Lonceng Ibu “Pengabdi Setan”
Disusun oleh : Devita Sepriana
Judul :
Pengabdi Setan
Tahun Rilis :
2017
Sutradara : Joko Anwar
Pemain : Ayu Laksmi
Sutradara : Joko Anwar
Pemain : Ayu Laksmi
Orientasi
:
Film horor Pengabdi Setan garapan Joko Anwar
ini adalah sebuah daur ulang dari versi yang digarap Sisworo Gautama Putra
tahun 1980. Pengabdi Setan
merupakan film horor Indonesia yang
dirilis pada 28 September 2017
berdurasi selama 107 menit, yang disutradarai dan ditulis oleh Joko
Anwar dan diproduksi oleh Rapi Films. Film ini adalah
pembuatan ulang dari film
berjudul sama pada tahun 1980
silam.
Film
ini menceritakan tentang sebuah keluarga kecil yang mengalami keterpurukan di
tahun 1981. Sang ibu, yang sebelumnya seniman dan penyanyi terkenal kini
mendadak sakit selama 3 tahun. Karena tak ada lagi pemasukan dan perlunya biaya
pengobatan, mereka pun hidup serba kekurangan. Mereka tinggal di rumah neneknya yang berada di tengah hutan dekat areal
pemakaman, menambah suasana mencekam di keluarga ini.
Ada
dua hal yang kerap membuat Bondi (Nasar Anuz) ketakutan di rumahnya sendiri.
Yang pertama adalah jendela kamarnya yang langsung menghadap areal pemakaman. Bocah
SD itu kerap membayangkan bakal ada mayat hidup yang bangkit dari salah satu
makam di sana.
Satu
hal lagi yang membuatnya takut adalah sang ibu (Ayu Laksmi) yang terbaring di
kamar lantai atas dan digerogoti penyakit misterius. Ibunya itu kini berwajah
sangat pucat pasi, kadang megap-megap dan membuka lebar-lebar mulutnya seperti
kehabisan napas.
Satu-satunya
cara untuknya berkomunikasi dengan anak-anaknya adalah melalui lonceng yang ia
bunyikan. Beruntung ada si sulung Rini (Tara Basro) dan adiknya Toni (Endy
Arfian), yang telaten mengurusi sang ibu serta adik terkecil mereka, Ian (M.
Adhiyat). Meski sang ayah (Bront Palarae) mengusahakan pengobatan sang ibu,
takdir berkata lain. Sang ibu meninggal dunia dan dimakamkan di kuburan dekat
rumah. Terbelit kebutuhan ekonomi, sang ayah lantas meninggalkan rumah, pergi
ke luar kota dan menitipkan keluarganya di tangan dua anak tertuanya.
Tak
lama setelah itu, kejadian aneh mulai dialami keluarga ini. Bahkan kejadian
nahas menimpa sang nenek (Elly D Luthan), yang sudah merasa bahwa suatu
kekuatan jahat tengah melingkupi keluarga mereka. Rini akhirnya tergerak untuk
menyelidiki hal ini.
Jika
kamu pernah menonton film-film tentang organisasi rahasia yang selama ini ada
di sekitar kita, maka film ini membawa stereotype dan atmosfir yang
sama. Sampai akhir cerita, kita dibuat bertanya-tanya tentang organisasi ini. Sangat jarang terjadi, atau setidaknya sangat jarang sukses di film Indonesia.
Penulis sendiri mengakui bahwa film lain memang banyak yang mencoba membuat
Plot Twist, namun hanya sedikit yang benar-benar sukses.
Pengabdi
Setan versi baru ini bisa dibilang sebagai film adaptasi yang berhasil. Film
ini cukup kuat untuk muncul sebagai sebuah film baru yang berdiri sendiri, tapi
tetap tak kehilangan "rasa" dari film aslinya. Dari
segi cerita misalnya, sudah tak ada lagi sosok misterius Darminah yang menjadi
motor penggerak film aslinya. Namun, adegan-adegan ikonis dalam film
pendahulunya, seperti saat Toni didatangi sang ibu, juga dibuat ulang dengan
cara yang baru.
“Bintang utama" dari film ini jelas adalah sosok ibu yang diperankan oleh Ayu Laksmi. Performa Ayu Laksmi, ditunjang oleh departemen kostum dan tata rias yang mumpuni, membuat sosok ini terasa begitu menyeramkan, apa pun yang ia lakukan. Bahkan di saat masih hidup pun sang ibu masih mampu mendirikan bulu roma penonton.
Kengerian sosok ini ditunjang dengan cara bercerita Joko Anwar, yang tak banyak mengandalkan jump scare dalam filmnya. Sebaliknya, Joko membangunnya lewat atmosfer di film ini, lewat teknik sinematografi dan permainan audio. Hasilnya, nyaris setiap menit dalam rumah ibu mampu menghadirkan teror yang mencekam penonton.
Tafsiran
Film
ini juga sukses menampilkan Plot Twist yang tak dipikirkan oleh penonton lain.
Para penonton sudah dibangun tentang jalan cerita A sejak awal, lalu tiba-tiba
berubah menjadi B di pertengahan cerita. Mungkin terkesan berlebihan, namun
ending film ini memang berbeda, dan benar-benar membuat kita terdiam, bahkan
ketika layar sudah menjadi gelap dan berakhir, kita masih terdiam di kursi
masing-masing.
Tak hanya diam, banyak pertanyaan yang berputar di kepala kita tentang akhir dari filmnya. Joko Anwar sukses membuat kita seakan menonton film jadul. Pertama, latar lokasi memang berada di tahun 1981, tentunya semua dekorasi sampai kendaraan mengikuti masanya. Kedua, adanya candaan atau joke ala-ala tahun 80an, yang mungkin jika kamu penggemar film jadul, kamu akan menyadarinya. Joko Anwar sukses mengarahkan film ini dengan baik.
Evaluasi
Tentunya
film ini bukan tanpa cela. Ada juga kekurangan dalam film ini. Salah satunya
adalah adanya plot hole yang tak dijelaskan sampai akhir cerita. Ada juga
adegan stereotype film yang terbukti salah, namun tetap digunakan, salah
satunya adalah mendobrak pintu menggunakan bahu. 31 Alur cerita sejak
pertengahan menjelang akhir juga terkesan datar dan terburu-buru, berbeda
dengan awal hingga pertengahan yang sukses membuat kita ketakutan dan penasaran
dengan apa yang terjadi.
Kekecewaan penulis secara pribadi datang dari poin Jumpscare. Di Trailer, tak banyak Jumpscare yang diperlihatkan. Penulis pun berharap cukup tinggi dengan hadirnya kesan horror tanpa Jumpscare cheese ala film James Wan. Namun ternyata, di dalam film tetap ada Jumpscare cheese tersebut, meskipun Joko Anwar sukses mempermainkan rasa kaget kita.
Satu
hal yang sebenarnya sangat disayangkan dari film ini, yakni adalah bagaimana
twist dalam cerita diurai. Dalam sebuah storytelling, baik tulis maupun
sinema, lazim dikenal sebuah adagium ‘show, don’t tell’. Yakni jangan
ceritakan mentah-mentah kisah yang ingin disampaikan, tapi gambarkan, sehingga
pembaca atau penonton menemukan sendiri kepingan kunci dalam cerita tersebut.
Mendapati kepercayaan untuk menggarap ulang film horor lawas Pengabdi Setan bukanlah hal mudah bagi sutradara Joko Anwar. Sejak mengarahkan film Janji Joni sekitar 10 tahun yang lalu, Joko telah bermimpi untuk menggarap ulang film horor '80-an itu. Joko mengungkap, Pengabdi Setan menjadi film orisinal yang menggerakkan Joko untuk menjadi sineas. Setelah perjuangan, bujuk rayu hingga akhirnya pembuktian keseriusan untuk menggarap ulang film tersebut, Joko berhasil mendapatkan perhatian produser Rapi Films, Sunil Samtani. Kebetulan Rapi Films memang ingin membuat ulang film itu, meski sebetulnya rumah produksi itu sebenarnya sudah memiliki calon sutradara. Beruntung, ide Joko tampak lebih menarik bagi Sunil. Namun setelah berhasil dikukuhkan menjadi sutradara film Pengabdi Setan versi baru, perjuangan Joko belum usai. Dia masih perlu mengemas film yang terbilang legendaris setidaknya lebih baik dari yang sebelumnya.
Mendapati kepercayaan untuk menggarap ulang film horor lawas Pengabdi Setan bukanlah hal mudah bagi sutradara Joko Anwar. Sejak mengarahkan film Janji Joni sekitar 10 tahun yang lalu, Joko telah bermimpi untuk menggarap ulang film horor '80-an itu. Joko mengungkap, Pengabdi Setan menjadi film orisinal yang menggerakkan Joko untuk menjadi sineas. Setelah perjuangan, bujuk rayu hingga akhirnya pembuktian keseriusan untuk menggarap ulang film tersebut, Joko berhasil mendapatkan perhatian produser Rapi Films, Sunil Samtani. Kebetulan Rapi Films memang ingin membuat ulang film itu, meski sebetulnya rumah produksi itu sebenarnya sudah memiliki calon sutradara. Beruntung, ide Joko tampak lebih menarik bagi Sunil. Namun setelah berhasil dikukuhkan menjadi sutradara film Pengabdi Setan versi baru, perjuangan Joko belum usai. Dia masih perlu mengemas film yang terbilang legendaris setidaknya lebih baik dari yang sebelumnya.
Salah satu perjuangan keras Joko
adalah pencarian lokasi syuting yang dianggap dapat mewakili visualisasi
cerita. Ia mengaku bahwa hal itu adalah yang cukup sulit selama masa produksi.
Sebelum menemukan lokasi yang tepat di Pengalengan, tim produksi Pengabdi
Setan membutuhkan waktu selama empat bulan untuk pencariannya. Itu dimulai
dari pencarian di daerah Ibu Kota Jakarta.
Saat mencari di kawasan Puncak Bogor, Jawa
Barat, Joko mengatakan timnya mendapatkan lokasi yang bagus
dan menarik. Namun kendala izin dari pemilik serta setelah penelusuran kembali
ada yang dirasa kurang cocok, mereka pun mulai mencari tempat lain. Radius
pencarian pun kembali diperluas, hingga akhirnya menemukan sebuah rumah tua di
daerah Pengalengan yang cukup jauh dari lokasi awal yang diinginkan.
Sunil
mengatakan Pengabdi Setan yang digarap mulai dari ide cerita, naskah,
hingga penyutradaraan oleh Joko Anwar ini membutuhkan lebih banyak anggaran
dibanding film horor dia biasanya karena bertekad menjaga nuansa era 1980-an
seperti pada film aslinya. Ia menjelaskan, tim produksi bahkan mendesain ulang
sebuah rumah kuno di Pengalengan, Jawa Barat, untuk menjadi lokasi pembuatan Pengabdi
Setan. Ini dilakukan demi 'memuaskan' nuansa yang diinginkan sang
sutradara. Meski tak menjelaskan dengan lugas nominal yang dibutuhkan untuk
membangkitkan kembali 'arwah ibu' dalam Pengabdi Setan, Sunil memastikan
bujet melebihi Rp 2 miliar.
Rangkuman
Jadi, kesedihan akan harapan yang tak
kunjung tiba membuat sang ibu mencari sosok yang mampu memberinya jalan keluar.
Namun, Sayang ia meminta pada sosok yang tidak tepat. Meminta pada setan yang
seolah memberikan jalan keluar, padahal sesungguhnya semakin membawa kesengsaraan.
Film ini secara tersirat mengingatkan kita untuk selalu mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Besar. Satu-satunya tempat bersandar yang mampu melindungi dan
memberikan jalan keluar terbaik atas segala masalah.
Film Pengabdi Setan bisa dibilang sebagai
salah satu film horor Indonesia yang paling solid belakangan ini. Bagi kamu
yang sudah menantikan kebangkitan film horror Indonesia dengan cerita dan
nuansa yang benar-benar mencekam, maka film ini sangat layak untuk ditonton.
Joko Anwar sukses membawakan misteri ke dalam cerita, sehingga penonton selalu
bertanya-tanya dan penasaran dengan kelanjutannya.
Daftar Pustaka
- https://id.wikipedia.org/wiki/Pengabdi_Setan_(film_2017) diakses pada 4 Mei 2018
- https://www.duniaku.net/2017/09/29/review-pengabdi-setan diakses pada 4 Mei 2018
keren bagus semangat
BalasHapus