Judul : Konspirasi Alam Semesta
Penerbit : Mediakita
Tahun Terbit : 2017
Tebal Buku : 238 halaman
“Seperti
apakah warna cinta? Apakah merah muda mewakili rekahannya, ataukah kelabu
mewakili pecahannya?”
Demikian tertulis di sampul belakang
buku Konspirasi Alam Semesta ini. Meskipun dengan pilihan kata yang sederhana,
sinopsis ini rasanya cukup untuk menggambarkan keseluruhan isi buku ini.
Penulis mengajak kita untuk kembali berpikir bahwa kata ‘cinta’ tidak melulu
tentang sepasang kekasih yang lekat dengan kisah romansanya. Buku ini
mengajarkan arti kata cinta dalam pengertiannya yang paling luas; cinta dalam
persahabatan, keluarga, bahkan cinta terhadap negeri ini.
Cerita
bermula saat Juang Astrajingga-sang tokoh utama- bertemu dengan Ana Tidae
secara tidak sengaja di depan sebuah toko buku. Pertemuan pertamanya pun kurang
menyenangkan pula. Juang tidak sengaja menabrak Ana saat hendak berbalik badan.
Alhasil, buku yang didekap Ana terjatuh. Saat tatapan mereka pertama bertemu,
Juang terpaku. Jagatnya berhenti seketika. Sesaat setelah gadis itu berlalu,
Juang merasa konyol. Lantas dilupakannyalah pertemuan mereka itu.
Namun
semesta memang selalu punya caranya sendiri dalam menggariskan takdir
seseorang. Juang dan Ana kembali dipertemukan berkat sebuah tugas dari atasan
Juang; meliput kisah hidup Shinta Aksara, seorang penari yang mengharumkan nama
Indonesia di mata dunia, melalui wawancara dengan putri semata wayangnya. Tak
disangka, ternyata Ana Tidae adalah putri dari sang penari. Sejak saat itu,
hati Juang yang sebelumnya berlabuh dari satu hati ke hati lainnya, menetapkan
tujuan akhirnya. Ana Tidae.
Setelah
pertemuan itu, Ana dan Juang menjadi lebih dekat dan diam-diam saling menyimpan
rasa. Namun kedekatan mereka hanyalah sebatas teman, lantaran Ana yang masih
menjadi milik orang lain. Namun pada akhirnya Ana dan Juang bisa bersatu saat
Ana memutuskan untuk meninggalkan Kang Deri-kekasihnya- yang mengkhianati Ana.
Setelah
akhirnya bisa bersatu, Ana dan Juang masih harus menghadapi hal pahit lainnya.
Juang datang membawa kabar bahwa ia harus meninggalkan Ana ke tanah Papua untuk
mengejar mimpinya membuat film dokumenter tentang sejarah Indonesia Timur.
Sepulangnya dari sana, Juang menerima kabar bahwa Ibunya kritis. Dan lagi,
Juang harus menerima kenyataan pahit. Ibunya meninggalkannya untuk selamanya.
Belum lagi, kekasihnya yang ternyata selama ini menyimpan tumor di kepalanya.
Ketika
akhirnya satu per satu ujian terlewati, Ana dan Juang hidup bahagia dengan kehidupan
pernikahan yang harmonis, Ana yang berhasil sembuh, dan kenyataan bahwa
sebentar lagi akan ada pelengkap dalam keluarga kecil mereka. Kebahagiaan
terasa semu seketika saat semesta kembali berkonspirasi untuk mempermainkan kehidupan
mereka. Ana harus menerima fakta bahwa Juang tidak bisa lagi bersamanya. Juang
telah pergi meninggalkannya ketika menjadi relawan untuk menyelamatkan banyak
jiwa ditengah amukan Gunung Slamet.
Kelebihan
Sangat
jarang sekali seorang penulis merilis dua karya sekaligus. Fiersa Besari, sang
penulis, selain menulis novel ini juga menulis lagu yang berkaitan dengan isi
novel ini. CD berisi lagu karya Fiersa Besari dan Kerabat Kerja yang menjadi
bonus dari novel ini cocok didengarkan sambil menyelami satu per satu kisahnya
lebih dalam.
Alur
novel ini tidak serumit judulnya. Justru cenderung ringan, karena diambil dari
kehidupan nyata yang mungkin saja semua orang pernah mengalaminya. Seperti
Juang yang jatuh cinta pada pandangan pertama, ataupun Ana yang dikhianati
kekasihnya. Meskipun ringan, namun tidak bisa ditebak kemana penulis akan
membawa cerita ini. Setelah membaca setengah buku, umumnya pembaca akan
langsung menyimpulkan bahwa cerita Juang dan Ana akan berujung bahagia bagai
dongeng. Siapa sangka, penulis justru menggunakan ending yang tragis untuk menutup cerita ini.
Keunggulan
lainnya dari novel ini adalah, banyak nilai kehidupan yang bisa diambil dari
banyak kisahnya. Dari sudut pandang Juang misalnya, pembaca diajak untuk lebih
mencintai negeri ini dengan segala kekayaannya. Sebagai seorang pengembara,
Juang berkelana ke daerah pedalaman Papua, Sulawesi, dan Sumatera. Dalam
pengembaraannya itulah Juang menyadari bahwa cintanya teramat dalam kepada
negeri ini. Pembaca juga diajak untuk mencintai orang tua, lewat kisah Juang
dan Ayah Ibunya. Juang yang sangat mencintai Ibunya, harus menguatkan
hatitatkala ia memutuskan untuk pergi dari rumah meninggalkan Ibunya karena
berbeda pendapat dengan ayahnya. Ketika ia kembali ke rumah, Ibu sudah dalam
keadaan sakit parah dan pada akhirnya harus meninggalkan Bapak, Juang, dan Fatah
untuk selamanya. Selain itu, nilai persahabatan pun digambarkan secara jelas
dalam persahabatan Dude dan Juang yang bermula dari sebatas kenalan yang
ditemui Juang ketika berkelana, sampai akhirnya menjadi sahabat yang tak
terpisahkan.
Kehebatan
lainnya dari sang penulis adalah, mampu menggambarkan suasana yang detail
mengenai kota Bandung yang menjadi saksi bisu kisah Juang dan Ana. Pembaca
diajak untuk berkeliling kota Bandung melalui aliran kisah Juang dan Ana. Kita
bisa membayangkan berburu kabut di Lembang sana, berjalan dibawah teduhnya
pepohonan di Jalan Braga, dan betapa ramahnya orang orang Bandung.
Kekurangan
Namun
masih ada beberapa kata yang kurang umum digunakan di masa kini. Seperti
‘mafhum’ misalnya. Di beberapa bab, penulis menggunakan kata yang umumnya
digunakan saat Orde Baru, seperti borjuis, eks-tapol (tahanan politik),
proletar, dan lainnya.
Penutup
Secara keseluruhan, novel ini cocok
untuk dibaca semua kalangan (kecuali anak-anak, tentunya). Sesungguhnya, novel
ini tidak bisa dikotakkan hanya dalam genre ‘novel romansa’ karena novel ini
menggambarkan makna cinta yang amat luas, tidak hanya romansa yang kesannya
‘sangat cinta-cintaan’. Novel Konspirasi Alam Semesta hanyalah satu dari banyak
karya mengagumkan oleh Bung Fiersa Besari. Masih banyak buku karangan Fiersa
Besari yang patut diacungi jempol, karena tuturan bahasanya yang sangat ‘kena
di hati’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar