“Hidup sesungguhnya adalah potongan-potongan antara perpindahan satu dengan lainnya. kita hidup di antaranya.” (hal. 254)Secara garis besar didalam novelnya ini juga Raditya Dika juga menganalogikan perpindahan dari hati ke hati lainnya seperti saat kita “pindah”.“Seperti rumah ini yang jadi terlalu sempit buat keluarga kami, gue juga menjadi terlalu sempit buat dia. Dan, ketika sesuatu sudah mulai sempit dan tidak nyaman, saat itulah seseorang harus pindah ke tempat lain yang lebih luas dan (dirasa) cocok untuk dirinya. Rumah ini tidak salah, gue dan dia juga tidak salah. Yang kurang tepat itu bila dua hal yang dirasa sudah tidak lagi saling menyamankan tetap dipertahankan untuk bersama. Mirip seperti gue dan dia. Dan dia, memutuskan untuk pindah” (hal. 29)
“Saat ini, gue jadi berpikir, proses pindah hati juga seperti pindah rumah. Terkadang , kita masih membanding-bandingkan siapa pun yang kita temui dengan mantan pacar. Ketika kenalan sama seseorang, kita membandingkan dengan kebiasaan mantan pacar kita. Seperti lazimnya orang yang masih terjebak di masa lalu, orang yang lebih baru pasti kalah dari mantan pacar kita yang sudah lama itu.” (hal. 244)
Banyak pesan moral yang diberikan Radit, Radit juga menceritakan tentang kasih sayang mamanya sewaktu Radit berada di Belanda, sebelum Radit berangkat ke Belanda mamanya berpesan untuk selalu membawa stok celana dalam yang banyak. Disini juga menceritakan tentang wawancara Radit terhadap para hantu yang lagi terkenal di Indonesia. Radit juga mempunyai penemuan baru dalam bidang ilmu untuk orang-orang jomblo. Akhirnya, radit dapat memaknai kehidupannya dengan cara berpindah-pindah seperti ikan salmon yang selalu berpindah-pindah untuk meneruskan kehidupannya.
“Kita gak mungkin selamanya bisa ketemu dengan orangtua. Kemungkinan yang paling besar adalah orangtua kita bakalan lebih dulu pergi dari kita. Orangtua kita bakal ninggalin kita, sendirian. Dan kalau hal itu terjadi, sangat tidak mungkin buat kita untuk mendengar suara menyebalkan mereka kembali.” (hal. 133)
Namun walau begitu Raditya Dika tetap menyelipkan humor dalam buku ini,seperti contoh dalam bab Pesan Moral Dari Sepiring Makanan, Bakar Saja Keteknya dan Jomblonology akan benar-benar mengocok perut para pembaca. Selain tulisannya yang “berbau” bijak dan humor,Raditya Dika juga menyuguhkan tulisan beraliran galau. Seperti contoh dalam tulisannya Sepotong Hati di Dalam Kardus Coklat, Penggalauan, Mencari Rumah Sempurna, Manusia Setengah Salmon benar-benar membuat para pembaca tenggelam dalam kegalauan hati yang sempurna.
Jenis dari novel ini adalah non fiksi dan komedi. Dalam novelnya Radit yang terakhir ini, Radit juga menambahkan potongan-potongan cerita dari novel-novel sebelumnya yang ada kaitannya dengan novel ini. Resensi novel Manusia Setengah Salmon ini, saya fokuskan pada unsur instrinsiknya. Karena isi atau ceritanya sangat bagus dan lebih menarik dari unsur ekstrinsiknya.
Kelebihan dari novel ini, Raditya Dika banyak memberikan pesan-pesan moral yang baik. Misalnya, “ Kalau mau dipikir-pikir, terkadang terlalu baik bisa membuat pacar kita takut. Kadang, kalau terlalu cuek, juga bikin dia marah. Masing-masing cewek/cowok punya kebiasaannya sendiri. Salah satu cara untuk meluluhkan seorang cewek/cowok adalah dengan meluluhkan keluarganya. Dan cara untuk meluluhkan keluarga seseorang adalah menerima dan mengikuti kebiasaan mereka”. ( Pesan Moral dari sepiring makanan, halaman 104 ).
Bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari anak jaman sekarang. Jadi, kalau kita membaca novel ini, kita langsung bisa memahami kata-kata yang disampaikan oleh Raditya Dika. Kemudian, dalam novel ini Raditya Dika memberikan simbol-simbol atau emoticon untuk kita, ini dimaksudkan untuk mewakili ekspresi wajah kita di handphone.
Novel terakhir karya Raditya ini memang sangat berbeda dengan novel sebelumnya. Novel ini mempunyai bab-bab pendek yang berisi ulasan dari twitternya Raditya Dika. Kemudian, di novel ini Radit memberikan banyak pesan moral dan tips-tips yang aneh tetapi nyata. Novel Manusia Setengah Salmon ini akan saya bandingkan dengan novel Radit yang pertama yaitu, Kambing Jantan.
Pada novel Kambing jantan, Radit membuat konsep novel tersebut seperti buku harian. Jadi, cerita-cerita dalam novel Kambing Jantan saling berhubungan antara bab satu dengan bab seterusnya. Sedangkan, novel Manusia Setengah Salmon antara bab satu dengan bab yang lain sudah tidak saling berhubungan. Karena, pada novel Manusia Setengah Salmon Radit memberikan satu judul dalam satu bab. Dalam novel Manusia Setengah Salmon ini terdiri dari 18 judul jadi, di dalam novel ini juga terdiri 18 bab, dengan cerita yang berbeda beda.
Kekurangan dalam novel ini adalah banyak cerita yang tidak nyambung dan terkesan tidak masuk akal. Misalnya, “Kita benar-benar tua di jalan. Saking tuanya gue di jalan gara-gara macet, bukan tidak mungkin beberapa tahun lagi, saat gue pergi dari rumah ke mal pas pulang ke rumah, gue udah punya istri lengkap dengan tiga orang anak. Dan, salah satu dari anak gue lagi hamil muda”. ( Bakar saja keteknya, halaman 45 ).
Dari resensi novel Manusia Setengah Salmon yang saya buat ini, bahwa novel Manusia Setengah Salmon layak untuk dibaca kalangan remaja maupun dewasa. Novel ini juga syaran akan pesan – pesan moral tentang makna perpindahan, kita tidak dapat mengindari proses perpindahan tesebut karena proses itu terjadi seiring jalannya waktu. Kita hanya dapat menikmatinya saja agar perpindahan tersebut terasa menyenangkan dan kita juga harus siap untuk perpindahan yang tidak terduga dan tidak sesuai dengan kemauan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar