Disusun oleh: Nathan
Hari ini hadir karenamu. Harapan yang jauh dari kenyataan.
Harapan yang hanya khayalan dan mimpi belaka.
Harapan untuk bisa bersamamu entah kapankah itu.
Aku lancang ya? Telah masuk ke hatimu tanpa sepengetahuanmu. Telah masuk ke hatimu tanpa berpikir dulu apakah di hatimu itu cuma ada kamu seorang diri atau ternyata sudah dipenuhi dengan sesuatu hal yang sudah menjadi milikmu. Aku tak peduli apapun itu, intinya aku terus masuk menelusuri hatimu itu.
Dan ternyata hati itu kosong!!
Hati itu ibarat ruangan kosong yang sangat besar. Aku berjalan menelusuri itu tanpa tau ujungnya di mana. Dan aku pun tak melihat si inti hatinya. Dimana dia? aku sudah ada di hatinya, tapi mengapa aku tidak bisa menemukannya? Apakah dia bersembunyi di suatu ruangan yang lain? Aku terus mencari si inti hatinya. Berputar kesana ke sini aku mencarinya hingga aku pun lelah dan ingin keluar dari hatinya. Tapi saat aku ingin keluar dari ruangan itu, entah kenapa aku jadi lupa arah mana yang harus kulalui agar aku bisa keluar.
Aku tak bisa!!
Aku tak dapat keluar!!
Aku terjebak!!!
Ya, aku terjebak akan parasnya itu.
Di tengah hatimu itu aku tersesat, sunyi kurasa, sepi kurasa. Aku ingin keluar!!! Prakk!! Sebongkah batu terlempar dari tanganku.
“Aduh” ucap seseorang di ujung sana. Aku berjalan menghampirinya.
“Kamu siapa?” Ucapnya kebingungan.
Aku hanya terdiam dan menatapnya tanpa berkedip sedikit pun.
“Apakah ia pemilik hatimu itu?” Aku bergumam dalam hati.
“Hei, aku bintang. Kamu siapa?” Ucapnya lagi sambil menjulurkan tangannya.
“Bintang? Emm nama yang sangat indah. Apakah ia bisa bersinar macam bintang?” aku masih terdiam.
“Hei??” Ucapnya lagi sambil menepuk pundakku.
“Ah, iya. emm aku hani” jawabku sambil menyambut tangannya itu.
Dan rupanya dia sama tersesat sepertiku. Dia juga sedang mencari si inti hati itu. Dia baru saja datang 2 hari yang lalu. Dia juga mencari hati itu. Aku pun juga tengah mencari hati itu. Tapi, Aku yang lebih dulu datang daripadanya.
“Emm, syukurlah ternyata dia bukan pemilik hatimu itu” aku tersenyum lega.
Aku dan dia terus berjalan, awalnya aku dan dia berbicara ini itu, bercerita banyak hal, sampai saat aku mengatakan bahwa aku mencintaimu dan rupanya dia pun juga mencintaimu. Seketika suasana pun hening kembali. Tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutku maupun dia. Aku dan dia terus berjalan di dalam kesunyian. Hanya bunyi langkah kaki aku dan dia yang dapat memecahkan kesunyian itu.
Ada suatu ruangan yang membuat aku dan dia penasaran. Ruangan itu tertutup rapat oleh pintu yang terkunci.
“Mungkin si hati itu ada di sana, yuk ke sana!” Aku memecahkan kesunyian dan menarik tangan dia dan berlari menuju kesana.
“Dikunci!” Kata dia frustasi.
Ya, memang pintu itu terkunci.
“Tapi, lihat itu! ada 1 lubang kecil” aku berkata dengan penuh rasa penasaran.
Dia pun langsung jongkok dan mengintip ruangan itu. Cukup lama dia terdiam di situ. Air matanya mulai menggenangi pelupuk matanya dan Tak lama dari itu dia pun langsung berlari sambil berteriak menangis tersedu sedu. Kulihat dirinya yang semakin menjauh dan tak terlihat lagi.
Aku pun penasaran, dan aku pun mulai jongkok. Terlihat jelas sesosok lelaki yang sedang melihat ke arah luar. Dan benar, itu adalah si inti hati kamu! Sesosok itu sedang melihat seorang wanita yang tengah bernyanyi di luar hatimu itu.
“Emm, jadi ini yang membuat si dia menangis dan berlari” aku berkata sambil menahan sesuatu.
“Gak, aku gak boleh nangis karena hal itu, aku gak boleh pergi meninggalkanmu hanya karena hal itu.”
Sudah cukup jauh dan cukup lama aku mencari inti hatimu itu. Dan sekarang saat aku telah menemukannya aku gak boleh pergi menjauhimu begitu saja. Biarkan saja aku di sini, ya tepat di depan pintu inti hatimu yang terkunci rapat itu. Hanya sebuah lubang kecil yang terbuka untukku, dan dari situlah aku akan memperhatikanmu tanpa kau tau. Aku juga akan menunggumu mengetahui bahwa ada aku di depan pintu inti hatimu itu. Dan aku juga akan tetap berharap padamu, meski ku tau kau mengharapkan seseorang yang di luar sana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar