Disusun oleh: Puji Lestari Ananda Putri
Kemiskinan
adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk
hidup layak. Ketidakmampuan tersebut ditunjukkan oleh kondisinya yang berada di bawah garis
nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan.
Dalam
perspektif kesejahteraan sosial, kemiskinan mengarah pada keterbatasan individu atau kelompok
untuk mengakses jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan
kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas. Keterbatasan individu karena
adanya faktor penghambat berupa faktor internal yang bersumber dari si miskin
itu sendiri, seperti rendahnya pendidikan dan adanya hambatan budaya.
Sedangkan, faktor eksternal berasal dari luar kemampuan sesorang tersebut,
seperti birokrasi atau peraturan-peraturan resmi yang menghambat seseorang
mendapatkan sumber daya.
Kemiskinan
juga dapat dipandang dalam perspektif sebab dan akibat. Sebagai sebab,
kemiskinan merupakan akar dari sebagian besar tindak kriminalitas. Fenomena
pencurian, perampokan atau pembunuhan, dan kasus-kasus bunuh diri atau
kelaparan disebabkan oleh kemiskinan. Sebagai sebuah akibat, kemiskinan
merupakan suatu produk praktek ketidakadilan. Ketidakadilan pemimpin, hukum
atau sistem, bahkan ketiganya. Pemimpin yang tidak adil akan menempatkan orang
miskin sebagai ’sampah’ yang tidak perlu dipikirkan. Sehingga, pemimpin seperti
ini hanya akan mementingkan kepentingan dirinya dan orang-orang disekitarnya,
tidak peduli jutaan orang merintih dalam kemiskinannya
Jenis kemiskinan dan
penyebabnya
Banyak
perspektif yang yang menjelaskan bentuk-bentuk kemiskinan. Menurut Jamasy
(2004) terdapat empat bentuk kemiskinan yang mana setiap bentuk memiliki arti
tersendiri. Keempat bentuk tersebut adalah kemiskinan absolut dan kemiskinan
relatif yang melihat kemiskinan dari segi pendapatan, sementara kemiskinan
struktural dan kemiskinan kultural yang melihat kemiskinan dari segi
penyebabnya.
1) Kemiskinan
absolut terjadi apabila tingkat pendapatannya dibawah garis kemiskinan atau
sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimun, antara
lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang
diperlukan untuk meningkatkan kapasitas agar bisa hidup dan bekerja. Kemiskinan
jenis ini mengacu pada satu standard
yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat /negara.
2) Kemiskinan
relatif adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada posisi di atas garis
kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibanding pendapatan masyarakat
sekitarnya.
3) Kemiskinan
struktural ialah kondisi atau situasi miskin karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan
ketimpangan pendapatan. Kemiskinan struktural muncul karena ketidakmampuan
sistem dan struktur sosial dalam menyediakan kesempatan-kesempatan yang
memungkinkan si miskin dapat bekerja.
4) Kemiskinan
kultural mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan
oleh faktor budaya. Sikap budaya itu, seperti tidak mau berusaha untuk
memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif, meskipun ada
usaha dari pihak luar untuk membantunya. Sedangkan, kebudayaan kemiskinan,
merupakan kemiskinan yang muncul sebagai akibat adanya nilai-nilai atau
kebudayaan yang dianut oleh orang-orang miskin, seperti malas, mudah menyerah
pada nasib, kurang memiliki etos kerja dan sebagainya. Ciri dari kebudayaan
kemiskinan ini adalah masyarakat enggan mengintegrasikan dirinya dalam
lembaga-lembaga utama, sikap apatis, curiga, terdiskriminasi oleh masyarakat
luas.
Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan
tidak disebabkan oleh faktor tunggal, dan
juga tidak terjadi secara linier. Sebaliknya, kemiskinan bersifat
majemuk dan disebabkan oleh multi faktor yang saling terkait satu dengan yang
lain. Secara prinsip ada tiga faktor penyebab kemiskinan, yaitu faktor
struktural, faktor kultural, dan sumberdaya alam yang terbatas (Mubiyarto,
1993; Sumodiningrat 1998; Rocman, 2010; Handoyo, 2010).
Faktor struktural penyebab
kemiskinan berupa :
1. Struktur
sosial masyarakat yang menyebabkan sekelompok orang berada pada lapisan miskin.
Keluarga miskin dengan kepemilikan lahan yang sempit, atau bahkan tidak punya
sama sekali. Anak-anak yang lahir dari keluarga seperti ini, sejak awal sudah
mewarisi kemiskinan tersebut..
2. Praktek
ekonomi masih jauh dari nilai-nilai moral Pancasila yang bertumpu pada
kebersamaan, kekeluargaan, dan keadilan. Dalam praktek kehidupan lebih mengarah pada praktek ekonomi pasar
bebas yang mengagungkan kompetisi dan individu dari pada kebersamaan,
kekeluargaan, dan masih jauh dari nilai keadilan.
3. Paradigma
ekonomi masih bertumpu pada ekonomi neoliberal yang kapitalistik. Dalam Peradaban global diakui bahwa pengaruh
ekonomi kapitalistik demikian besar.
4. Konsistensi
terhadap nilai-nilai moral Pancasila yang masih kurang. Pancasila merupakan
seperangkat nilai-nilai luhur dan mulia yang menggambarkan hubungan mausia
dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam. Jabaran
nilai-nilai luhur tersebut tersurat dan tersirat dalam Undang-Undang Dasar
1945. Pancasila mengajarkan praktek ekonomi yang demokratis, berkeadilan,
efisien, dan berkelanjutan, dan menempatkan posisi negara sebagai entitas yang
penting sebagai regulatator dan eksekutor. Namun, kenyataanya praktek ekonomi
lebih berpihak kepada ekonomi modal besar dari pada rakyat. Nasib ekonomi
kerakyatan menjadi kurang jelas, dan kurang berkelnjutan.
Faktor kultural penyebab
kemiskinan berupa:
1) Penyakit
individu (patologis) yang melihat
kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si
miskin.
2) penyebab
keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga.
3) penyebab
sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan
sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar.
4) penyebab
agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi.
Faktor sumberdaya alam yang
terbatas berupa:
1) Tanah
yang semakin tandus dan terkontaminasi bahan kimia.
2) Curah
hujan yang rendah hingga kering.
3) Wilayah
tambang yang sudah tinggal sisa-sisa.
4) Kepemilikan
lahan yang semakin menyempit dan hanya bekerja sebagai buruh tani.
Upaya Penanggulangan Kemiskinan
Kemiskinan
sebagai masalah nasional, bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Jika ingin
berhasil untuk mengatasinya, kemiskinan harus menjadi tanggung jawab bersama
bagi semua pelaku pembangunan, termasuk masyarakat itu sendiri. Kunci pemecahan
masalah kemiskinan adalah memberi kesempatan kepada penduduk miskin untuk ikut
serta dalam proses produksi dan kepemilikan aset produksi. Dalam penanggulangan
kemiskinan terdapat prinsip-prinsip yang perlu dijadikan acuan dasar
peneyelesaian, antara lain:
1) Menerapkan
sistem ekonomi yang demokratis dengan
peran pemerintah sebagai regulator dan eksekutor yang efektif berpihak kepada
kaum miskin.
2) Pemecahan
kemiskinan harus menempatkan kaum miskin sebagai subyek yang di berdayakan
3) Komitmen
pemecahan masalah kemiskinan harus
secara berkesinambungan dan terintegrsi
4) Penerapan
ekonomi mengacu pada Pasal 33 UU Dasar 1945
5) Menerapkan
pendekatan struktural
6) Menerapkan
pendekatan kultural
7) Pemecahan
secara terpadu, multi dimesional dan saling terkait
Pernyataan umum :
Kemiskinan
adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk
hidup layak. Ketidakmampuan tersebut ditunjukkan oleh kondisinya yang berada di bawah garis
nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan.
Urutan sebab-akibat :
Penyebab
kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
1. Penyebab
individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan
pilihan adalah penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan.
2. penyebab
keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga. Penyebab
keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding dengan
pemasukan keuangan keluarga.
3. penyebab
sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan
sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau
keluarga yang mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
4. penyebab
agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah
gaji atau honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya
adalah perbudakan.
5. penyebab
struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.
Akibat kemiskinan :
1. Penggangguran.
Jumlah pengganguran yang terjadi pada awal tahun 2011 mencapai 8,12 juta orang.
Angka penggangguran ini cukup fantatis, mengingat krisis multidimensional yang
sedang dihadapi oleh bangsa saat ini. Banyaknya penggangguran, berarti mereka
tidak bekerja dan otomatis mereka tidak mendapatkan penghasilan. Dengan tidak
bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan, mereka tidak data memenuhi kebutuhan
hidupnya. Secara otomatis, pengangguran menurunkan daya saing dan beli
masyarakat.
2. Kekerasan.
Kekerasan yang terjadi biasanya disebabkan karena efek pengangguran. Karena
seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah yang benar dan halal.
3. Pendidikan.
Mahalnya biaya pendidikan, mengakibatkan masyarakat miskin tidak dapat
menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Akhirnya, kondisi masyarakat miskin
semakin terpuruk lebih dalam. Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada
rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Ini akan menyebabkan bertambahnya
pengangguran akibat tidak mampu bersaing di era globalisasi yang menuntut
keterampilan di segala bidang.
4. Kesehatan.
Biaya pengobatan yang terjadi pada klinik pengobatan bahkan rumah sakit swasta
besar sangat mahal dan biaya pengobatan tersebut tidak terjangkau oleh kalangan
masyarakat miskin.
5. Konflik
sosial bernuansa SARA. Konflik SARA terjadi karena ketidakpuasan dan kekecewaan
atas kondisi kemiskinan yang semakin hari semakin akut. Hal ini menjadi sebuah
bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. Terlebih lagi fenomena bencana alam
yang sering terjadi di negeri ini, yang berdampak langsung terhadap
meningkatnya angka kemiskinan. semuanya terjadi hamper merata di setiap daerah
di Indonesia, baik di pedesaan maupun diperkotaan.
Sumber : https://hangeo.wordpress.com/2012/05/31/kemiskinan-danpenanggulangnya/
diakses pada tanggal 29 April 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar