini
“Wahai, wanita-wanita yang hingga
usia tiga puluh, empat puluh, atau lebih dari itu, tapi belum juga menikah
(mungkin karena keterbatasan fisik, kesempatan, atau tidak pernah “terpilih” di
dunia yang amat keterlaluan mencintai materi dan tampilan wajah). Yakinilah,
wanita-wanita salehah sendiri, namun tetap mengisi hidupnya dengan indah berbagi,
berbuat baik, dan bersyukur, kelak di hari akhir sungguh akan menjadi
bidadari-bidadari surga. Dan kabar baik itu pastilah benar, bidadari surga
parasnya cantik luar biasa.”
Buku ini sangat menyentuh dan
inspiratif, ceritanya sangat menarik. Ceritanya diulas dengan sangat rinci dan
seolah pembaca merasakan apa yang diceritakan oleh penulis. Alur cerita dan
bahasa yang digunakan cukup sederhana sehingga mudah untuk
dipahami. Bahasa kiasan yang digunakan sangat indah. Novel ini
disusun dengan balutan dialog-dialog yang cukup berhasil membuat emosi para
pembacanya menyelami perasaan tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Kita juga
dapat mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya tentang takdir Tuhan, bahwa
hidup, jodoh, rezeki, dan mati adalah sepenuhnya milik Allah. Manusia hanya
bisa berusaha semampunya dan berdo’a, tapi keputusan akhir tetap di tangan
Allah.
Gaya bahasa dalam Novel ini agak
memusingkan, misalnya untuk peletakan cara memanggil karakter kunci yang kadang
dipanggil Kak, kadang dipanggil Wak, di beberapa tempat agak
berantakan. Novel ini yang terasa sedikit janggal adalah mengenai sudut
pandang penulis. Terdapat kerancuan pada penempatan posisi penulis dalam cerita
ini terkadang tidak ada korelasi dengan jalan cerita.
Berdasarkan kekurangan yang telah
dikemukakan sebaiknya gaya bahasanya lebih konsisten terhadap panggilan Laisa,
dan penulis sebaiknya lebih bisa menempatkan diri untuk penyampaian hubungan
penulis dengan laisa dapat disampaikan pada latar belakang bukan didalam alur
cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar