Disusun Oleh : Herdi Agusnida
Judul resensi
: Sajak-sajak bijak
Pengarang :
Chairil Anwar
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama
Desain
Sampul : Nono S.
Tahun Terbit
: 2004
Jumlah Halaman : 111
ISBN : 978-979-22-7277-2
pendahuluan
Buku yang berjudul aku ini binatang jalang adalah sebuah buku yang berisi kumpulan puisi-puisi dari seorang pujangga era 45 yaitu Chairil Anwar. Puisi-puisi didalamnya adalaha puisi yang dituliskannya dari dia memutuskan ingin menulis puisi sampai dia meninggal .
Sinopsis
Aku Ini Binatang
Jalang merupakan buku yang berisi kumpulan puisi yang dibuat oleh penyair besar
Indonesia yaitu Chairil Anwar. Tak hanya kumpulan puisi dalam buku tersebut
juga terdapat kumpulan surat yang dikirim Chairil Anwar kepada H.B Jassin
kritikus sastra yang turut membesarkan nama Chairil Anwar dalam dunia sastra di
Indonesia. Chairil Anwar dikenal sebagai sastrawan pelopor Angkatan
45 melalui puisi-puisnya yang begitu kritis dan penuh dengan makna
tersirat. Dari larik-larik yang terdapat pada setiap puisi Chairil Anwar sangat
jelas menggambarkan vitalitas dan sisi lain kehidupannya yang tergambar yang
mungkin tidak bisa terhapus dari kehidupan berkesenian di negeri ini, yakni
kejalangannya. Sebagai ‘Binatang Jalang”-lah Chairil Anwar merupakan lambang
kesenimanan di Indonesia. Bukan Rustam Effendi, Sanusi Pane, atau
Amir Hamzah tetapi Chairil Anwar yang dianggap memiliki seperangkat ciri
seniman: tidak memiliki pekerjaan tetap, suka keluyuran, jorok, selalu
kekurangan uang, penyakitan, dan tingkah lakunya menjengkelkan. Sejumlah
anekdot telah lahir dari ciri ciri tersebut. Tampaknya masyarakat menganggap
bahwa seniman tidak berminat mengurus jasmaninya, dan lebih sering tergoda oleh
khayalannya; mungkin yang paling mirip dengan golongan “binatang jalang” ini
adalah orang sakit jiwa.
Salah
satu puisi Chairil Anwar yang hingga kini digandrungi oleh masyarakat Indonesia
adalah puisi “Aku”, dari puisi tersebut ia seolah menceritakan bahwa dirinya
ingin hidup seribu tahun lagi. Namun hal itu justru tidak sesuai dengan
espektasinya dikarenakan Chairil Anwar meninggal dalam usia yang masih sangat
muda yaitu 27 tahun. Puisi tersebut ditulis enam tahun sebelum ia meninggal
dunia. Jasadnya dimakamkan di Karet, yang disebutnya sebagai “daerah y.a.d.”
dalam “ Yang Terampas dan Yang Putus” sajak yang ditulisnya beberapa waktu
menjelang kematiannya pada tahun 1949.
Meskipun
saat ini Chairil Anwar telah tiada namun sajak-sajaknya yang begitu indah masih
hidup ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Dalam hidupnya yang singkat,
Chairil Anwar telah menghasilkan puisi yang akan terus hidup seribu tahun lagi.
Kelebihan :
Sajak-sajak Chairil Anwar
yang sederhana tanpa terlalu banyak hiasan dikemas sangat menarik
dalam buku ini yang akan membawa para pembaca berimaginasi dari setiap
larik-larik dalam puisi yang ditulis oleh Chairil Anwar.
Kekurangann :
Bagi para pembaca
“awam” dalam dunia sastra akan kesulitan memahami beberapa larik dalam puisi
ataupun sajak Chairil Anwar, sehingga perlu dibaca berulang-ulang.
Kesimpulan :
Buku ini sangat
menarik untuk dibaca oleh semua kalangan karena dengan membaca buku ini kita
akan mengenal sosok Chairil Anwar lebih dalam lagi. Tak hanya itu buku ini akan
memanjakan imaginasi para pembaca khususnya bagi pembaca yang sangat menyenangi
dunia sastra.
Saran :
Buku ini harus
di baca pada generasi muda sekarang, kerena cerita atau kisahnya menginspirasi
bagi generasi muda sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar