Disusun oleh : Umi Sulaeman
Judul resensi "Sebuah Perjuangan Dan Kegigihan Dilan Untuk Mendapatkan Hati Milea"
IDENTITAS
BUKU
Judul : Milea, Suara dari Dilan
Nama Penulis : Pidi Baiq
Penerbit : Pastel Books
Tahun Terbit : 2016
Tebal Buku : 360 Halaman
Sudut Pandang : Orang Pertama Serba Tahu
Genre : Romansa
ISBN : 978-602-0851-56-3
Harga : Rp 79.000,-
Novel
Milea, Suara dari Dilan bergenre romansa humor yang ditulis oleh Pidi Baiq. Penulis
kelahiran Bandung, 8 Agustus 1972 ini mulai dikenal melalui grup band 'The
Panas Dalam' dan semakin dikenal dengan karyanya yang berjudul Dilan. Tidak
hanya sebagai penulis, seniman multitalenta ini juga seorang dosen, ilustrator,
komikus, musisi, dan pencipta lagu. Pemilik akun Twitter bernama @pidibaiq ini
telah menulis beberapa novel, diantaranya Dilan, Drunken Monster, Drunken
Molen, Drunken Mama, Drunken Marmut, Al-Asbun, At-Twitter, Hanya Salju dan
Pisau Batu.
Novel
ini adalah novel yang mengajak pembacanya bernostalgia dan membayangkan
percintaan anak SMA menggunakan kata-kata yang gombal dan romantis karena
berbeda sekali dengan zaman sekarang yang teknologi semakin maju. Didalam novel
ini mengkisahkan tentang persahabatan dan percintaan. Persahabatan yang
dimaksud dalam novel ini adalah Dilan yang tetap setia pada sahabatnya walaupun
mereka adalah Geng Motor. Percintaan yang dimaksud yaitu antara Dilan dan Milea
yang tidak melulu indah. Pengenalan singkat Dilan waktu dia masih kecil,
kira-kira waktu masih berumur 5 tahun, pernah ingin menjadi macan walaupun itu
tidak mungkin. Dia pernah menamai sepedanya dengan nama "mobil
derek". Dia juga pernah sholat menggunakan mukena.
Setelah
SMA, Dilan kesekolah tidak lagi naik sepeda melainkan naik motor. Pulangnya
nongkrong di warung kang Ewok. Disana dia biasa berkumpul dengan
teman-temannya. Diwarung bi Eem disitulah Dilan mendengar nama Milea. Seseorang
gadis cantik yang berasal dari Jakarta. Dilan ingin melakukan pendekatan dengan
Milea, Dilan minta do'a pada bundanya agar lancar. Setelah banyak yang sudah
Dilan lakukan dalam rangka mendekati Milea, Waktu akhirnya datang.
Tanggal
22 Desember tahun 1990 di Bandung tepatnya diwarung bi Eem, Dilan resmi
berpacaran dengan Milea Adnan Husaein. Dinyatakan secara lisan dan tulisan,
yang lengkap
dibubuhi tanda tangan mereka berdua diatas materai masing-masing merasa di maui,
mereka sangat diterima dan membiarkan kesempurnaan di dalam berpacaran. Kesehariannya
berpacaran dengan Milea sangat romantis dan juga seru saat berbicara di atas
motornya Dilan. Dilan membuat begitu banyak puisi yang indah untuk Milea.
Kelakuan Dilan yang konyol selalu membuat milea tertawa dan juga merasa senang.
Suatu
ketika Dilan putus dengan Milea. Itu semua terjadi karena sebuah kesalahpahaman
antara Dilan dan Milea yang disebabkan oleh kematian temannya yang bernama
Akew. Milea mengira bahwa kematian Akew disebabkan oleh perselisihan antara
geng motor. Milea marah kepada Dilan, karena Dilan juga merupakan anggota geng
motor. Milea khawatir kalau Dilan juga akan mengalami hal yang sama seperti
Akew. Milea menyuruh Dilan keluar dari geng motor, namun Dilan tetap saja tidak
menghiraukannya, Milea marah kepada Dilan sampai tidak mau diajak bicara, dan
lainnya yang biasa mereka lakukan jika bersama. Itulah yang disebabkan Dilan
dan Milea putus. Setelah putus dengan Milea, Dilan merasa kesepihan dan
benar-benar rindu pada Milea.
Kemudian
setelah lulus SMA, Dilan melanjutkan kuliahnya di salah satu perguruan tinggi
Negri di Bandung. Sebulan setelah Burini wafat, Dilan bertemu lagi dengan Milea
di acara reuni SMA, dia datang dengan Mas Herdi. Dilan merasa senang bisa
berkumpul lagi dengan teman-teman sesama SMA karena sudah lama tidak bertemu. Disaat
Dilan sudah melanjutkan sekolahnya di perguruan tinggi Negri di Bandung, dia
kehilangan seorang ayahnya yang biasa ia anggap seorang pahlawan, kini Dilan
kehilangan semangat hidupnya, tetapi dia tetap tegar menghapinya dan ikhlas.
Buku
memiliki keunggulan diantaranya cover-nya
bagus dan sangat cocok sehingga sesuai dengan sasaran pembaca yakni para
remaja. Bahasa yang digunakan mudah dipahami dan tidak bertele-tele. Terdapat ilustrasi gambar yang membuat novel ini menjadi lebih menarik
dan membuat pembaca seolah tau bagaimana kejadian aslinya. Untuk para
pembaca lelaki bisa menjadi pelajaran bagaimana taktik menguasai
wanita, terdapat
pula banyak puisi yang memang di selipkan pada buku.
Namun
bagi para
pembaca yang belum membaca kedua novel sebelumnya pasti akan merasa kurang
puas. Karena di novel ini Dilan hanya menceritakan hal-hal yang perlu saja dan
tidak mengulang cerita yang sudah diceritakan pada kedua novel sebelumnya. Endingnya cukup
membosankan, karena ending dari kisah cinta Dilan dan Milea sudah di cerikan di
seri novel sebelumnya. Ada beberapa adegan yang menjadikan pembaca penasaran
mengenai apakah umum jika seseorang melakukan hal seperti itu di tahun 90-an.
Tentunya hal ini kembali pada riset dari penulis, kemungkinan untuk beberapa
pembacan sedikit merasa janggal.
Terlepas
dari kelemahan-kelemahannya, novel ini memiliki manfaat sebagai penghilang
stress. Karena hampir diseluruh bagiannya penulis mengajak
kita untuk bernostalgia melihat kembali bagai mana pacaran tanpa ponsel dan
hanya mengandalkan telepon rumah serta betapa sakralnya surat cinta. Karena
terbatas dan selalu berjeda, komunikasi antara Dilan dan Milea saat mereka tak
bersama jadi sebuah komunikasi yang istimewah. Cerita cinta jaman dulu yang tak
serba instan dan selalu memiliki kualitasnya sendiri sangat menghibur para
pembacanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar