Disusun Oleh : Bilal Virgawan Utama
Judul : Catatan (Seorang) Pelajar Jakarta
Penulis : Arif Rahman
Editor : Fanti Gemala & Anin Patrajuangga
Penerbit : Penerbit Grasindo
Tahun Terbit : November 2013
Jumlah Halaman : 256 Halaman
ISBN : 978-602-251-173-1
PENDAHULUAN
“Catatan Pelajar Jakarta” Novel ini bercerita tentang empat orang sahabat yang dahulunya bersekolah di SMP yang sama, yaitu SMP Muhammadiyah 33 Tomang. Setelah lulus dari SMP, ke empat sahabat ini bersekolah disekolah yang berbeda. Agus dan Setyo memilih bersekolah di STM PGRI 6 atau dikenal “Camp Java ”, Lutfi masuk STM PGRI 5 atau “BOEDOET” dan Chandra bersekolah di STM 7 PGRI atau dikenal dengan nama “1DKI”.
SINOPSIS
Sang Trouble Makers
“Untuk semua anak basis, perjalanan pulang dan barangkat sekolah yang penuh canda dan tawa, sedih, gelisah, juga cemas kini semuanya tinggal kenangan.”
Tawuran merupakan suatu hal yang sudah biasa dilakukan oleh para pelajar di Jakarta, apalagi untuk anak STM. Banyaknya nyawa yang melayang bukanlah menjadi suatu masalah. Sampai detik ini masih saja ada berita tentang tawuran pelajar Jakarta. Dari mulai dulu kala, sampai sekarang tawuran tidak ada henti-hentinya. Berbagai cara sudah dilakukan untuk memberhentikan itu semua, dari mulai upaya penangkapan para pelajar yang terlibat dalam tawuran dan memberi mereka bimbingan, hingga dibuatnya pasal-pasal dan juga ditahan. Namun, karena tawuran sudah menjadi budaya bagi para pelajar Jakarta, alhasil semua upaya tersebut tidak signifikan.
Dengan novel perdananya, Arif Rahman mencoba untuk mengkikis beberapa tentang budaya tawuran. Novel tersebut berjudul Catatan (Seorang) Pelajar Jakarta. Sebuah novel yang mengisahkah tetang sebuah kisah nyata tawuran pelajar Jakarta pada kisaran tahun 1995-1996. Dengan mengambil sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama, dengan tokoh yang bernama Setyo.
Novel ini mengisahkan empat sahabat yang saling menjaga kesolidaritasnya dan sudah bersama sama sejak mereka bersekolah di SMP Muhammadiyah 33 Tomang. Mereka berempat bernama Setyo, Chandra, Agus, dan Lutfi. Setelah mereka lulus dari SMP, mereka melanjutkan ke Sekolah Teknik Menengah dengan nama sekolah yang berbeda beda. Walaupun mereka berbeda bedaa sekolah mereka tetap menjadi sahabat yang solid.
Pada saat SMP mereka dijuluki sebagai sang trouble mackers, empat pelajar yang paling bandel di sekolah. Julukan tersebut datang dari mulut para guru mereka. Predikat yang disematkan karena begitu banyaknya pelanggaran dan masalah yang mereka buat bersama, dan bangga akan hal tersebut.
Novel ini dilengkapi dengan beberapa terjemahan dari beberapa kata kunci, seperti kata ‘pentolan’ yang berarti orang yang memimpin pasukan tawuran pada saat hendak melakukan penyerangan. Novel ini juga menggunakan kata-kata yang sangat mudah dipahami apabila dibaca oleh para remaja. Dengan bahasa yang gaul dan bersabat hingga memudahkan para pembaca dan meninggkatkan tingkat ketertarikan pembaca.
Agus dan Setyo bersekolah di STM PGRI 6 (dikenal dengan nama STM Kampoeng Jawa/ Camp Java). Chanda di STM 7 PGRI (STM 1(satoe) DKI). Lutfi di STM PGRI 5 (STM Boedoet/ Budi Utomo). Biasanya dulu itu anak-anak STM merupakan aktor yang berperan dalam setiap aksi tawuran yang ada. Tanpa disangka, STM Setyo, Agus, Chandra bermusuhan begitu juga dengan STM nya Lutfi. Meskipun sekolah mereka saling bermusuhan dan juga meskipun setiap dari mereka merupakan ‘pentolan’ dari setiap ‘basis’ , mereka tetap menjaga persahabatan mereka dan saling melindungi satu sama lain. Persahabatan yang telah mereka bina dari SMP sampai STM.
Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam adegan dalam novel ini. Tanpa disangka ‘basis’ sekolahnya Setyo tawuran dengan ‘basis’ sekolahnya Chandra. Maka, dengan segala upaya mereka berpura pura bermusuhan tapi tidak saling menyakiti. Bahkan, jika salah satu dari mereka ada yang terluka atau dikeroyok maka salah satunya yang menolong. Begitu peristiwa tersebut terjadi kepada kempatnya. Dari hal tersebut juga mereka mendapatkan sesuatu yang aneh, mereka bagaikan bumerang yang jika dilempar pasti akan kembali lagi.
Chandra merupakan murid yang sangat berprestasi diantara keempat sahabatnya. Dia pernah juara 2 dalam merakit mesin mobil. Walaupun dia brutal tapi dia tetap berprestasi dan dia disegani disekolahnya. “kita mungkin anak yang dipandang sebelah mata. Sekolah selalu mengecap kita biang rusuh, tukang tawuran, gak bisa diatur, semaunya sendiri, punya kemauan sendiri, suka ngelanggar peraturan dan sebagainya. Tapi gue mau jelasin satu hal di sini kalo sebenernya kita juga bisa kayak anak-anak lainnya; pintar, punya kemampuan, bakat, kecerdasan, kemauan dan tekad yang kuat.masalahnya Cuma satu, kita sulit keluar dari masalah diri kita sendiri. Mereka gak tau jiwa kita. Mereka gak paham dunia kita. Mereka juga gak pernah ngerti cara berpikir dan sikap kita. Yang mereka tau, kita sama kayak yang lainnya, sama kayak anak-anak sekolah lainnya.apa mereka pernah tanya apa kita suka hal ini? Atau cara mereka mengajar kita? Nggak pernah sama sekali. Kebanyakan mereka hanya tau kalo kita harus manut dan nurut dengan apa maunya mereka, dan kita katakan kepada mereka kalau kita bukan boneka yang mereka ciptakan! Mereka salah dan keliru menilai kita. Kita punya cara sendiri, keunikan ,dan kemampuan. Itu kita tunjukan kalo kita memang bisa berkarya, bukan cuma tawuran di jalanan. Dan yang penting, kita punya dunia sendiri, dan kita tahu gimana berjalan di atasnya dengan kepala tegak.” Chandra.
Sayangnya, novel ini terkadang dapat ditemukan beberapa kata yang typo. Novel ini juga lebih banyak bercerita tentang tawuran, sehingga bagi remaja yang masih baru menginjak umur keremajaan maka mereka akan lebih melihat novel ini dari segi tawurannya bukan segi persahabatannya. Novel ini juga mempunyai banyak tokoh pendamping yang membuat para pembaca jadi bingung untuk membedakan satu tokoh dengan tokoh yang lainnya. Tapi novel ini mempunyai beberapa cerita yang seru tentang persahabatannya juga yang sangat menyentuh para pembaca. Tapi sayangnya bagian tersebut dominan ditayangkan di bagian akhir saja.
Jika mereka berempat mempunyai waktu luang, mereka selalu bersama. Nongkrong bareng sambil memetik gitar dan menyanyi sembarangan, sampai kadang menginap di rumah Agus. Tidak jarang pula ada suatu pergesekan atau konflik di dalam persahabatan mereka. Terutama diantara tokoh yang keras, yaitu Agus dan Chandra. Mereka tidak pernah mengalah ketika sekolah mereka saling serang dan tawur. Salah satu dari mereka ada yang ingin membuat ‘basis’ mereka tidak saling serang, bahkan ingin menyatukannya. Tetapi, itu bukanlah hal yang mudah, itu semua sangat sulit untuk didapatkan.
Novel ini menampilkan cerita yang membuat para pembaca menanti-nantikan setiap kalimat-kalimat berikut yang akan ditammilkan. Sehingga membuat para pembaca malas untuk bergerak ataupun diajak berbicara. Buku tersebut sangat asik untuk dibaca, dengan fontnya yang sangat mendukung dan berhubungan dengan cerita yang mengambil tema sebuah tawuran semakin membuat mata dan hati para pembaca hanya tertuju pada buku tersebut.
Tidak hanya menampilkan cerita yang asik dan seri, novel ini juga mencertakan satu cerita yang sedih. Pernah satu kali musuh ‘basis’ Agus ingin balas dendam kepada ‘basis’ Agus. Ternyata yang menjadi sasaran utama ialah Agus, karena dia merupakan ‘pentolan’ yang paling pemberani. Akhirnya ‘pentolan’ pemberani seperti Agus terbunuh dengan sadis. Chandra yang pernah sekarat dan ditolong oleh Agus merasa mempunyai hutang nyawa dengan Agus dan ingin membayar hutangnya tersebut dengan cara membalaskan dendam kepada orang yang telah menbunuh Agus. Dia mencari pembunuh Agus dan akhirnya membunuhnya dengan beberapa cara yang sudah dia siapkan bersama Lutfi dan Setyo yang tidak lain dan bukan merupakan sahabat Agus sendiri yang juga ingin membalaskan dendamnya. (Hal 186)
Karena Chandra tau ini pasti berhubungan dengan polisi maka, demi kebaikan semua sahabatnya dia memutuskan untuk meninggalkan Jakarta dan kembali ke Kampung halamannya bersama Ayahnya. Dia melakukan itu juga karena dia mendapatkan kabar bahwa dia telah diketahui sebagai tersangka pembunuhan tersebut. Beberapa hari setelah kejadian Chandra, Lutfi juga ditangkap oleh polisi karena merampok dan menusuk orang didalam bis dan akhirnya Lutfi pun pergi. (Hal 227).
Setyo pun akhirnya merasa sedih karena sudah jauh dari sahabatnya. Di sisi lain dia juga harus melakukan Ebtanas. Dia merasakan selama di STM belum mendapatkan apa-apa. Karena kehidupannya hanya tawuran, tawuran dan tawuran. Kalau tidak tawuran, menghabiskan bersama tiga sahabatnya.
Tawuran menjadi budaya yang sangat sulit untuk dihindari oleh siswa siswa STM Jakarta. Tertera dalam novel ini penyebabnya, antara lain rekrutmen yang terus berjalan hingga sekarang. Atas nama sekolah mereka memberanikan diri untuk ikutan tawuran, meski nyawa taruhannya. Selain itu juga karena para alumni ‘basis’ terus mendampingi serta mengobarkan api tawuran, dan yang paling penting utama adalah balass dendam. Sebenarnya ‘basis’ STM ini kompak, sangat kompak, namun kekompakannya untuk jalan keburukan, dalam hal ini tawuran dan balas dendam. Jika ada salah seorang ‘basis’ yang terluka atau bahkan meninggal. Maka, ‘basis’ tersebut akan membalas dendam dengan membunuh salah satu anggota ‘basis’ musuh, begitu seterusnya.
Dengan hadirnya buku ini semoga para pelajar sadar bahwa pelajar tersebut harus diketahui apa yang ada dalam kehidupan mereka. Sehingga mampu ditemukan apa solusi yang tepat untuk mereka. Buku yang cocok dibaca untuk anak-anak STM yang bersangkutan, pelajar lainnya, guru dan juga pemerintah. Agar masalah ini menemukan dimana titik terangnya.
Kelebihan
Cerita ini dikemas rapi oleh penulis, membuat pembaca nyaman dalam membacanya dan terus penasaran akan bab selanjutnya. Di tengah-tengah novel terdapat hiburan seperti ilustrasi percakapan Kata-kata yang indah dipilih oleh penulis membuat pembaca tidak mudah bosan untuk membacanya. Hanya saja sampul novel ini terlalu sederhana, membuat pembaca baru tidak berminat untuk membelinya karena sampulnya yang terlalu sederhana. Padahal jika dibaca, dalamnya jauh lebih sempurna.
Kelemahan :
Cover terlalu sederhana
Terdapat beberapa kesalahan kata
Bahasa baku, akan terasa bosa jika pembca tidak suka bahasa yang terlalu baku
Kesimpulan :
Novel ini meceritakan tentang persahabatan yang selalu setia dalam
Keadaan apapun itu, dan dengan membaca novel ini kita bisa mengerti
Apa arti dari persahabatan.
Saran :
Sampul buku mungkin akan lebih baik jika covernya tidak terlalu sederhana ini, mungkin baiknya, lebih klasik menggambari cerita didalam bukunya.
Dan segera menerbitkan buku selanjutnya
Penulis : Arif Rahman
Editor : Fanti Gemala & Anin Patrajuangga
Penerbit : Penerbit Grasindo
Tahun Terbit : November 2013
Jumlah Halaman : 256 Halaman
ISBN : 978-602-251-173-1
PENDAHULUAN
“Catatan Pelajar Jakarta” Novel ini bercerita tentang empat orang sahabat yang dahulunya bersekolah di SMP yang sama, yaitu SMP Muhammadiyah 33 Tomang. Setelah lulus dari SMP, ke empat sahabat ini bersekolah disekolah yang berbeda. Agus dan Setyo memilih bersekolah di STM PGRI 6 atau dikenal “Camp Java ”, Lutfi masuk STM PGRI 5 atau “BOEDOET” dan Chandra bersekolah di STM 7 PGRI atau dikenal dengan nama “1DKI”.
SINOPSIS
Sang Trouble Makers
“Untuk semua anak basis, perjalanan pulang dan barangkat sekolah yang penuh canda dan tawa, sedih, gelisah, juga cemas kini semuanya tinggal kenangan.”
Tawuran merupakan suatu hal yang sudah biasa dilakukan oleh para pelajar di Jakarta, apalagi untuk anak STM. Banyaknya nyawa yang melayang bukanlah menjadi suatu masalah. Sampai detik ini masih saja ada berita tentang tawuran pelajar Jakarta. Dari mulai dulu kala, sampai sekarang tawuran tidak ada henti-hentinya. Berbagai cara sudah dilakukan untuk memberhentikan itu semua, dari mulai upaya penangkapan para pelajar yang terlibat dalam tawuran dan memberi mereka bimbingan, hingga dibuatnya pasal-pasal dan juga ditahan. Namun, karena tawuran sudah menjadi budaya bagi para pelajar Jakarta, alhasil semua upaya tersebut tidak signifikan.
Dengan novel perdananya, Arif Rahman mencoba untuk mengkikis beberapa tentang budaya tawuran. Novel tersebut berjudul Catatan (Seorang) Pelajar Jakarta. Sebuah novel yang mengisahkah tetang sebuah kisah nyata tawuran pelajar Jakarta pada kisaran tahun 1995-1996. Dengan mengambil sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama, dengan tokoh yang bernama Setyo.
Novel ini mengisahkan empat sahabat yang saling menjaga kesolidaritasnya dan sudah bersama sama sejak mereka bersekolah di SMP Muhammadiyah 33 Tomang. Mereka berempat bernama Setyo, Chandra, Agus, dan Lutfi. Setelah mereka lulus dari SMP, mereka melanjutkan ke Sekolah Teknik Menengah dengan nama sekolah yang berbeda beda. Walaupun mereka berbeda bedaa sekolah mereka tetap menjadi sahabat yang solid.
Pada saat SMP mereka dijuluki sebagai sang trouble mackers, empat pelajar yang paling bandel di sekolah. Julukan tersebut datang dari mulut para guru mereka. Predikat yang disematkan karena begitu banyaknya pelanggaran dan masalah yang mereka buat bersama, dan bangga akan hal tersebut.
Novel ini dilengkapi dengan beberapa terjemahan dari beberapa kata kunci, seperti kata ‘pentolan’ yang berarti orang yang memimpin pasukan tawuran pada saat hendak melakukan penyerangan. Novel ini juga menggunakan kata-kata yang sangat mudah dipahami apabila dibaca oleh para remaja. Dengan bahasa yang gaul dan bersabat hingga memudahkan para pembaca dan meninggkatkan tingkat ketertarikan pembaca.
Agus dan Setyo bersekolah di STM PGRI 6 (dikenal dengan nama STM Kampoeng Jawa/ Camp Java). Chanda di STM 7 PGRI (STM 1(satoe) DKI). Lutfi di STM PGRI 5 (STM Boedoet/ Budi Utomo). Biasanya dulu itu anak-anak STM merupakan aktor yang berperan dalam setiap aksi tawuran yang ada. Tanpa disangka, STM Setyo, Agus, Chandra bermusuhan begitu juga dengan STM nya Lutfi. Meskipun sekolah mereka saling bermusuhan dan juga meskipun setiap dari mereka merupakan ‘pentolan’ dari setiap ‘basis’ , mereka tetap menjaga persahabatan mereka dan saling melindungi satu sama lain. Persahabatan yang telah mereka bina dari SMP sampai STM.
Peristiwa tersebut dapat dilihat dalam adegan dalam novel ini. Tanpa disangka ‘basis’ sekolahnya Setyo tawuran dengan ‘basis’ sekolahnya Chandra. Maka, dengan segala upaya mereka berpura pura bermusuhan tapi tidak saling menyakiti. Bahkan, jika salah satu dari mereka ada yang terluka atau dikeroyok maka salah satunya yang menolong. Begitu peristiwa tersebut terjadi kepada kempatnya. Dari hal tersebut juga mereka mendapatkan sesuatu yang aneh, mereka bagaikan bumerang yang jika dilempar pasti akan kembali lagi.
Chandra merupakan murid yang sangat berprestasi diantara keempat sahabatnya. Dia pernah juara 2 dalam merakit mesin mobil. Walaupun dia brutal tapi dia tetap berprestasi dan dia disegani disekolahnya. “kita mungkin anak yang dipandang sebelah mata. Sekolah selalu mengecap kita biang rusuh, tukang tawuran, gak bisa diatur, semaunya sendiri, punya kemauan sendiri, suka ngelanggar peraturan dan sebagainya. Tapi gue mau jelasin satu hal di sini kalo sebenernya kita juga bisa kayak anak-anak lainnya; pintar, punya kemampuan, bakat, kecerdasan, kemauan dan tekad yang kuat.masalahnya Cuma satu, kita sulit keluar dari masalah diri kita sendiri. Mereka gak tau jiwa kita. Mereka gak paham dunia kita. Mereka juga gak pernah ngerti cara berpikir dan sikap kita. Yang mereka tau, kita sama kayak yang lainnya, sama kayak anak-anak sekolah lainnya.apa mereka pernah tanya apa kita suka hal ini? Atau cara mereka mengajar kita? Nggak pernah sama sekali. Kebanyakan mereka hanya tau kalo kita harus manut dan nurut dengan apa maunya mereka, dan kita katakan kepada mereka kalau kita bukan boneka yang mereka ciptakan! Mereka salah dan keliru menilai kita. Kita punya cara sendiri, keunikan ,dan kemampuan. Itu kita tunjukan kalo kita memang bisa berkarya, bukan cuma tawuran di jalanan. Dan yang penting, kita punya dunia sendiri, dan kita tahu gimana berjalan di atasnya dengan kepala tegak.” Chandra.
Sayangnya, novel ini terkadang dapat ditemukan beberapa kata yang typo. Novel ini juga lebih banyak bercerita tentang tawuran, sehingga bagi remaja yang masih baru menginjak umur keremajaan maka mereka akan lebih melihat novel ini dari segi tawurannya bukan segi persahabatannya. Novel ini juga mempunyai banyak tokoh pendamping yang membuat para pembaca jadi bingung untuk membedakan satu tokoh dengan tokoh yang lainnya. Tapi novel ini mempunyai beberapa cerita yang seru tentang persahabatannya juga yang sangat menyentuh para pembaca. Tapi sayangnya bagian tersebut dominan ditayangkan di bagian akhir saja.
Jika mereka berempat mempunyai waktu luang, mereka selalu bersama. Nongkrong bareng sambil memetik gitar dan menyanyi sembarangan, sampai kadang menginap di rumah Agus. Tidak jarang pula ada suatu pergesekan atau konflik di dalam persahabatan mereka. Terutama diantara tokoh yang keras, yaitu Agus dan Chandra. Mereka tidak pernah mengalah ketika sekolah mereka saling serang dan tawur. Salah satu dari mereka ada yang ingin membuat ‘basis’ mereka tidak saling serang, bahkan ingin menyatukannya. Tetapi, itu bukanlah hal yang mudah, itu semua sangat sulit untuk didapatkan.
Novel ini menampilkan cerita yang membuat para pembaca menanti-nantikan setiap kalimat-kalimat berikut yang akan ditammilkan. Sehingga membuat para pembaca malas untuk bergerak ataupun diajak berbicara. Buku tersebut sangat asik untuk dibaca, dengan fontnya yang sangat mendukung dan berhubungan dengan cerita yang mengambil tema sebuah tawuran semakin membuat mata dan hati para pembaca hanya tertuju pada buku tersebut.
Tidak hanya menampilkan cerita yang asik dan seri, novel ini juga mencertakan satu cerita yang sedih. Pernah satu kali musuh ‘basis’ Agus ingin balas dendam kepada ‘basis’ Agus. Ternyata yang menjadi sasaran utama ialah Agus, karena dia merupakan ‘pentolan’ yang paling pemberani. Akhirnya ‘pentolan’ pemberani seperti Agus terbunuh dengan sadis. Chandra yang pernah sekarat dan ditolong oleh Agus merasa mempunyai hutang nyawa dengan Agus dan ingin membayar hutangnya tersebut dengan cara membalaskan dendam kepada orang yang telah menbunuh Agus. Dia mencari pembunuh Agus dan akhirnya membunuhnya dengan beberapa cara yang sudah dia siapkan bersama Lutfi dan Setyo yang tidak lain dan bukan merupakan sahabat Agus sendiri yang juga ingin membalaskan dendamnya. (Hal 186)
Karena Chandra tau ini pasti berhubungan dengan polisi maka, demi kebaikan semua sahabatnya dia memutuskan untuk meninggalkan Jakarta dan kembali ke Kampung halamannya bersama Ayahnya. Dia melakukan itu juga karena dia mendapatkan kabar bahwa dia telah diketahui sebagai tersangka pembunuhan tersebut. Beberapa hari setelah kejadian Chandra, Lutfi juga ditangkap oleh polisi karena merampok dan menusuk orang didalam bis dan akhirnya Lutfi pun pergi. (Hal 227).
Setyo pun akhirnya merasa sedih karena sudah jauh dari sahabatnya. Di sisi lain dia juga harus melakukan Ebtanas. Dia merasakan selama di STM belum mendapatkan apa-apa. Karena kehidupannya hanya tawuran, tawuran dan tawuran. Kalau tidak tawuran, menghabiskan bersama tiga sahabatnya.
Tawuran menjadi budaya yang sangat sulit untuk dihindari oleh siswa siswa STM Jakarta. Tertera dalam novel ini penyebabnya, antara lain rekrutmen yang terus berjalan hingga sekarang. Atas nama sekolah mereka memberanikan diri untuk ikutan tawuran, meski nyawa taruhannya. Selain itu juga karena para alumni ‘basis’ terus mendampingi serta mengobarkan api tawuran, dan yang paling penting utama adalah balass dendam. Sebenarnya ‘basis’ STM ini kompak, sangat kompak, namun kekompakannya untuk jalan keburukan, dalam hal ini tawuran dan balas dendam. Jika ada salah seorang ‘basis’ yang terluka atau bahkan meninggal. Maka, ‘basis’ tersebut akan membalas dendam dengan membunuh salah satu anggota ‘basis’ musuh, begitu seterusnya.
Dengan hadirnya buku ini semoga para pelajar sadar bahwa pelajar tersebut harus diketahui apa yang ada dalam kehidupan mereka. Sehingga mampu ditemukan apa solusi yang tepat untuk mereka. Buku yang cocok dibaca untuk anak-anak STM yang bersangkutan, pelajar lainnya, guru dan juga pemerintah. Agar masalah ini menemukan dimana titik terangnya.
Kelebihan
Cerita ini dikemas rapi oleh penulis, membuat pembaca nyaman dalam membacanya dan terus penasaran akan bab selanjutnya. Di tengah-tengah novel terdapat hiburan seperti ilustrasi percakapan Kata-kata yang indah dipilih oleh penulis membuat pembaca tidak mudah bosan untuk membacanya. Hanya saja sampul novel ini terlalu sederhana, membuat pembaca baru tidak berminat untuk membelinya karena sampulnya yang terlalu sederhana. Padahal jika dibaca, dalamnya jauh lebih sempurna.
Kelemahan :
Cover terlalu sederhana
Terdapat beberapa kesalahan kata
Bahasa baku, akan terasa bosa jika pembca tidak suka bahasa yang terlalu baku
Kesimpulan :
Novel ini meceritakan tentang persahabatan yang selalu setia dalam
Keadaan apapun itu, dan dengan membaca novel ini kita bisa mengerti
Apa arti dari persahabatan.
Saran :
Sampul buku mungkin akan lebih baik jika covernya tidak terlalu sederhana ini, mungkin baiknya, lebih klasik menggambari cerita didalam bukunya.
Dan segera menerbitkan buku selanjutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar