Disusun Oleh : Salsabila Cut Mutia
Judul Buku :
Ding Dong
Penulis : Yudhistira ANM Massardi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit :
1993
Tempat
Terbit : Jakarta
Tebal Halaman : 272 Halaman
Cetakan : Pertama
1. DINGDONG adalah
sebuah ‘novel jurnalistik” yang ditulis dengan cara Yudhis yang khas : jenaka
dan terbang-layang.Ini merupakan gabungan antara reportase dan fiksi. Sebuah
catatan perjalanan yang dibuat setelah pengarangnya yang juga wartawan,
mengikuti misi kesenian yang dipimpin oleh pakar tari Sardono. W. Kusumo ke
Festival Seni di Shiraz, Iran, 1976. ketika itu, Sardono membawa rombongan
seniman dari Desa Teges Kanginan, Bali. Ikut dalam misi ini antara lain Guruh
Soekarno Putra, I Wayan Diya, I Made Netra, dan Sentot S.Novel ini mengisahkan
tentang misi tersebut mulai dari persiapan hingga pulangnya rombongan dari
Iran. Tentu saja didalamnya juga terjalin kisah cinta yang rumit antaran
Palgunadi (si wartawan) dan pacar-pacarnya, termasuk gadis-gadis penari utama
dalam rombongan tersebut.Selain itu, Yudhis juga mengungkapkan dengan kocak
bagaimana sebuah proses “gegar budaya” terjadi selama masa sekitar dua bulan
itu. Menggelikan! Kisah ini dimulai dari diajaknya Palgunadi (tokoh utama,
alias Yudhis) oleh Sardono W. Kusumo (seorang koreografer) untuk ikut ke Iran
dalam rangka mengikuti festival kesenian di Shiraz. Sudah barang tentu ia akan
meninggalkan ranjang tidurnya agak lama, yaitu sekitar dua bulan. Palgunadi
yang diajak ke luar negeri itu memberi tahu bosnya (Palgunadi itu seorang
wartawan) dan juga kekasihnya , Putri ( masih pelajar), kalau ia akan pergi
beberapa bulan, Putri yang diberi tahu seperti itu akhirnya bersedih. Tak tahan
melihat Putri bersedih, Palgunadi pun akhirnya berjanji sebelum ia berangkat ia
akan berpamitan terlebih dahulu.Di luar dugaan, ternyata keberangkatan
Palgunadi dipercepat (ke Bali untuk mengurus segala persiapan). Dipercepatnya
keberangkatan itu dilaporkan Palgunadi kepada bosnya, yang diteruskan dengan
acara berpamitan dengan teman-temannya (dia lupa berpamitan pada Putri).
2. Kemudian ia pergi
ke rumah Sardono. Baru ketika di rumah Sardono, Palgunadi ingat bahwa ia belum
berpamitan kepada Putri. Ia pun langsung minta izin kepada mas Sardono untuk ke
rumah Putri terlebih dahulu (diizinkan). Di rumah Putri, Palgunadi masih
menunggu kepulangan kekasihnya itu dari sekolah, sampai geram. Akhirnya, waktu
Putri dating, ia langsung diomeli, dimarahi, dicaci, dimaki habis-habisan oleh
Palgunadi. Putri tidak terima, karena sudah terlalu capek untuk beradu caci
maki, ia pun melenyapkan diri ke dalam rumah (kunci pintu). Diperlakukan
seperti itu, Palgunadi semakin gusar. Lantas ia langsung amblas ke rumah Sardono.Dari
rumah Sardono, Palgunadi, Trisapto, dan tentu saja pak Sardono pergi ke Bali.
Lewat jalur udara (sebenarnya, sebenarnya
Putri bersedih atas kepergian Palgunadi). Ada yang sedikit disayangkan
Palgunadi, yaitu ia tidak mendapat cium perpisahan dari Putri, (hhmm). Setelah
pesawatnya mendarat, mereka langsung ke Denpasar, ke rumah Made Netra. Tapi
ternyata Netra sudah pergi. Akhirnya Palgunadi dkk langsung menyusul ke Teges
Kanginan (di Teges pak Sardono punya nama lain, pak Agung).
3. Sewaktu di Bali,
Palgunadi memiliki dua cinta, yaitu Etna (penari legong-gadis Bali tulent-hitam
manis-anak pak Sudra) dan Gusti (turis-anak orang Padang x inggris-tidak
terlalu tinggi untuk ukuran bule). Kalau Etna, Palgunadi kecantolnya pas Etna
manggung nari dan kalau Gusti, jatuhnya waktu Gusti datang mencari pak Sardono.
Kisah cinta Palgunadi pun dimulai lagi (Palgunadi itu buaya, asal suka, tak
peduli sudah punya, digarap saja!). Wanita yang berhasil belang Palgunadi
adalah Etna, Etna yang mendengar desas-desus hubungan Palgunadi dengan Gusti
merasa sakit, sakit sakali. Tidak hanya mendengar, sebelumnya Etna juga pernah
melihat mereka berdua berjalan bersama, , tetapi waktu itu belum ada pikiran
kalau mereka ada hubungan. Dikiranya, Cuma teman semata. Yach ! bodoh kau Palgun.Saat
keberangkatan menuju Iran pun tiba, namun Etna yang ikut ekspedisi itu ,masih
tidak betah dengan Palgunadi. Tapi Palgunadi tidak terlalu memperhatikan itu,
karena ia harus mengurusi surat-surat untuk tujuh puluh orang yang ikut ke
Iran. Pesawat pun terbang meninggalkan bvumi pertiwi. Dalam perjalanan itu,
semua orang Teges terkapar tak berdaya, lemas, sehingga Palgunadi dan Benni
harus berkeliling membagikan obat-obatan dan kantong plastic. (o. ya ketika
pesawat akan berangkat , Palgunadi mendapat kiss me good bye dari Gusti
disaksikan oleh Etna). Setelah terbang beberapa jam, pesawat mendarat di Bombay
untuk isi bahan bakar. Di India itu, perut-perut orang Teges semakin memual,
menjadi-jadi, ingin muntah.
4. Dua belas jam
mengangkasa sudah,pesawat pun sampai di Shiraz. (panas,,,,! Hari pertama).
Begitu sampai di asrama, orang-orang Teges langsung buka pakaian (saking
panasnya) dan nongkrong di teras atau di bawah pohon menunggu angin lewat.
Makan malam pertama, di rumah makan besar bertingkat, dengan bau tak sedap,
menyebabkan seluruh anggota rombongan sepakat untuk tidak makan. Dst. Etna
sakit (tentu saja ada di kamarnya). Palgunadi yang menjabat sebagai palang
merah diberi tahu Warsi (penari legong) untuk memberikan obat kepada Etna.
(haseg-haseg). Palgunadi yang sudah menggenggam obat ragu untuk memasuki kamar
Etna. Ia takut. Tapi ia pun akhirnya masuk juga. Etna terpejam terbaring di
ranjangnya. Dan ternyata disitu tidak ada Warsi, ia sudah lenyap. Mereka
tinggal berdua, (haduch,,, gawat). Takut dikira ngapa-ngapain, pintu langsung
ditutup, (tambah bahaya). Singkat saja, Palgunadi mencium kening, pipi.
5. Dalam keadaan yang
seperti itu, Palgunadi langsung kelabakan, (habislah kau Palgun). Tapi Etna
yang pusing hanya berkata “ aku pusing, minta pil”, wajahnya pucat. Palgunadi
langsung memberikan obat yang diminta Etna. Palgunadi sambil mendoakan,
hidungya didekatkan ke pipi Etna, hendak disentuhkan. Tapi Etna segera
mendorongnya, Palgunadi menciut.Hari-hari di Iran itu penuh dengan kemualan. Ya
seperti itulah, (langsung saja ya,,?) . pembukaan festival yang dihadiri ratu
Farah Diba (shahbanu) akhirnya dimulai dengan penampilan tari Cak. Setelah
berakhir. Ratu itu menyalami sikecil Badung (penari pembawa obor) lalu mencium
pipinya. Melihat itu, Palgunadi iri bukan main, ( haduch,,). Hari berikutnya di
Jahanema itu, tari Barong juga sukses. Tapi dalam tari Barong itu Palgunadi
hampir membuat kesalahan yang fatal. Palgunadi yang ditugasi memimpin barisan
pembawa umbul-umbul dan pedupaan bergerak sebelum waktunya. Sebenarnya
kesalahan terletak pada Sardono. Yang salah mengucapkan antara masuk dengan
keluar. Tapi kesalahan tetap tertuju pada Palgunadi. (untungnya kesalahan itu
bisa ditanggulangi). Palgunadi terkapar.Hari-hari terakhir di Iran. Palgunadi
hanya murung. Muncul Azhade (guide) untuk menghibur. Semangat Palgunadi bangkit
kembali oleh wanita cantik. Azhade berjanji akan menemani Palgunadi untuk
beberapa hari terakhir ini.( Palgunadi sumringah). Hari-hari berikutnya dilalui
Palgunadi dengan Azhade, penuh cinta dan ciuman.(tuh kan, Palgunadi suka ciuman).
Pulang (langsung sesampainya di Indonesia). Palgunadi yang sudah lelah,
langsung turun. Di airport ia langsung masuk ke kotak telepon. Ia menelepon
Putri. Tetapi ternyata yang mengangkat telepon itu bukan Putri, Palgunadi
sempoyongan.(bagian akhir cerita) Palgunadi pergi menuju rumah Putri. Ia
menumoahkan segala kerinduannya di lutut Putri. Tapi seluruh kata-katanya hanya
dibalas “aku sudah punya kekasih, aku sudah samenleven” (Duuaaarrrr,,,!).
Palgunadi gemetar, langit kelap-kelap, dan bumi? Semua orang tahu sendiri,,!
6. Ceritanya sangat
lucu dan menarik dikemas dengan rapih kalimat demi kalimat yang membuat para
pembaca semakin panasaran. Cerita yang unik sama seperti cerita komedi pada
umumnya. Tidak berbelit belit. Selain cerita yang menggelitik novel ini tidak
cocok dibaca untuk anak anak karna terdapat kata kata kasar didalamnya, Dan halaman
buku kurang tebal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar