Disusun Oleh: Firda Octafianti
Pernyataan Umum :
Hujan es, dalam ilmu meteorologi disebut juga hail, adalah presipitasi yang terdiri dari bola-bola es. Salah satu proses pembentukannya adalah
melalui kondensasi uap
air lewat
pendinginan di atmosfer pada lapisan di atas level beku. Salah satu
proses pembentukannya adalah melalui kondensasi uap
air lewat
pendinginan di atmosfer pada lapisan di atas level beku. Es yang
terjadi dengan proses ini biasanya berukuran besar. Karena ukurannya, walaupun
telah turun ke arah yang lebih rendah dengan suhu yang relatif hangat, tidak
semua es mencair. Hujan es tidak hanya terjadi di negara subtropis, tetapi bisa juga terjadi di daerah ekuator.
Juru
bicara BMKG Hary Tirto Djatmiko mengatakan hujan es merupakan fenomena cuaca
alamiah yang biasa terjadi. "Hujan es biasanya disertai dengan kilat atau
petir dan angin kencang berdurasi singkat,” katanya. “Lebih banyak terjadi pada
masa pancaroba baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya."
Menurut Hary, fenomena hujan es biasanya diawali dengan hujan lebat seketika. Kategorinya hujan
lokal dengan luasan hanya 5-10 kilometer saja. Hujan semacam ini biasanya juga
sangat singkat, hanya berlangsung sekitar 10 menit. BMKG tidak bisa memprediksi
hujan es secara spesifik. “Sebab hanya bisa diprediksi sekitar 1 jam sebelum
kejadian setelah melihat tanda-tanda yang muncul,” katanya.
Urutan Sebab-Akibat :
Salah
satu yang menyebabkan terjadinya hujan es adalah pembekuan. Dimana pada kondisi
ini, uap air lewat dingin tertarik ke permukaan benih- benih es. Kemudian
karena terjadi pengembunan yang mendadak, maka terjadi pembentukan es dengan
ukuran yang sangat besar.
Dan terjadinya hujan es ini
bisa saja menimpa daerah- daerah tropis bahkan bukan di saat musim penghujan.
Butiran es yang jatuh saat hujan es merupakan kondensasi dari air hujan yang
menggumpal di atas permukaan bumi yang disebut dengan awan gelap.
Hujan es disertai puting beliung berasal dari jenis awan
bersel tunggal berlapis-lapis (CB) di dekat permukaan bumi, dapat juga berasal
dari awan multisel, dan pertumbuhannya secara vertikal, dengan luasan area
horizontalnya sekitar 3 – 5 km dan kejadiannya singkat berkisar antara 3 -
5 menit atau bisa juga 10 menit tetapi jarang, oleh karena itu peristiwa ini
hanya bersifat lokal dan tidak merata, jenis awan berlapis-lapis ini menjulang
kearah vertikal sampai dengan ketinggian 30.000 kaki lebih. Jenis awan
berlapis-lapis ini biasa berbentuk bunga kol dan disebut Awan Cumulo Nimbus
(CB).
Menurut Hary, biasanya sebelum terjadi hujan es, satu hari
sebelumnya udara terasa panas dan gerah. Kondisi ini terjadi akibat adanya
radiasi matahari yang cukup kuat di bumi. Indikasinya diperlihatkan dari
perbedaan suhu udara lebih dari 4,5 derajat Celcius antara pukul 7.00 dan10.00.
Tahap berikutnya, mulai pukul 10.00 terlihat
tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis-lapis) yang berubah cepat menjadi
Cumulonimbus (abu-abu atau hitam). "Biasanya hujan yang pertama kali turun
adalah hujan deras tiba-tiba, apabila hujannya gerimis maka angin kencang tidak
akan terjadi," kata Hary.
Akibat hujan es, saat itu angin juga bertiup
kencang, sehingga menerbangkan atap-atap rumah warga, pohon, serta memutuskan
aliran listrik. Dan karena terjadi pengembunan yang mendadak maka terbentuklah es
dengan ukuran yang besar.
Menurut Hary, fenomena hujan es biasanya diawali dengan hujan lebat seketika. Kategorinya hujan
lokal dengan luasan hanya 5-10 kilometer saja. Hujan semacam ini biasanya juga
sangat singkat, hanya berlangsung sekitar 10 menit. BMKG tidak bisa memprediksi
hujan es secara spesifik. “Sebab hanya bisa diprediksi sekitar 1 jam sebelum
kejadian setelah melihat tanda-tanda yang muncul,” katanya.
Daftar
Pustaka:
3.
Sumber : https://www.msn.com/id-id/cuaca/beritautama/fenomena-hujan-es-di-depok-bmkg-beri-penjelasan/ar-BBKssOP (diakses pada 27 April 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar