Disusun oleh: Ardiya Virgiyani
IDENTITAS BUKU
Judul buku: Secangkir Kopi dan Pencakar Langit
Penulis: Aqessa Aninda
Editor: Pradita Seti Rahayu
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
ISBN: 978-602-02-8759-1
Cetakan pertama, 13 Juni 2016
352 halaman
SINOPSIS
Satrya nggak munafik, first impression seorang laki-laki terhadap perempuan pasti tampilan fisik dulu sebelum inner beauty. Namun teori itu terbantahkan ketika Satrya tanpa sengaja meminta bantuan Athaya, seorang IT system analyst yang begitu passionate dengan profesinya, dan juga dijaga habis-habisan sama cowok-cowok IT yang pada sayang sama 'dedek' mereka ini. Satrya bisa memilih cewek cantik mana saja untuk didekati—penampilan Satrya memang mampu bikin cewek-cewek melirik sekilas kepadanya. Tapi, ia memilih Athaya. Sedangkan Athaya diam-diam sudah lama memendam rasa pada Ghilman. Masalahnya... Ghilman sudah punya pacar.
Di tengah-tengah business district nomor satunya Jakarta, kopi, rokok, meeting, report, after office hour, cowok-cowok rapi dengan kemeja slim fit, kaki jenjang cewek-cewek dengan heels tujuh sentimeter, ada sepotong kisah cinta segitiga antara Athaya, Satrya, dan Ghilman. Siapakah yang akan Athaya pilih? Satrya yang menarik dan fun atau Ghilman yang baik hati serta gesture-nya yang selalu bikin jantung Athaya deg-degan? Benarkan dicintai rasanya lebih menyenangkan daripada mencintai?
Memiliki perasaan pada orang yang sudah punya pacar itu mengganggu sekali, itu yang dirasakan Athaya, dia hanya bisa mengagumi Ghilman tanpa bisa langsung mengungkapkan perasaan, selalu berusaha disetiap kesempatan berada di dekat Ghilman, entah itu di pantry kantor, waktu makan siang, jam pulang kantor, di lift, sampai jadwal sholat pun Athaya hapal. Sedikit kemungkinan Ghilman akan melirik Athaya karena hubungannya dengan si pacar, Divanda, yang seorang penyiar radio, sudah sangat lama, Athaya tidak ingin muluk-muluk, bisa melihat Ghilman setiap hari di kantor sudah bahagia walau hanya bisa menatap punggungnya. Ghilman sendiri sadar akan kehadiran Athaya, tapi dia sudah sangat serius dengan pacarnya, bahkan dia sudah bersiap untuk melangkah lebih jauh lagi, yaitu menikah.
Satrya sangat penasaran dengan Athaya, seorang IT system analyst di kantor tempat dia bekerja, satu-satunya cewek di kandang buaya, sering kali dibicarakan serta digodain teman-teman cowoknya tapi semua rayuan gombal tersebut mental, tidak berhasil. Athaya sangat berdedikasi pada pekerjaanya, dia sudah terbiasa dengan banyolan rekan kerja bahkan dia sudah dianggap seperti adik sendiri. Pribadi Athaya sangat menarik, dia asik diajak ngobrol, sangat apa adanya, dan bagi Satrya dia sangat mirip dengan Alisha, sahabat yang dulu dia diam-diam sukai tapi sekarang sudah menjadi milik orang lain. Karena merasa nyaman dan senang ngobrol dengan Athaya, Satrya pun berusaha mendekati dan mendapatkan hatinya, tapi usaha Satrya tidak semudah itu, ada seseorang yang sama-sama tertarik dengan Athaya, terlebih Athaya masih memendam perasaan pada orang lain.
But people are just... people. Mereka suka berkomentar tanpa melihat kedua sisi.
"Kalau boleh memilih, lebih enak dicintailah daripada mencintai. Because it's easier to fall in love when someone love you. Tapi, kamu kan kadang tidak bisa memilih siapa yang akan kamu cintai dan siapa yang akan mencintai kamu."
Bahwa dalam hidup itu selalu ada pilihan, seperti sebuah potongan program yang harus diberi validasi if-else agar jelas arah tujuannya. Atau try-catch, selalu ada pilihan untuk mengantisipasi terjadinya error yang tidak jelas alias ketidakpastian dalam hidup.
Membaca seperti wadah untuk menumpahkan segala perasaan. Seolah ada orang lain yang mengerti dirinya.
Hubungan itu bukan judi, yang kita bisa coba, siapa tahu beruntung. Hubungan juga bukan merger dua korporasi yang harus saling menguntungkan.
Sesuatu yang dipaksakan tidak akan berbuah hal yang baik. Sesuatu yang instan tidak akan terasa luar biasa.
Cerita Secangkir Kopi dan Pencakar Langit ini sebenarnya sangat sederhana, tentang cinta
segitiga, tentang pilihan dicintai atau mencintai, tapi Aqessa Aninda membuat karya debutnya ini dengan sangat menarik sekali, waktu baca rasanya nggak habis-habis, ada saja yang jadi obrolan para tokohnya dan sama sekali tidak membosankan, malah saya tidak ingin berakhir. Ini kali pertama saya baca lini CityLite dari Elexmedia, hampir mirip dengan Metropop di mana kisahnya bersetting di kota metropolitan hanya saja saya melihat kadar dunia kerja cukup ditonjolkan di sini. Jadi buku ini pun bisa masuk ke genre Office Romance karena kisah cinta di dunia kerja beserta perintilannya cukup detail dijelaskan, khususnya tentang dunia kerja yang berhubungan dengan IT (Information and Technology). Memang sedikit membingungkan bagi saya yang buta tentang server, database, jaringan komputer, dsb, tapi penulis tidak pelit memberikan penjelasan singkat tentang hal tersebut kok, apalagi tentang profesi para tokoh utamanya.
Kalau ditanya buku tentang kisah cinta segitiga apa yang recommended maka saya akan menyodorkan buku ini, penulis sangat apik dalam meramu tema tersebut. Kadang kelemahan yang sering kali dilupakan penulis tentang kisah cinta segitiga adalah dia sangat pilih kasih dengan salah satu tokoh alias di akhir akan ketahuan bersama dengan siapa, padahal tantangan terbesar adalah membuat semua tokoh berperan penting, memiliki porsi yang sama, jalan cerita yang akan menentukan siapa dengan siapa, sehingga pembaca pun juga penasaran dengan endingnya. Aqessa melakukan hal tersebut, sepanjang membaca saya sangat penasaran siapa akhirnya yang akan bersama Athaya, apakah dengan Satrya si quality assurance atau dengan Ghilman si business analyst.
Chemistry dan perasaan mereka juga tergambarkan dengan baik, bagaimana Athaya yang diam-diam menyukai Ghilman, Satrya yang sering memberikan kode ke Athaya tapi gadis tersebut tidak menyadari maksudnya, sampai perasaan Ghilman yang sebenarnya memiliki perasaan yang sama dengan Athaya tapi karena komitmen yang telah dia buat dia menekan perasaan tersebut. Athaya digambarkan seorang cewek yang biasa saja tapi menarik dan cerdas, dia bisa terlibat dalam obrolan apa saja dan bisa tenggelam dalam banyolan teman-temannya alias bisa mengikuti. Satrya digambarkan cowok yang tampan dan mudah mendapatkan pacar, banyak teman-teman Athaya naksir pada Satrya, sedangkan Ghilman lebih ke sosok yang dewasa, tidak setampan Satrya tapi dia juga tidak jelek, dia lebih cool dan tidak sebocor teman-teman Athaya, lebih kalem lah.
Salah satu kelebihan yang menonjol dari buku ini adalah penulis sukses menghidupkan karakter yang dia buat, dari pemeran utama sampai pemeran pendukung, terlebih di buku ini sangat banyak tokoh cowoknya dan suara para cowok terwakilkan dengan amat baik, keahlian mendalami apa yang ada di pikiran lawan jenis tidaklah mudah, penulis bisa mentransfer hal tersebut ke para tokohnya, khususnya para Geng Fogging (istilah yang digunakan penulis untuk teman-teman cowok Athaya yang suka merokok ketika makan siang, ada Radhi, Ganesh, Fajar, Ghilman, Davintara). Bagian yang selalu menyenangkan adalah ketika geng fogging muncul, ketika duo serigala, Radhi dan Ganesh menggoda Athaya, benar-benar membuat saya tersenyum ketika membaca.
Dan adegan paling romantis di buku ini nggak jauh-jauh dari buku juga.
Kemudian ia menyerahkan buku Harry Potter and The Half Blood of Prince ke Athaya. salah satu buku favorit Athaya. Di sana ada pita berwarna merah yang melingkar di tengah-tengah buku. Athaya duduk di bangku teras rumahnya, membuka bagian yang diikat oleh pita merah. Halaman pertama bab "The Unbreakable Vow -Sumpah Tak Terlanggar." Athaya tahu banget bagian ini. Sumpah yang mengikat, hanya kematian yang memisahkannya.
Adegan tersebut adalah adegan ketika Athaya dilamar, coba tebak siapa? Hihihihi, romantis banget kannnn? Bagian belakang atau mendekati akhir adalah bagian yang romantis. Kemudian yang saya suka lagi selain kisah cinta dan persahabatan, ada peran keluarga juga di buku ini, tentang beban berat yang diam-diam ditanggung Athaya karena ayahnya sakit sehingga dia menjadi sumber nafkah dan keinginannya untuk melanjutkan sekolah, tentang Ghilman yang sangat mandiri dan sangat dewasa, yang ingin lepas dari harta orangtuanya. Buku ini cukup komplit.
Dari segi gaya tulisan, sebenarnya tidak ada yang spesial, yang jelas tulisan Aqessa sangat enak untuk terus diikuti, saya suka bagaimana dia mendalami karakter para tokohnya, hal tersebut membuat buku ini terasa realistis, bisa dibilang menjadi kekuatannya, bahwa memang begitu adanya kalau kita kerja kantoran, ada saatnya penat, ada saatnya santai dan bersenda gurau. Konfliknya sendiri tentang kegalauan memilih antara dicintai atau mencintai, hal biasa dalam kisah cinta. Untuk alurnya sendiri yang dipakai adalah alur maju dan beberapa bagian ada porsi flashback. Pace-nya cukup cepat sebenarnya, hanya saja karena banyak adegan yang ditampilkan sehingga membaca pun terasa lama.
Walau banyak hal yang saya sukai dari buku ini ada beberapa kekurangan, antara lain di bagian awal penulis sedikit kaku, tidak jarang kalimat pembuka selalu diawali dengan jam atau keterangan waktu kebiasaan orang-orang tempat Athaya bekerja. Halamannya sekilas tidak begitu tebal, tapi font yang dipakai terbilang kecil jadi bacanya rasanya lamaaaa banget, hahaha, saya sih nggak masalah berhubung saya penyuka buku bantal dan ceritanya emang seru, tapi ada kalanya mikir nanti bakalan ada kejadianapa lagi nih? Seperti yang saya bilang tadi, karena penulis adil pada Satrya maupun Ghilman, jadi banyak adegan yang melibatkan perseorangan, misalkan saja kali ini bagian Satrya, terus bagian berikutnya Ghilman, panjang kan jadinya. Mungkin bagi orang yang nggak sabaran pingin berjumpa dengan ending hal ini sedikit mengganggu.
Kekurangannya sama sekali nggak mengganggu kenikmatan membaca, saya sangat puas ketika menutup buku. Sebelum diterbitkan oleh Elexmedia, buku ini sudah tamat di Wattpad, hanya saja di buku cetak ada tambahan informasi tentang istilah dalam pekerjaan Athaya dan epilog, jadi yang sudah pernah baca wajib baca lagi deh, sekalian nostalgia sama Geng Fogging yang seru dan gila. Well, kalau kalian tanya buku bertema cinta segitiga dan office romance yang recommended, maka pilihan saya jatuh pada buku ini.
Di tengah-tengah pencakar langit yang tinggi dan kokoh dengan ketidakpeduliannya akan sekitar, ada secangkir kopi yang hangat dan menenangkan, membuat siapa pun yang meminumnya terjaga. Hal kecil yang sudah menjadi rutinitas dan membosankan tapi tak dapat dilewatkan 4.5 untuk kegilaan Geng Fogging.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar