Disusun
oleh Febriana Lana Calida
1. Pernyataan
umum :
Fenomena
La Nina adalah kejadian alam yang dimana sebuah wilayah turun hujan lebih lama
dari musim hujan setiap tahunnya. Pada periode musim kemarau, yaitu Juli,
Agustus, dan September 2016 masyarkat diminta waspada terhadap potensi curah
hujan tidak normal.
2. Sebab
akibat 1 :
Menurut
perkiraan dari BMKG, ternyata setelah melewati fase El Nino yang berat tahun
2015 lalu, bahkan sampai menyebabkan bencana kemarau panjang dan kebakaran
hutan, tahun ini fenomena cuaca mulai membaik bagi Indonesia. Pasca fenomena El
Nino, saat ini BMKG memperkirakan langit Indonesia akan dipenuhi oleh gejala La
Nina, atau kebalikannya dari fenomena El Nino. Kesimpulan ini dirilis oleh
Kepala BMKG Andi Eka Sakya di Manado, pekan lalu.
“Curah
hujan tinggi banyak terjadi di beberapa wilayah sehingga berpotensi menimbulkan
tanah longsor, bahkan puting beliung,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan
Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam
rilisnya pada Rabu, 8 Juni 2016.
3. Sebab
akibat 2 :
Jika
melihat kembali potensi munculnya hujan di langit Indonesia, ada dua faktor
yang dianggap bisa menjadi pemicu munculnya hujan deras.
Faktor
pertama, hujan di Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh aktivitas monsoon Asia
dimana pola angin musiman yang berbentuk setiap enam bulan sekali di Indonesia
akan menjadi pengaruh seberapa besar potensi hujan.
Kemudian
faktor kedua adalah fenomena El Nino dan La Nina. Seperti yang dikutip dari
berbagai sumber, fenomena La Nina berawal dari menguatnya Angin Pasat Tenggara.
4. Sebab
akibat 3 :
Akibat
dari perubahan suhu permukaan laut, atmosfer tropis di wilayah barat Pasifik
mengalami penguapan air dengan kadar yang lebih tinggi. Karena penguapan air
laut yang tinggi, maka kemungkinan untuk munculnya awal Cumulus sebagai awan
pembawa hujan pun menjadi semakin meningkat. La Nina kemudian membawa dampak
hujan yang lebat bahkan bencana banjir, khususnya di Indonesia. Namun
sebaliknya, La Nina membawa dampak kemarau dan kekeringan di wilayah Pasifik
Timur antara wilayah Peru dan Ekuador.
5. Sebab
akibat 4:
La
Nina ini, kata Sutopo, akan berdampak positif dan negatif. Dampak positifnya,
kekeringan dan kebakaran lahan tidak akan sebesar pada 2015. “Selain faktor
alam yang mendukung, antisipasi kebakaran hutan pada 2016 lebih baik dibanding
tahun sebelumnya.”
BNPB,
kata Sutopo, telah menempatkan 2 helikopter dan 2 pesawat air traktor untuk water
bombing di Pekanbaru, Riau, sejak April 2016. “Hampir setiap hari helikopter
dan pesawat tersebut melakukan pemadaman api di Riau,” ujarnya.
Dampak
negatifnya, potensi banjir dan tanah longsor diperkirakan meningkat. Curah
hujan tinggi banyak terjadi di beberapa wilayah sehingga menimbulkan tanah
longsor, bahkan puting beliung.
Melansir
dari laman Oceanservice, La Nina cenderung terjadi lebih lama dibandingkan
dengan El Nino. Namun fenomena La Nina cenderung membawa dampak yang
berbeda-beda di setiap areanya, walau memang di wilayah barat Pasifik cenderung
sama dengan potensi hujan yang menguat drastis.
Daftar
pustaka :
Lampiran
Artikel :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar