FORMAT
TUGAS AKHIR
TEKS
ULASAN FILM/DRAMA
“TANPA
ISLAM DUNIA INI TAKKAN DAMAI”
Disusun oleh : Mundari
Judul
film : Bulan terbelah di langit Amerika
Tahun
rilis : 2015
Sutadara : Rizal Mantovani
Pemain : - Acha Septriasa sebagai Hanum
- Rianti
Cartwright sebagai Azima Hussein
- Abimana
Aryasatya sebagai Rangga
- Nino
Fernandez sebagai Stefan
- Hannah
Al Rasyid sebagai Jasmine
Orientasi
Film “Bulan Terbelah di Lngit Amerika”
merupakan film bergenre
drama yang diadaptasi dari novel best seller
dengan judul yang
sama karya Hanum Salsabiela
Rais dan Rangga Almahendra.
Film yang dirilis pada 5 Desember 2015 ini
menawarkan banyak
cerita yang dari pasangan-pasangan di film
ini. Seperti
pasangan kekasih, suami istri, ibu anak, dan
ayah anak.
film ini merupakan film produksi maxima
pictures.
Dikisahkan, setelah mendapat kiriman email video seorang gadis berjudul
“Do you know my dad?”, Hanum (Acha Septriasa) seorang jurnalis muslim dan
bekerja di sebuah kantor berita di Wina, diberi tugas untuk menulis artikel
provokatif oleh bos redaksi, berjudul “Apakah dunia lebih baik tanpa
Islam?”.Untuk menjawabnya, Hanum harus bertemu dengan korban tragedi 9/11 di
New York, Azima Hussein (Rianti Cartwright), seorang mualaf yang bekerja di
sebuah museum, dan anaknya, Sarah Hussein.Pada saat yang bersamaan, Rangga
(Abimana Aryasatya) suaminya, juga ditugasi oleh Profesornya untuk mewawancara
seorang milyuner dan philantropi Amerika bernama Phillipus Brown, demi
melengkapi persyaratan S3 nya. Brown dikenal eksentrik, misterius, dan tidak
mudah berbicara dengan media. Rangga
diminta untuk menemui Stefan (Nino Fernandez) dan kekasihnya Jasmine (Hannah Al
Rasyid) yang berada di New York yang telah mengatur pertemuan eksklusif dengan
Brown. Malang tidak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih, tugas mereka
berantakan ketika sebuah demosntrasi besar berakhir ricuh dan membahayakan
keselamatan mereka.
Tafsiran
isi
Konflik dalam film ini yaitu seorang jurnalis wanita yang
sangat cantik bernama Hanum, dia juga harus menemani suaminya bernama Rangga
sekolah di Wina, dan juga karena ada sebuah tugas dari atasannya yang bernama
Gertrude Robinson untuk membuat artikel yang bertema "Would the world be
better without Islam". Artikel tersebut nantinya akan di muat dalam sebuah
koran. Gertrude juga meminta kepada Hanum supaya mewawancarai dua narasumber
dari pihak muslim dan non muslim di ke Amerika serikat. Narasumber tersebut
merupakan para keluarga korban serangan World Trade Center (WTC) pada 11
September 2001 di Washington DC, New York. Di sisi lain Rangga juga di minta
bosnya yang bernama Professor Reinhard untuk pergi ke Washington, agar bisa mengikuti
sebuah konferensi internasional dalam bidang bisnis.Dalam konferensi tersebut
yang nantinya akan membahas dan mengetengahkan seorang filantropi dunia bernama
Brown Phillipus tentang "Strategi The Power of " Di situlah pasangan
suami istri, Hanum dan Rangga mengalami depresi sendiri-sendiri terhadap
tekanan pekerjaan dan tugasnya selama di New York, ketika mereka memutuskan
untuk mencari narasumber terbaik bagi tugas Hanum.
Peliputan
Hanum ke New York, ditemani Rangga (Abimana Aryasatya) suaminya. Sang suami
juga mendapat tugas dari Profesornya untuk mewawancarai seorang milyuner dan
philantropi Amerika bernama Phillipus Brown demi melengkapi persyaratan S3 nya.
Brown dikenal sebagai orang eksentrik, misterius, dan tidak mudah berbicara
dengan media. Rangga dan Hanum menemui Stefan (Nino Fernandez) dan kekasihnya
Jasmine (Hannah Al Rasyid) yang berada di New York. Stefan membantu Rangga untuk mendapatkan kesempatan
mewawancarai Brown serta Jasmine membantu Hanum untuk bisa menembus narasumbernya
yaitu Sarah Collins dan ibunya.
Pertemuan
Hanum dengan Azima merupakan salah satu adegan yang begitu menusuk. Adegan ini
diperkuat bagaimana seorang laki-laki tua tetangga Azima (Ray Renolds)
kehilangan keluarganya dalam tragedi World Trade Center itu dan laki-laki itu
membalas sakit hatinya dengan memusuhi Azima dan anaknya. Dia mengembalikan kue
tart yang dibuatkan Azima dan Sarah untuk dia, tetapi Hanum memberikannya lagi
dan berkata: Ini cara Al-Qur’an menunjukkan untuk berbuat baik pada tetangganya.
Langsung saja,
simbol atau makna cerita yang saya tangkap di Film terbaru yang diproduksi
Maxima Pictures ini tentang memperjuangkan masa kini. Tepatnya, memperjuangkan
Islam di masa kini dari prasangka-prasangka Islamophobia di Amerika pasca
kejadian 9/11. Pesan film BTDLA ini tentu adalah sambungan dari pesan film 99
Cahaya di Langit Eropa 1 & 2, yaitu menemukan masa lalu. Tepatnya,
menemukan Islam di masa lalu Eropa dari krisis identitas Islamophobia. Dalam
acara Jumpa Pers setelah nonton bareng BTDLA Rangga Almahendra (Suami Hanum
Rais) berujar bahwa Cahaya dan Bulan digunakan sebagai metafora untuk
menyampaikan pesan di film 99 Cahaya di Langit Eropa 1 & 2, dan BTDLA. Cahaya
adalah metafora dari “pendaran-pendaran bintang” kejayaan Islam di Eropa pada
masa lalu. Sedangkan Bulan adalah metafora dari pudarnya cahaya kebanggaan
Islam di Amerika pada masa kini.
Pesan moral film Bulan Terbelah di Langit Amerika lekat
dengan agama Islam, terutama tentang keteguhan hati dan toleransi antaragama.
Pesan mengenai toleransi antaragama ini pun telah dikampanyekan melalui hashtag
sosial media. Pesan perdamaian dan toleransi agama Islam yang begitu besar di
New York inilah yang coba disampaikan oleh film terbaru Maxima Pictures, Bulan
Terbelah di Langit Amerika. Film yang terinspirasi dari buku novel “National
Best Seller” berjudul sama karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
ini sengaja memilih New York sebagai setting film. New York dianggap sebagai
kota paling tepat untuk menggambarkan betapa spirit toleransi agama penting
untuk digaungkan. Film ini bercerita mengenai pencarian jawaban atas sebuah
pertanyaan besar “Would the world be better without Islam?”.Dan yang terpenting
adalah menegaskan bahwa islam bukan agama teroris. Mengapa terpusat pada kata
‘teroris’? Karena isu inilah yang melekat pada agama yang saya yakini. Ada rasa
kecewa, namun tentu tidak seburuk itu. Sepanjang saya mengamati dari beberapa
film yang saya tonton, terutama serial NCIS buatan Amerika, disana mereka
menunjukkan bahwa yang namanya teroris itu tidak melulu berkaitan dengan islam
dan umat muslim. Banyak kepentingan yang mendorong terorisme terjadi. Jika anda
dapat belajar lebih dalam untuk melihat, maka anda akan paham, bahwa sebenarnya
islam dan ummatnya patut dicintai oleh seluruh penghuni bumi ini.
Sasaran penonton yaitu pada film ini
merangkum kemarahan pada Islam dengan berbagai sudut pandang. Sebagai negara
yang berpenduduk muslim terbanyak di dunia, Maxima Pictures secara cerdas
menyentil perasaan muslim di Amerika yang mungkin akan menjadi emosional jika
Anda menonton film ini. Musik juga diperhatikan dengan baik untuk menggiring
emosi penonton. Menjelang akhir, film ini menampilkan puncak emosi yang bisa
membuat penonton ikut merasakan perasaan masing-masing pemain. Sayangnya semua
kebaikan film ini diletakan hampir di akhir film, jadi Anda harus menahan
kebosanan untuk mencapai akhir cerita film ini. Bahkan pada film Bulan
Terbelah Di Langit Amerika 2 masih bertengger di peringkat 14 dalam daftar 10
Film Indonesia Terlaris 2016. Film “Bulan Terbelah Di Langit Amerika 2”
Mencapai 450 Ribu Penonton
Evaluasi
Masih bersama Maxima Pictures, film
'Bulan Terbelah di Langit Amerika' ini akan menjadi film yang bertaraf
Internasional dengan budget besar. Film ini akan menceritakan tentang
kelanjutan kisah petualangan Rangga dan Hanum di Negara Paman Sam. "Ada rencana untuk
melibatkan beberapa artis Hollywood dan artis Asia. Jadi ini akan jadi produksi
internasional,". Jika film terdahulu saya memberikan nilai 7,
maka untuk film kali ini saya berani memberikan nilai 8,5. Dan untuk sebuah
penilaian tentu berpulang pada selera masing-masing dan cara pandang seseorang
terhadap sebuah karya seni berupa film layar lebar.
Hal yang menarik dari film ini adalah apa
yang dimunculkan di awal dan diakhir, ada kesatuan yang dipecah secara cerdas.
Sehingga jika anda menonton dengan cermat, akan terlihat bahwa ide cerita ini
dibuat sangat matang. Logika berpikirnya sangat masuk dan bagi saya cukup bisa
disandingkan dengan beberapa film internasional. Pada awal film diputar,
penonton dipaksa untuk menelan kenyataan tentang seorang tokoh kunci dalam film
ini, ada rasa kecewa dan mulai menebak “Apa sebenarnya yang terjadi?” Sehingga
saat itu sayapun mulai fokus menonton untuk mencermati setiap ditailnya.
Mengumpulkan yang tercecer untuk membuat satu pemahaman yang baik terhadap
esensi yang disajikan dalam film ini. Dan bagi saya awal film dimulakan dengan
sesuatu yang epik, menarik, dan membuat penonton harus menyelesaikan film ini
tanpa menguap dan terkantuk. Esensi film ini begitu menancap dalam hati saya
sebagai seorang muslim. Membangkitkan kebanggaan saya sebagai muslim yang
memiliki pandangan berdasarkan alquran. Bahwa islam adalah agama yang damai,
dan alquran mengajarkan itu. Akting
Acha dan Abimana kembali menyakinkan dengan alur yang berbeda dari prekuelnya,
99 Cahaya di Langit Eropa. Jika sebelumnya mereka menjadi pasangan yang kompak
dan saling membantu, kali ini perselisihan demi perselisihan membuat mereka
terbelah. Tapi konflik utama film ini bukanlah cinta Rangga dan Hanum. Cerita
9/11 melibatkan banyak orang yang menjadi korban, keluarga korban, dan simpati
dari masyarakat di Amerika. Kisah film ini merangkum kemarahan pada Islam
dengan berbagai sudut pandang. Sebagai negara yang berpenduduk muslim terbanyak
di dunia, Maxima Pictures secara cerdas menyentil perasaan muslim di Amerika yang
mungkin akan menjadi emosional jika Anda menonton film ini. Musik juga
diperhatikan dengan baik untuk menggiring emosi penonton. Menjelang akhir, film
ini menampilkan puncak emosi yang bisa membuat penonton ikut merasakan perasaan
masing-masing pemain. Sayangnya semua kebaikan film ini diletakan hampir di
akhir film, jadi Anda harus menahan kebosanan untuk mencapai akhir cerita film
ini.
Akting Rianti
yang saya nilai kurang maksimal dan menyentuh, adegan marah Acha pada Abimana
yang terlalu galak, dan kelucuan Stefen yang garing. Selain itu, padanan lagu
dan dialog pada saat Hanum dan Rangga bertengkar kemudian berbaikan, dirasa
kurang pas. Terdapat beberapa perbedaan pada novel dan film Bulan Terbelah di
Langit Amerika. Perbedaan tersebut ada pada tokoh, latar, dan alur. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan ekranisasi alur, tokoh, dan latar, baik
dalam bentuk kategorisasi aspek penciutan, penambahan, maupun perubahan
bervariasi dalam ekranisasi novel ke film Bulan Terbelah di Langit Amerikakarya
Hanum Rais dan Rangga Almahendra. Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah novel Bulan Terbelah
di Langit Amerikakarya Hanum Rais dan Rangga Almahendra dan film Bulan Terbelah
di Langit Amerikakarya sutradara Rizal Mantovani. Fokus penelitian berupa
proses ekranisasi alur, tokoh, dan latar.Data diperoleh dengan teknik membaca,
teknik menonton, dan teknik mencatat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ekranisasi yang terjadi pada unsur alur, tokoh, dan latar, yaitu adanya
penciutan, penambaham, dan perubahan bervariasi. Penciutan alur, tokoh, dan
latar terjadi karena media yang digunakan dalam pembuatan novel dan film
berbeda. Secara keseluruhan penciutan yang dilakukan dalam visualisasinya ke
bentuk film masih wajar dilakukan karena penghilangan cerita, tokoh, dan latar
diambil pada bagian yang tidak begitu penting untuk divisualisasikan.
Penambahan alur, tokoh, dan latar dalam film secara keseluruhan masih relevan
dangan cerita yang ada dalam novel, hanya saja pada visualisasi dalam film
dibuat lebih menarik dengan banyaknya konflik cerita, adanya tokoh dan latar
tambahan yang dimunculkan sehingga cerita dalam film tidak monoton seperti
dalam novel. Kemunculan tersebut untuk menambah esensi film sehingga penonton
akan terbawa masuk dalam alur cerita. Adapun untuk perubahan bervariasi alur,
tokoh, dan latar yang dilakukan dalam visualisasinya ke bentuk film secara
keseluruhan tidak jauh melenceng dari penggambaran yang ada pada novel. proses
produksi dan syuting dilakukan di San Fransisco, California, Amerika Serikat.
Awalnya rumah produksi Max Pictures dan Falcon Pictures memilih Hollywood, Los
Angeles sebagai lokasi pengambilan gambar. "Tapi San Fransisco dipilih
karena kota ini lebih kaya dengan sejarah Islam," ungkap penulis novel
sekaligus skenario film, Hanum Rais. Masih mengusung sejarah Islam dan semangat
menyatukan dunia yang terbelah, namun kali ini penonton dibawa kepada sejarah
Islam yang mengejutkan. Serta petualangan yang lebih menantang. Dengan kondisi
dollar yang tinggi terhadap nilai tukar rupiah, Ody mengakui biaya produksi
film yang akan disutradarai Rizal Mantovani ini, jadi membengkak. “Dengan
kondisi dollar saat ini, otomatis biaya produksi film Terbelah di Langit Amerika
naik hingga 30% dari buget yang kita perkirakan sebelumnya,” ucap Ody selaku
produser. Meski begitu Ody bersyukur biaya produksi yang besar bisa disiasati,
dengan turutnya beberapa sponsor mendukung film ini dan televisi yang sudah
memastikan akan membeli film yang tengah disiapkan ini dan mau bayar dimuka
membeli filmnya,” aku Ody. Ody juga menjelaskan strategi lain agar film ini
bisa menarik keuntungan, ia akan merangkul bintang ternama asal Malaysia. “Saya
belum berani menyebutkan nama bintang Malaysia tersebut yang nanti akan beradu
akting dengan Acha Septriasa di film ini. Karena kami masih nego dengan mereka.
Yang jelas hal ini dilakukan agar film ini kian diminati, karena Bulan Terbelah
di Langit Amerika rencananya akan diputar di Malaysia dan juga Singapura,”
kilah Ody. Bulan Terbelah di Langit Amerika merupakan kisah yang diangkat dari
novel dengan judul yang sama, karya Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra.
Novel tersebut mengisahkan tentang tragedi 9/11, dibeli Maxima Picutres seharga
Rp 1,5 Milyar.
Rangkuman
Secara
keseluruhan film ini adalah salah satu penutup yang manis untuk film Indonesia
2015, layak ditonton. Bagi penonton muslim film ini memberikan inspirasi bahwa
Islam sebagai “rahmatan alamin”, membawa kedamaian harus dibuktikan dengan
perbuatan oleh muslim itu sendiri dan bukan hanya slogan. Bulan Terbelah di Langit Amerika
cocok untuk ditonton semua umat muslim dan orang-orang yang masih mengira Islam
adalah agama teror. Padahal, dunia tanpa Islam berarti dunia tanpa kedamaian.
Islam-lah yang telah menjaga kedamaian itu tetap melingkupi seluruh dunia ini.
Dan, sejarah mencatat bahwa semua teroris bukan beragama Islam, namun atheis.
Oleh karena itu film ini adalah film kemanusiaan. Kisah tentang hilangnya
kebanggaan muslim pada agamanya, kisah tentang jati diri muslim yang
terinjak-injak oleh isu terorisme. Namun semua ketakutan pada Islam itu
diakhiri dengan kisah manis bahwa islam bukanlah terorisme, islam adalah
rahmatan lil'alamin.
Daftar Pustaka
1 https://www.pusatsinopsis.com/2015/10/sinopsis-bulan-terbelah-di-langit-amerika- 2015.html
(Diakses pada 10 Mei 2018)
(Diakses pada 10 Mei
2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar