Disusun Oleh : Sherli Anggraeni
1. Martin Luther, lahir di Eisleben, Kekaisaran Romawi suci,
10 November 1483. “Rumah Luther”, asrama tempat tinggal Luther dari usia
14 sampai 17 tahun ketika belajar di sekolah swasta di Eisenach.
2. Martin luther adalah anak dari seorang penambang bernama
Hans Luther dan ibunya bernama Margarrethe. Karena berhasil berkembang dari
kalangan buruh tani, ayahnya bertekad bahwa anaknya harus menjadi pegawai
negeri dan memberikan kehormatan kepada keluarganya. Dengan harapan itulah Hans
mengirimkan Luther yang masih kecil untuk belajar di Mansfeld, Magdeburg dan
Eisenach.
3. Pada usia 17 tahun 1501, Luther masuk ke Universitas
Erfurt. Mahasiswa muda ini mendapat gelar sarjananya pada tahun 1502, dan gelar
magisternya pada tahun 1505. Mengikuti harapan sang ayah, Luther mendaftarkan
diri di sekolah hukum di universitas tersebut.
4. Semuanya itu berubah ketika suatu hari di musim panas
tahun 1505, terjadi serangan badai petir menyambar di dekatnya ketika ia sedang
berjalan pulang dari sekolah. Dalam ketakutannya, Luther berjanji jika ia
selamat, ia akan menjadi biarawan. Karena nyawanya selamat, ia pun meninggalkan
sekolah hukumnya dan masuk kee biarawan Augustinian di Erfurt. Biarawan Mrtin
Luther sepenuhnya mengabdikan dirinya pada kehidupan biara, berusaha melakukan
segala perbuatan baik untuk menyenangkan Allah dan melayani orang lain melalui
doa-doa untuk jiwa-jiwa mereka. Ia mengabdikan diri dengan puasa, menyiksa
diri, berdoa selama berjam-jam, melakukan ziarah, dan terus-menerus melakukan
pengakuan dosa. Semakin ia berusaha untuk dekat Allah, tampaknya ia semakin
sadar akan keberadaannya yang penuh dengan dosa.
5. Ia memerintahkan biarawan itu untuk mengembangkan
karirnya sebagai akademis. Pada 1507, Luther ditahbiskan menjadi Imam. Pada
tahun 1508, Ia mulai mengajar teologi di Universitas Wittenberg. Selain
tugas-tugasnya sebagai seorang Profesor, Martin Luther melayani sebagai
pengkhotbah dan penerima pengakuan dosa.
6. Luther mendapatkan
gelar sarjananya dalam studi Alkitab pada 9 Maret 1508, dan gelar sarjananya
dalam Sentences karya Petrus Lombardus( buku ajar teologi yang terutama pada
zaman pertengahan), pada 1509. Pada 9 Oktober 1512, Martin Luther menerima
gelar Doktor teologinya dan pada 21 Oktober 1521, Ia diterima menjadi anggota
senat dosen teologi dan diangkat menjadi Doktor dalam Kitab Suci. Disiplin yang
sangat ketat untuk mendapatkan gelar-gelar akademik ddan mempersiapkan kuliah,
mendorong Martin Luther untuk mempelajari Kitab Suci secara mendalam. Ia
menjadi yakin bahwa gereja telah keliru dalam beberapa kebenaran sentral dari
kekristenan yang diajarkan dalam Kitab Suci, yang terpenting diantaranya adalah
doktrin tentang pembenaran oleh iman semata. Luther mulai mengajarkan bahwa
keselamatan sepenuhnya adalah pemberian dari anugerah Allah melalui Kristus
yang diterima oleh iman.
7. Belakangan, Luther mendefinisikan dan memperkenalkan
kembali prinsip tentang pembedaan yang semestinya antara Hukum Taurat dan Injil
yang mendasari teologinya tentang anugerah. Secara keseluruhan, Luther percaya
bahwa prinsip penafsiran ini merupakan titik awal yang penting dalam
mempelajari Kitab Suci. Luther melihat kebenaran yang berasal dari Alkitab
mula-mula dan melihat kesalahan orde gereja katolik yang banyak menutup-nutupi
doktrin Alkitab sebenarnya. Dalam melakukan tugas-tugas inilah pastor muda itu
diperhadapkan dengan berbagai akibat yang timbul ketika orang biasa harus mendapatkan
indulgensia. Indulgensia adalah penghapusan (sepenuhnya atau sebagian) dari
penghukuman sementara yang masih ada bagi dosa-dosa setelah kesalahan seseorang
dihapuskan melalui absolusi (pernyataan oleh imam bahwa dosa seorang telah
dihapuskan). Saat itu terjadi penyalahgunaan indulgensia oleh oknum-oknum
gereja, yaitu sebuah indulgensia dapat dibeli seorang umat untuk dirinya
sendiri ataupun untuk salah seorang sanak keluarga yang sedang berada di api
penyucian. Johann Tetzel, seorang imam Dominikan, ditugasi berkeliling di
seluruh wilayah keuskupan Uskup Agung Albert dari Mainz untuk mempromosikan dan
menjual indulgensia untuk merenovasi Basilika St.Petrus di Roma. Tetzel sangat
berhasil dalam hal ini, Ia menganjurkan: “ Begitu mata uang bergemerincing di
dalam kotak, jiwa yang sedang menanti di api penyucian pun akan terlepas”.
Luther menganggap penjualan indulgensia ini sebagai penyelewengan yang dapat
menyesatkan umat sehingga mereka hanya mengandalkan indulgensia itu saja dan
mengabaikan pengakuan dosa dan pertobatan sejati. Luther menyampaikan tiga
khotbah menentang indulgensia ini pada 1516 dan 1517. Pada 31 Oktober 1517,
menurut laporan tradisional, 95 dalil Luther dipakukan pada pintu Gereja Kastil
sebagai undangan terbuka untuk memperdebatkannya. Luther sebetulnya tidak
menempatkan ke-95 dalil itu di pintu Gereja Wittenberg yang sebagaimana
dikatakan legenda, tetapi menerbitkan salinannya. Dalil-dalinya itu mengutuk
keserakahan dan keduniawian di dalam Gereja Katolik dan dianggap sebagai
penyimpangan. Luther mengeluarkan bantahan teologis tentang apa yang dapat
dihasilkan oleh indulgensia itu. Luther tidak menantang wewenang Paus untuk
mengeluarkan Indulgensia dalam dalil-dalilnya itu. Ke-95 dalil Luther segera
diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, disalin dan dicetak secara luas. Dalam
waktu dua minggu, dalil-dalinya telah menyebar ke seluruh Jerman, dan dalam
waktu dua bulan ke seluruh Eropa. Ini adalah salah satu peristiwa pertama dalam
sejarah yang dipengaruhi secara mendalam oleh mesin cetak, yang membuat
distribusi dokumen lebih mudah dan meluas. Setelah meremehkan Luther sebagai “seorang Jerman mabuk
yang menulis dalil-dalil itu” yang “bila ia kembali sadar, ia akan berubah
pikiran,” Paus Leo X memerintah Sylvester Mazzolini, seorang profesor teologi
Dominikan, yang juga dinamai prierias(atau prieras), sesuai dengan nama tempat
kelahirannyan priero, pada 1518, untuk menyelidiki masalahnya. Prierias
mengenali perlawanan Luther yang tersirat terhadap kewibawaan paus karena
berbeda pendapat dengan bula kepausan. Karena itu ia menyatakan Luther sebagai
penyesat, dan menulis bantahan ilmiah terhadap dalil-dalilnya. Bantahan ini
menegaskan kewibawaan paus terhadap Gereja dan menolak setiap penyimpangan
daripadanya yang dianggap sebagai ajaran sesat. Luther menjawab dalam cara yang
sama, sehingga berkembanglah suatu pertikaian. Sementara itu, Luther ikut serta dalam sebuah pertemuan
biarawan Augustinian di Heidelberg. Di sana ia menyajikan tesisnya tentang
perbudakan manusia di dalam dosa dan tentang anugerah ilahi. Dalam pertikaian
mengenai indulgensia, muncullah pertanyaan tentang kekuasaan dan wewenang paus,
karena doktrin tentang “Khazanah Gereja,” “Kazanah Jasa,” yang mendasari
doktrin dan praktik indulgensia, didasarkan pada bulan Unigenitus(1343) dari
paus Clemens VI. Karena perlawanannya terhadap doktri itu, Luther dicap sesat,
dan paus, yang telah bertekad untuk menekan pandangan-pandangannya,
memanggilnya ke Roma.namun karena mengalah kepada frederick sang pemilih, yang
diharapkan oleh paus akan menjadi kaisar romawi suci berikutnya dan yang tidak
rela berpisah dengan teolognya, paus tidak menekan masalahnya lebih jauh.
Kardinal kayetanus diutus paus untuk menerima janji ketaatan Luther di
Augsburg-jerman(oktober 1518).Luther, meskipun secara tersirat mengaku taat
kepada Gereja, kini dengan berani menyangkal kewibawaan paus, dan naik banding
pertama-tama “dari paus yang berkurang pengetahuan kepada paus yang mestinya
lebih tahu” dan kemudian (28 November ) kepada konsili umum. Luther kini
meyatakan bahwa lembaga kepausan bukanlah bagian dari hakikat Gereja yang asli
dan yang tidak dapat berubah.
Karena ingin tetap memelihara hubungan baik dengan
Luther, paus membuat upaya terakhir untuk meyalesaikan konfliknya denga Luther
secara damai.sebuah konferensi dengan pejabat tinggi kepausan, Karl Von Miltitz
di Altenburg pada januari 1519 membuat Luther sepakat untuk berdiam diri selama
lawan-lawanya pun demikian, menulis sebuah surat yang rendah hati kepada paus,
dan menyusu sebuah risalat yang membuktikan rasa hormatnya kepada Gereja
Katolik. Surat tu ditulis, namun tidak pernah dikirim, karena tidak mengandung
pernyataan bahwa Luther menarik ajaran-ajarannya. Dalam risalat bahasa jerman
yang ditulisnya belakangan, Luther, meskipun mengakui api penyucian,
indulgensia terhadap api penyucian.
Ketika Johann Eck menantang rekan Luther, Carlstadt,
untuk berdebat di Leipzing, Lluther bergabung disitu (27 juni-18 juli 1519).
Sementara debat berlangsung Luther menyangkal hak ilahi jabatan dan wewenang
kepausan, dan berpendapat bahwa “kuasa atas kunci-kunci itu” telah diserahka
kepada Gereja (yaitu, jemaat yang setia). Ia menyangkal bahwa keanggotaan dalam
Gereja Katolik Barat dibawah paus merupaka prasyarat bagi keselamatan, dan
berpegang pada keabsahan Gereja (Ortodoks) Yunani. Setelah perdebatan itu,
Johann Eck mengklaim bahwa ia talah memaksa Luther untuk mengakui bahwa
Doktrinnya sama dengan doktrin Jan Hus yang telah dihukum mati dengan dibakar.
Eck menganggap bahwa hal ini menbuktikan klaimnya sendiri bahwa Luther adalah
“si Hus dari saxon” dan gembong penyesat.
Luther memberi judul (dalam bahasa inggris) The
Disputation of Doctor Martin Luther on the power and Efficacy of Indulgences,
dan mengkritik dalamnya ajaran Gereja barat mengenai asas menghapuskan dosa,
kuasa paus dan lain sebagainya.
Kajian mengenai Surat Paulus, terutamanya surat kepada
jemaat diRoma memberika kesan kepada Luther akan asas sola fide (hanya karena
iman). Hanya imanlah yang dapat meyelamatkan manudia yang diberikan tuhan
berdasarkan anugrahnya (sola gratia) kepada manusia seperti yang dijelaskan
menurut Alkitab (sola scriptura). Luther sangat menentang ajaran gereja pada
saat ituyang dianggapnya menawarkan keselamatan denga murah dengan cara menjual
surat -surat penghapusan dosa (indulgensia).
Pada mulanya Luther percaya bahwa dia akan dapat
memperbarui Gereja Roma dari dalam dalil-dalilnya tetapi paus
menganggappendapatnya sesat dan mengucilkannya (ekskomunikasi dari Gereja
Katolik denurge gan akta Exsurge Domine pada tanggal 15 juni 1520. Pada bulan
Oktober Luther membakar ijazahnya ditempat umum dan menunjukkan kesungguhannya
bahwa dia tidak akan taat kepada Gereja kecuali mereka menurut kata-katanya.
Kaisar Charles V meresmikan persidangan imperial Diet of
Worms pada 22 januari 1521. Ini merupaka peluang terakhir Luther untuk mengakui
bahwa apa yang diajarkannya adalah salah. Namun Luther tetap mempertahankan
ajarannya. Selepas persidangan Diet, Luther dinyatakan sebagai orang buangan
oleh Diet.
Dengan bantuan rekannya, Luther bermukim di balaikota
Wartburg, berdekatan dengan Erfurt. Dalam balaikota tersebut, dia menerjemahkan
Alkitab Perjanjian Baru dari bahasa Yunani ke bahasa Jerman. Kemudian dia juga
menerjemahkan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Jerman.
8. Luther mengasaskan ajarannya sendiri dengan rekannya
Philip Melanchton dan meninggal di Eisleben, kekaisaran Romawi Suci, 18
Februari 1546 pada umur 62 tahun.
Daftar pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar