Penulis Resensi : NABILA PUTRI BACHTIAR
Kelas : XI AKUNTANSI 2
Identitas Buku
Judul Buku : SEBUAH SENI UNTUK BERSIKAP BODO AMAT (PENDEKATAN YANG WARAS DEMI MENJALANI HIDUP YANG BAIK)
Judul Asli : THE SUBTLE OF ART OF NOT GIVING A F*CK
Penulis : MARK MANSON
Penerjemah : F. Wicakso
Penerbit : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Jumlah Halaman : 246 halaman
Pendahuluan
Penulis memilih buku ini karena buku ini merupakan buku non-fiksi yang berada di deretan Best-Seller nomor 1 di banyak toko Gramedia. Buku ini, merupakan buku non-fiksi yang bertajuk Self-Improvement, yang mana menurut banyak orang buku ini sangat recommended untuk dibaca.
Isi Resensi
Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodoamat merupakan buku terjemahan dari penulis sekaligus blogger asal Amerika yaitu Mark Manson. Buku ini rilis pada tanggal 13 September 2016 di Amerika Serikat dan diterjemahkan di Indonesia bulan Februari 2018.
Buku karya Mark Manson ini berisi tentang sebuah pendekatan berlawanan untuk kehidupan yang lebih baik. Pesan – pesan yang terkandung dalam buku ini sama seperti buku – buku self-improvement pada umumnya, namun pesan yang disampaikan melalui psikologi yang baik. Maksudnya, penulis menyampaikan pesan yang agak tidak enak didengar namun hal yang disampaikan sesuai dengan apa yang terjadi bagi banyak orang.
Kata “Bodo Amat” dalam buku ini tentang beberapa hal dalam hidup yang sebenarnya tidak perlu terlalu kita pikirkan. Kita bisa saja bersikap acuh tak acuh atau bodo amat terhadap hal yang kurang atau bahkan tidak penting di dalam hidup kita. Penulis ingin membuka pikiran kita lewat cara itu. Bagaimana bisa? Tentu saja bisa, di dalam buku ini penulis menjabarkan segala hal yang masuk akal untuk bisa kita lakukan dalam mengambil sikap acuh tak acuh.
Pertama, yaitu bersikap tidak peduli terhadap segala pikiran buruk dan perjuangan dalam mencapai sesuatu yang kita inginkan. Jadi, nikmati saja semua yang kita hadapi karena dalam mengejar suatu pencapaian selalu ada proses atau lika liku yang sudah pasti kita jalani. Kedua, penulis sekan mengajak pembaca untuk mencari hal – hal yang penting; yang berarti sudah menjadi prioritas kita. Sehingga kita dapat mudah bodo amat dengan hal – hal yang tidak begitu penting bagi hidup kita. Secara tidak langsung kita dapat belajar dewasa dengan memilah hal yang lebih penting dan juga dapat menghemat waktu serta tenaga untuk lebih bisa mengurusi hal – hal yang bermanfaat.
Banyak orang yang merasa gagal ketika tidak mendapat pekerjaan, banyak orang yang terlalu memikirkan sesuatu yang sudah tidak layak untuk teruskan. Banyak orang yang merasa bahwa hidup hanya untuk memikirkan kejadian yang sudah terjadi. Padahal, jauh dari itu masih banyak hal di dunia ini yang lebih penting untuk diprioritaskan. Kurang lebih, seperti itu pelajaran yang bisa didapat dari buku ini.
Meski begitu, tetap saja segala hal di dunia ini selalu beriringan. Ketika ada putih ada hitam, ketika gelap ada terang, tentu saja ketika ada kelebihan disitu ada kekurangan. Buku ini memiliki banyak kelebihan namun, juga tidak sedikit kekurangan. Apa sih kekurangannya? Kekurangan dalam buku ini adalah gaya bahasanya. Walaupun baik secara bahasa namun gayanya tidak sesuai dengan pembaca yang di bawah umur. Mungkin jika buku yang asli dibaca lebih banyak kata – kata kasar di sana. Namun karena diterjemahkan, buku ini hanya memiliki beberapa bahasa kasar saja. Meski beberapa, gaya bahasanya tetap saja tidak cocok untuk pembaca yang kurang paham dengan maksud yang tersirat dalam beberapa kata kasarnya atau kata – kata dewasa yang tidak biasa dijumpai di buku – buku self-improvement pada umumnya.
Namun, buku ini sudah dibatasi umurnya, karena di belakangnya ada tanda “18+” di mana maksud dari tanda itu adalah untuk memberitahu bahwa pembaca harus berumur setidaknya 18 tahun untuk membaca. Di luar itu, tetap saja buku ini sangat dianjurkan untuk dibaca bagi para pesimisme yang beredar di luar sana. Agar mereka dapat mengerti dan paham bahwa masih banyak hal yang setidaknya bisa kita lakukan tanpa memikirkannya terlalu sering hingga menimbulkan stress bahkan depresi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar